Terjemahan dari Kitab Limadha
Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin
al-Antaki [Edisi Pertama, Cetakan Halab,
Syiria, 1402 H]
Rasulullah Saw adalah
orang yang sangat penyayang dan pengasih terhadap umatnya. Oleh karena itu,
mustahil beliau membiarkan umatnya atau tidak memberitahukan kepada mereka hal
yang sangat penting, yaitu golongan yang selamat (firqa
an-najiyah).
Aku katakan, sesungguhnya
golongan yang selamat adalah mereka yang berpegang teguh pada ketaatan kepada
Allah, Rasul-Nya, dan para Imam Ahlulbait beliau yang telah disucikan
sesuci-sucinya oleh Allah dari segala dosa dan kesalahan, serta berlepas diri
dari musuh-musuh mereka. Hal ini merupakan pengamalan sabda Rasulullah Saw
dalam sebuah hadis yang telah disepakati kesahihannya, baik oleh Ahlus Sunnah
maupun Syi’ah, yaitu sabda beliau, “Barang siapa yang menjadikan aku sebagai maula-nya (pemimpinnya), maka ini
‘Ali adalah maula-nya (pemimpinnya) juga. Ya
Allah, cintailah orang yang mencintainya, musuhilah orang yang
memusuhinya, tolonglah orang yang menolongnya, dan telantarkanlah orang yang menelantarkannya.”
Adapun riwayat yang
menyebutkan bahwa Nabi Saw ketika ditanya tentang golongan yang selamat,
siapakah golongan itu? Lalu ia bersabda, “Mereka (golongan yang selamat) adalah
golongan yang mengikutiku dan para sahabatku, ” riwayat ini
tidak sahih. Sebab, para sahabat Nabi Saw tidak semuanya mengikuti Nabi Saw
karena terbukti sebagian di antara mereka melakukan hal-hal yang tercela dan
tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Misalnya, Marwan al-Hakam,
ia adalah ath-Tharid (orang yang telah diusir
oleh Nabi Saw dari Madinah) bin ath-Tharid dan al-Mal’un (terkutuk) bin al-Ma’un; Mu’awiyah, ‘Amru bin’
Ash, ia adalah orang yang terkenal dengan kelicikan dan penipuannya;
al-Mughlrah bin Syu’bah; dan masih banyak lagi yang lainnya.
Allah Swt berfirman,
“Di antara orang-orang Arab
Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara
penduduk Madinah. mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau (Muhammad)
tidak mengetahui mereka, (tetapi) kamilah yang mengetahui mereka. nanti mereka
akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang
besar.” (Qs. at-Taubah [9]:101)
Sekiranya riwayat yang
menyebutkan, “Mereka (golongan yang selamat) adalah golongan
yang mengikutiku dan para sahabatku,” adalah riwayat sahih,
betapapun menurutku riwayat ini tidak sahih, maka mereka yang dimaksud adalah
Ahlulbait Nabi Saw, mereka inilah yang telahd dijadikan oleh Allah dan
Rasul-Nya sebagai panutan bagi orang-orang yang berpikir. Rasulullah Saw telah
memerintahkan umatnya agar berpegang teguh kepada Ahlulbaitnya dan melarang
mereka untuk berpaling dari Ahlulbaitnya, sebagaimana ditegaskan dalam banyak
sabda Nabi Saw.
Adapun pendapat yang
berkata bahwa umat Nabi Saw seluruhnya selamat, maka ini bertentangan dengan
sabda beliau yang telah disepakati kesahihannya, demikian juga pendapat yang
menyatakan bahwa umat beliau seluruhnya binasa.
Dengan demikian, golongan
yang selamat hanyalah satu, sebagaimana menurut sabda Nabi Saw. Golongan ini
(yang selamat) haruslah berbeda dengan golongan-golongan lainnya.
Syi’ah berbeda dengan
golongan-golongan lainnya dalam banyak perkara yang khusus ada pada mereka.
Misalnya, pendapat mereka (Syi’ah) tentang kemaksuman para imam dan
dikhususkannya kekhalifahan bagi para Imam Ahlulbait dengan dalil-dalil yang
mematahkan segala hujah para penentang mereka.
Oleh karena itu, jabatan
khalifah tidak sah untuk selain para Imam Ahlulbait As, dan tidaklah sempurna
peraturan umat yang dipimpin oleh seorang khalifah yang di luar mereka (para
imam Ahlulbait).
Seandainya para sahabat
Rasulullah Saw mengikuti ajaranajaran Nabi mereka, niscaya tidak akan terjadi
pertentangan dan peperangan di antara sesama mereka. Akan tetapi, sayangnya
banyak dari mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
terjadilah apa yang telah terjadi pada mereka (yaitu pertikaian dan
peperangan).
Maka, cukuplah Allah
sebagai Pelindung kami dan Dia adalah sebaik-baiknya Pelindung, dan tiada daya
dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.
Sesungguhnya dalil-dalil
dan nasihat yang telah kami sampaikan telah cukup bagi orang yang mempunyai
hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedangkan dia menyaksikannya.
Sebagai akhir kalam dari
bagian ini, sekali lagi kami sampaikan bahwa Syi’ah adalah kelompok Mukminin,
yang berpegang teguh pada setiap yang berasal atau bersumber dari Rasulullah
Saw dan dari Tuhannya. Syi’ah adalah golongan yang selamat, yang berpijak di
atas jalan kebenaran serta benar dalam setiap keyakinannya.
Akan tetapi, orang-orang
yang jahat mengalamatkan bennacam-macam tuduhan dusta dan keji terhadap Syi’ah,
sedangkan ia berlepas diri (bersih) dari segala macam tuduhan dusta dan keji
tersebut.
Silakan Anda merujuk
kepada kitab-kitab karangan para ulama mereka dengan tulus, niscaya Anda akan
mengetahui kebenaran ucapan kami.
Kalimat “Syi’ah” itu sendiri merupakan
kemuliaan yang agung karena Al-Quran telah menyebutkannya dalam bentuk pujian.
Allah Swt. berfirman,
“Dan Musa masuk ke kota
(Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, Maka didapatinya di dalam kota itu
dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil)
dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari
golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari
musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini
adalah perbuatan syaitan, Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(Qs.
al-Qashash [28]:15)
Dan firman-Nya,
“Dan Sesungguhnya Ibrahim
benar-benar termasuk golongannya (syiah).” (Qs. ash-Shaffat [37]:83)
Artinya Ibrahim As adalah
termasuk Syi’ah (golongan) Nuh As.
Telah beberapa kali Anda
membaca dalam buku ini sabda Rasulullah Saw. kepada ‘Ali As, “Engkau dan Syi
‘ahmu adalah orang-orang yang beruntung kelak pada hari kiamat.