Terjemahan dari Kitab Limadha Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki [Edisi Pertama, Cetakan Halab, Syiria, 1402 H].
Ini juga merupakan
sebahagian daripada sebab-sebab yang mendorongku menjadi seorang Syi'ah.
Manakala berdialog dengan mereka, aku dapati diriku dikalahkan oleh hujjah-hujjah
mereka, tetapi aku tetap merasa tidak mau menerima kala itu. Aku masih mencoba
mempertahankan hujjah-hujjahku yang lemah, tak lain karena kala itu aku merasa
mempunyai keilmuan yang tinggi di dalam mazhab Syafi'i dan mazhab-mazhab lain. Yang
lainnya karena aku telah menuntut ilmu yang banyak di Universitas al-Azhar, yang
dengannya aku memperoleh ijazah yang tinggi sebagaimana aku telah
menyebutkannya.
Dialog kami
mengambil masa tidak kurang daripada tiga tahun. Kemudian aku mulai meragukan
dan menerima kelamahan serta kontradiksi mazhab empat, disebabkan perselisihan sesama
mereka sendiri, yang begitu nyata dan tak teringkari.
Mengkaji Buku
al-Muraja'at (Dialog Sunnah - Syi'ah)
Akhirnya aku
mengkaji buku al-Muraja'at (Dialog Sunnah - Syi'ah) karangan Ayatullah al-'Uzma
Sayyid Syarafuddin. Aku mengkajinya dengan teliti. Gaya bahasa dan kemanisan
lafaznya mengagumkanku dan membuatku berfikir bagaimana dia dapat memberi hujjah-hujjah
yang kuat di dalam dialognya dengan Syaikh al-Akbar Syaikh Salim al-Busyra,
Rektor Universitas al-Azhar ketika itu.
Aku dapati
pengarangnya ketika berhujjah tidak berpegang kepada buku-buku Syi'ah, malah
dia berpegang kepada buku-buku Sunni. Dan karenanya menjadi sukar bagi lawannya
untuk menolaknya, sebab hujjah-hujjahnya dan dalil-dalilnya yang ada di dalam kedua
pihak (Syi’ah dan Sunni). Pada malam itu aku tidak dapat tidur sehingga aku
puas hati bahwa kebenaran adalah bersama Syi'ah. Mereka berada di atas mazhab
yang benar, sabit dan tetap begitu kuatnya, dan berasal dari Rasulullah SAWAW
dan Ahlu l-Baitnya AS. Tidak ada syubhat sedikitpun padaku. Aku percaya bahawa
mereka tidaklah sebagaimana apa yang diperkatakan dan dituduhkan kaum pendengki
dan munafik kepada mereka dengan tuduhan, celaan, dan kata-kata batil yang
diciptakan kelompok pendengki dan munafik itu.
Buku
al-Muraja'at (Dialog Sunnah Syi'ah) Untuk Saudaraku
Pada
keesokan harinya, aku memberi buku tersebut kepada saudaraku, Ahmad. Dia
berkata kepadaku: Apakah ini? Aku menjawab kitab Syi'ah oleh pengarang Syi'ah.
Lantas dia berkata kepadaku: Jauhkanlah buku itu dariku, sebanyak tiga kali. Sebab
hal itu buku-buku yang sesat, aku tidak perlu kepadanya. Aku benci kepada
Syi'ah dan perkara yang berkaitan dengan Syi'ah. Aku berkata: Ambillah dan
bacalah saja kerana kita tidak perlu beramal dengannya. Ia tidak akan merusak
engkau jika engkau membacanya. Dan akhirnya ia pun mengambil buku tersebut, lalu
mengkajinya dengan teliti. Dan akhirnya dia juga mengakui kebenaran mazhab
Syi'ah. Dia berkata: Syi'ah di atas kebenaran. Selain daripada mereka adalah
bersalah (Khati'un).
Kemudian aku
dan saudaraku meninggalkan mazhab Syafi'i dan kami berpegang kepada mazhab
Syi'ah Ja'fariyyah. Ini disebabkan oleh dalil-dalil yang banyak dan terang.
Hati kecilku menikmati ketenangan dengan berpegang kepada mazhab Ja'fari,
mazhab Ahlu l-Bait Rasulullah SAWAW karena aku mengetahui bahwa aku telah
sampai kepada matlamat yang paling jauh yaitu berpegang kepada mazhab yang
paling suci, yaitu berpegang kepada mazhab keluarga suci (al-Itrah
al-Tahirah).
Dengannya aku
mempercayai suatu keyakinan yang tidak dicampuri syak-wasangka dan waham
semata, bahwa aku telah berjaya daripada siksaan Allah SWT. Aku bersyukur
kepada Allah SWT di atas kejayaan semua keluargaku dan kebanyakan kaum
kerabatku, sahabat-sahabatku, dan lain-lain. Ini adalah satu karunia dan nikmat
dari Allah SWT yang tidak dapat dinilainya selain daripada Dia sendiri yang
berhak: “Wilayah keluarga Rasul SAWAW, karena tidak ada kejayaan kecuali dengan
mengangkat mereka sebagai auliya”. Sebuah hadith Rasul SAWAW yang dibenarkan
oleh Sunni dan Syi'ah itu adalah: "Perumpamaan keluargaku sepertilah
bahtera Nuh, sesiapa yang menaikinya ia akan berjaya dan sesiapa yang tidak
menaikinya akan tenggelam dan binasa." Aku memohon kepada Allah SWT agar
merestui kami karena mengangkat wilayah Ahlu l-Bait AS dan mencintai
mereka.
Beberapa
Kelompok Pun Menjadi Syi'ah Bersama-Sama Kami
Akhirnya,
sejumlah besar orang dari saudara-saudara kami yang Sunni dari Suriah, Libanon,
Turki, dan lain-lain telah turut menjadi Syi'ah bersama kami. Segala puji bagi Allah
yang telah memberi hidayah kepada kami dan kami tidak akan mendapat hidayah,
sekiranya Allah tidak memberi hidayah kepada kami. Apabila tersebarnya
berita mengenai kami, orang ramai tanpa sungkan-sungkan datang kepada kami,
bertanya kepada kami tentang sebab-sebab yang mendorong kami berpegang kepada
mazhab Ahlu l-Bait dan meninggalkan mazhab Syafi'i. Kami memberikan jawapan
kepada mereka bahwa dalil-dalil yang kuat bersama kami. Maka sesiapa yang ingin
supaya kami menerangkan kepadanya mazhab al-Haqq, maka hendaklah ia datang
kepada kami.
Orang
Ramai Menjadikan Kami Sebagai Rujukan
Dalam masa
yang singkat saja, orang ramai telah datang kepada kami. Mereka terdiri dari
para ulama, guru, pegawai, peniaga, dan lain-lain. Kami menjelaskan kepada
mereka kebenaran mazhab Ahlu l-Bait AS berdasarkan rujukan Ahlu s-Sunnah
(Sunni) yang muktabar. Di kalangan mereka ada yang mendengar dan berpuas hati,
kemudian berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait AS, dengan meninggalkan mazhab
yang terdahulu. Di kalangan mereka ada yang fanatik, dan terus berpegang kepada
mazhabnya. Keuzurannya adalah kejahilannya, dan fanatiknya adalah bahwa dia
tidak mampu mempertahankan mazhabnya. Demikianlah berlalunya hari-hari, kami
terus berdakwah sehingga banyak orang berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait AS di
Suriah, Libanon, dan di Turkey, al-Hamdu Lillah.
Muzakarah
Di Antaraku Dan Saudaraku
Untuk menambahkan keyakinan, aku dan saudaraku bermuzakarah tentang mazhab Ja'fari. Kadang-kadang dia jadikan dirinya sebagai seorang Syi'ah dan aku menjadikan diriku seorang Sunni. Kemudian kami memulakan perbincangan. Aku mengemukakan kepadanya beberapa persoalan, maka dia memberi jawapan kepadaku mengenainya berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah. Di dalam perbincangan itu, aku melihat diriku dikalahkan olehnya, lalu aku melihat kebenaran bersama Syi'ah. Dan pada masa yang lain aku jadikan diriku sebagai seorang Syi'ah dan saudaraku sebagai seorang Sunni, maka kami pun bermuzakarah di dalam beberapa masalah. Dia ketawa dan melihat dirinya dikalahkan dan berkata: Kebenaran adalah bersama Syi'ah. Demikianlah berulangnya muzakarah di antara kami. Dan dengan cara ini kami dapati bahwa sesungguhnya kebenaran bersama Syi'ah karena kebenaran adalah tinggi dan tidak ada sesuatu yang lebih tinggi daripadanya.
Sebagai
contoh manakala dia jadikan dirinya sebagai seorang Syi'ah, dia meminta dalil
daripadaku karena berpegang kepada salah satu daripada mazhab yang empat seraya
berkata: "Apakah dalil Anda berpegang kepada mazhab Syafi'i atau Hanafi,
Maliki atau Hanbali? Adakah Anda dapati dalil daripada ayat al-Qur'an seperti
maksud firmanNya (di dalam Surah al-An'am (6): 153 yang bermaksud: "Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia
dan janganlah kamu mengikuti jalan (yang lain) karena jalan itu
menceraiberaikan kami dari jalanNya." Lihatlah bagaimana Allah SWT
menyuruh orang-orang Mukminin supaya berpegang kepada jalanNya yang lurus, dan
melarang kami daripada mengambil jalan-jalan (Subul) yang bermacam-macam supaya
kami tidak sesat daripada jalanNya.
Dia bertanya
lagi: Adakah anda mendapati hadith Sahih yang mendukung dan menopang pegangan Anda
kepada salah satu daripada empat mazhab? Aku menjawab: Ijmak. Maka dia
berkata kepadaku: Tidak ada ijmak, karena mereka berselisih faham pada mazhab-mazhab
tersebut, bagaimana pula ijmak dapat dilakukan sementara berselisih bahkan
saling menuduh sesat di antara mereka sendiri?
Apabila dia
bertanya kepadaku, aku jadikan diriku sebagai seorang Ja'fari, aku memberikan
dalil-dalil daripada al-Qur'an dan Sunnah RasulNya. Aku berkata: Sebuah hadith
Rasulullah SAWAW yang dimaksud itu adalah: "Aku tinggalkan kepada kalian dua
perkara yang berharga, kitab Allah dan Itrah Ahlu l-Baitku, selama kalian
berpegang kepada kedua-duanya, kalian tidak akan sesat selepasku
selama-lamanya. Kedua-duanya tidak akan terpisah sehingga kedua-duanya
dikembalikan di Haudh. Justeru itu jagalah baik-baik, bagaimana kalian
memperlakukan kedua peninggalanku (tsaqalain) itu." Dan juga sabda
Rasulullah SAWAW: "Perumpamaan Ahlu l-Baitku pada kalian seperti bahtera Nuh,
sesiapa yang menaikinya akan berjaya, dan sesiapa yang tidak menaikinya akan
tenggelam." Dia menyerah kalah dan berkata kepadaku: Kebenaran
bersama Anda. Begitulah kami melihat kebenaran itu tetap di samping Ahlu
l-Bait Rasulullah SAWAW.
Istilah Sebagai
Syi'ah
Sebagaimana
kalian telah mengetahui bahwa dalil-dalil yang kuat dan hujjah-hujjah yang
terang terdapat di dalam buku-buku Sunni dan Syi'ah tentang kebenaran berpegang
kepada mazhab Ja'fari kerana merupakan silsilah emas (manaqib ad-dzahabiah)
yang tersusun rapi dan tidak dapat dipisahkan sebagaimana firmanNya dalam
(Surah al-Baqarah (2): 256 yang berbunyi: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
salah. Kerana itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang
tidak akan putus."
Sebagaimana
sebuah hadith muktabar yang diriwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib AS dari
Nabi SAWAW bersabda: "Kamilah al-Urwah al-Wusthqa (simpul
tali yang amat kuat)." Di dalam riwayat yang lain beliau bersabda: "Kamilah al-Sirat
al-Mustaqim, kamilah subul (jalan-jalan) kepada
Allah." Contoh-contoh hadith seperti ini adalah sangat banyak dan tak
mungkin dibatilkan karena bersumber dari ahlulbait Rasulullah (wilayah yang
paling dekat dengan risalah pewahyuan) sebagaimana tak terpisahkannya rumah
dengan pintunya. Semuanya menjelaskan kepada kita sabil (jalan) untuk berpegang
kepada mazhab Syi'ah. Maka kami menerimanya dengan penuh kegembiraan karena
ingin kejayaan dan kemenangan di akhirat kelak. Semoga Allah juga memberi
petunjuk kepada kalian. Sebagaimana seorang penyair bernama al-Kumait
berkata dalam puisinya: "Aku adalah Syi'ah Ahmad, dan mazhabku
adalah mazhab al-Haqq”.
Imam Syafi'i
berkata: “Manakala aku melihat manusia berpegang kepada mazhab yang
bermacam-macam di lautan kebodohan dan kejahilan. Aku menaiki, dengan nama
Allah, bahtera kejayaan, mereka adalah Ahlu l-Bait al-Mustafa, dan pamungkas
segala Rasul. Aku berpegang kepada tali Allah dengan mewalikan mereka
sebagaimana Dia memerintahkan kita berpegang kepada taliNya. Telah
berpecah di dalam agama tujuh puluh golongan lebih sebagaimana tercatat di
dalam hadith. Semuanya tidak berjaya kecuali satu golongan, maka katakanlah
kepadaku mengenainya wahai orang yang mempunyai fikiran dan akal. Adakah
golongan yang binasa itu Ali Muhammad? Atau golongan lain yang
berjaya? Katakanlah kepadaku! Sekiranya engkau berkata mengenai
orang-orang yang berjaya, maka jawapannya adalah satu (keluarga Muhammad dan
pengikut-pengikutnya). Dan sekiranya engkau berkata tentang golongan yang
binasa, niscaya engkau tidak boleh berbuat apa-apa lagi. Dan
sekiranya maula (wali dan pemimpin) mereka adalah daripada
mereka (Ahlu l-Bait AS) maka sesungguhnya aku telah meridhai mereka dan senantiasa
berteduh di bayangan mereka. Tinggallah Ali untukku sebagai Wali dan juga
Keturunannya (11 imam penerus Imam Ali). Dengan mereka (ahlulbait) kalian
termasuk orang-orang yang tinggal di dalam kesenangan (abadi di akhirat kelak).
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar