Selasa, 29 September 2015

Ketika Syi’ah Membungkam Wahabi


DR SYEKH AHMAD AL-WA'ILI MEMBUNGKAM MUFTI SAUDI BIN BAZ



Dr. Syekh Ahmad al Wa’ili bertemu dengan Bin Baz di Muktamar Islam tahun 1978 yang diselenggarakan di Kairo, Mesir. Tujuan dari Muktamar tersebut adalah untuk menyatukan mazhab-mazhab Islam yang berbeda-beda. Mayoritas yang hadir adalah para ulama yang mewakili empat mazhab Sunni. Dari Syi’ah yang hadir diwakili tiga negara, yaitu beliau sendiri (mewakili Irak) dan dua wakil dari Iran dan Afganistan.

Setelah terjadi perdebatan tajam dalam forum muktamar, tudingan diarahkan ke Syi’ah dengan menyatakan bahwa Syi’ah telah men-tahrif al-Quran karena al-Quran turun kepada Nabi Muhammad saw dengan metode yang mudah dan setiap orang bisa menafsirkannya dan tidak membutuhkan tafsir batin dan tafsir zahir sebagaimana diklaim oleh Syi’ah. Dalam muktamar tersebut Saudi mengirimkan wakilnya, seorang mufti yang buta matanya, Bin Baz.

Mengetahui kehadiran Bin Baz, spontan DR Ahmad al-Wa'ili mengatakan: "Kami (Syi’ah) tidak akan menafsirkan al-Quran dengan dua penafsiran batin dan zahir, kami akan menafsirkan ayat-ayat dengan penafsiran zahir saja. Namun, mengapa kalian membolehkan lelaki (buta) ini berada bersama kami padahal ia kafir dan dari ahli neraka?"

Spontan terjadi kegaduhan dalam forum muktamar, dan kata-kata kasar pun diarahkan kepada DR Ahmad al-Wa'ili.  Mereka berkata: "Tidakkah engkau tahu bahwa lelaki ini adalah wakil negara Saudi, dan ia adalah seorang alim dan mufti Islam untuk Saudi?" DR. Ahmad al-Wa'ili berkata: "Ya aku tahu, tapi bukankah Allah berfirman dalam Kitab-Nya bahwa ia termasuk ahli neraka, yaitu melalui ayat-Nya yang mulia:

من كان فى هذه أعمى فهو فى الآخرة أعمى وأضل سبيلا

(Siapapun yang di dunia ini buta maka ia di akhirat buta dan lebih sesat jalannya) karenanya orang ini termasuk dari ahli neraka sebagaimana ditunjukkan oleh ayat tersebut. Apabila ini adalah tafsir zahir yang kalian terima untuk ayat tersebut". Mereka berkata: "Tidak! Sesungguhnya yang Allah maksudkan adalah buta hati yang keimanan tidak masuk ke dalam hatinya". DR. Ahmad al-Wa'ili berkata kepada mereka: "Dan ini adalah tafsir batin yang kalian menggugat Syi’ah dengannya".


Emosi Bin Baz tersulut mendengar pernyataan tajam DR al-Wa'ili dan Bin Baz pun mulai menyerang akidah Syi’ah.

Bin Baz berkata: Kalian orang-orang Syi’ah itu menyembah makam-makam para imam kalian dan mencium-cium emas dan perak di dinding makam-makam itu.

DR al-Wa'ili menjawab: Ketika engkau mencium al-Quran, yang engkau cium itu kulit (cover) yang darinya juga dibuatkan sepatu-sepatu untuk dipakai di kaki. Lantas bagaimana sampai engkau mau menciumnya?

Bin Baz: Aku mencium apa yang ada di dalam kulit (cover) al-Quran.

DR al-Wa'ili: Emas dan perak yang kami cium di makam-makam para Imam kami itu sebagai penghormatan terhadap penghuni makam-makam itu.

Bin Baz: Kalau begitu, sekarang aku tahu bahwa mazhab kalian dibangun diatas dusta dan penipuan.

DR al-Wa'ili: Bagaimana engkau bisa menuduh seperti ini?

Bin Baz: Bukankah mazhab kalian menyatakan bahwa 12 imam kalian itu maksum dan derajat mereka di sisi Allah seperti derajat para nabi, dan bumi tidak mungkin menampung jasad-jasad mereka tapi Allah mengangkat mereka di sisi-Nya dalam keadaan ruh dan jasad mereka hidup.

DR al-Wa'ili: Ya, ini benar!

Bin Baz: Kalau begitu, makam-makam para imam kalian atau dinding-dindingnya yang kalian cium-cium itu sudah kosong. Tidak ada lagi sesuatu dan tidak ada lagi imam kalian di dalamnya. Kalau sudah begitu, lantas mengapa kalian masih menziarahi makam-makam itu, mencium-cium dinding-dindingnya, dan kalian meminta syafaat darinya?

DR al-Wa'ili: Aku mau mengajukan pertanyaan kepadamu, bisa?

Bin Baz: Silakan bertanya!

DR al-Wa'ili: Setiap tahun jutaan Muslim datang ke Mekah dan dari berbagai belahan dunia, mereka mengalami berbagai macam kesulitan selama perjalanan, mengeluarkan banyak uang dan meninggalkan pekerjaan-pekerjaan mereka.  Apa yang menyebabkan mereka melakukan itu padahal Ka'bah hanya bangunan dari batu yang dibangun oleh Ibrahim al-Khalil as dan bekas-bekasnya tetap seperti begitu hingga hari ini?

Bin Baz: Bagaimana engkau bisa mengucapkan perkataan seperti itu, tidakkah engkau tahu bahwa Ka'bah itu Rumah Allah?

DR al-Wa'ili: Bukankah Allah itu ada di semua tempat dan Dia lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita, lantas mengapa kita harus pergi ke Rumah-Nya? Dan apakah Dia ada di dalam Rumah-Nya?

Bin Baz: Akan tetapi Allah yang memerintahkan kita untuk berhaji ke Rumah-Nya.

DR al-Wa'ili: Tahukah engkau, mengapa? Karena Cahaya Ilahi memancar di tempat ini (Ka'bah) jauh melebihi tempat lain mana pun di dunia ini, dan manusia lebih dekat kepada Tuhannya ketika berada di tempat ini.  Dan demikian pula halnya dengan makam-makam suci para imam kami, cahaya imam lebih banyak berada di tempat itu daripada tempat mana pun lainnya dan hubungan ruhaninya dengan kami menjadi lebih dekat daripada tempat-tempat lainnya.

(Bin Baz menjadi bungkam seribu bahasa dan tidak lagi melanjutkan tuduhan-tuduhannya). 


Kamis, 24 September 2015

Ketika Rezim Saud Saudi Arabia Mendanai Mossad Israel


Oleh “Barry Lando

Pada 12 Oktober 2012, saya berspekulasi soal adanya kemungkinan kuat Arab Saudi mendanai Mossad “Israel”. Dana tersebut dikeluarkan, antara lain, untuk membunuh beberapa pakar nuklir Iran selama beberapa tahun terakhir.

Kerjasama itu, sebagaimana saya tulis, merupakan perkembangan ganjil terbaru dalam aliansi rahasia antara Rezim Zionis “Israel” dengan Arab Saudi yang mengklaim dirinya sebagai penjaga situs Islam paling suci. Huffington Post menolak untuk menjalankan blog itu karena saya hanya punya satu sumber yang tidak mengizinkan untuk disebutkan namanya. Sebaliknya, saya mempostingnya dalam situs saya sendiri dan yang lain.

Blog itu terkena virus, terutama di Israel, Iran, dan Arab Saudi, yang dikutip beberapa kantor berita. Sekarang, klaim tersebut telah mendapat sokongan baru dari sumber “Israel” yang punya reputasi.

“Seorang teman, dengan sumber yang bagus dalam pemerintahan “Israel”, mengklaim bahwa kepala Mossad “Israel” telah membuat beberapa perjalanan untuk berurusan dengan rekan-rekannya di Arab Saudi –salah satu hasilnya: terjalin kesepakatan bahwa Saudi akan membiayai serangkaian pembunuhan beberapa pakar nuklir Iran yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Jumlah [dana] yang dikucurkan, klaim sumber saya, sebesar 1 miliar dollar AS. Total biaya, katanya, yang dianggap cukup murah untuk kerusakan yang dilakukan terhadap program nuklir Iran.”

“Sekilas, kisah tersebut terdengar tidak masuk akal. Di sisi lain, itu sangat masuk akal. Rawa keruh politik Timur Tengah tidak berhubungan dengan slogan-slogan sederhana dan 30 detik suara debat calon presiden.

Setelah semua itu, tak satu pun tempat yang melebihi Timur Tengah yang memberlakukan pepatah: musuh dari musuh saya adalah teman saya. Keduanya, “Israel” dan Saudi, terus-terusan membenci pemimpin revolusioner Islam Syi’ah Iran. Gayung pun bersambut. Teheran telah lama dituduh memicu kegelisahan warga Muslim Syi’ah Saudi.

“Pemimpin Zionis ‘Israel’ dan Arab [Saudi] utamanya ketakutan kalau-kalau (berdasarkan tuduhan tak beralasan dan tanpa bukti bahwa) Iran mengembangkan senjata nuklir. Jadi, itu alamiah saja (bersama AS) mereka akan mendukung program terkoordinasi untuk setidaknya memperlambat , jika tidak mencacatkan secara permanen, program nuklir Iran.”

“Juga masuk akal secara sempurna, jika sebagai pembalasan atas serangan cyber pada sentrifugalnya, Iran dikabarkan meluncurkan serangan cyber sendiri dengan target [situs-situs] milik Saudi: Saudi Aramco, perusahaan [minyak] dunia yang paling berharga. Terakhir, pada 15 Agustus 2013, seseorang dengan akses istimewa ke komputer Aramco mampu melepaskan virus yang mendatangkan malapetaka bagi sistem perusahaan. Pakar intelijen AS mengarahkan jari telunjuknya ke Teheran.”

“Memang, laporan awal tahun Tel Aviv University itu menempatkan Arab Saudi sebagai harapan terakhir dan garis pertahanan ‘Israel’. Bersama sebagian besar sekutu tradisional ‘Israel’ di wilayah tersebut yang mengirimkan paket atau dirusak Musim Semi Arab, Saudi merupakan kesempatan terakhir Negara [fiktif Zionis] Yahudi itu untuk melindungi kepentingan politiknya di dunia Arab.”

Sekarang muncul konfirmasi lebih lanjut terhadap aliansi ganjil tersebut, dari blog Tikun Olam milik Richard Silverstein yang sangat baik. Silverstein mendapatkan banyak masukan dari sejumlah wartawan “Israel” yang seringkali menyampaikan informasi yang tidak boleh dipublikasikan di “Israel”. Silverstein juga terus memantau media “Israel”.

Ia terus mengikuti kerjasama erat “Israel” dengan Arab Saudi dalam menarget Suriah dan Iran. Dalam blog terbarunya, ia melaporkan:

“Shalom Yerushalmi yang menulis di Maariv, bahkan menjatuhkan bom yag lebih menakjubkan. Arab Saudi tidak hanya mengkoordinasikan upaya intelijennya sendiri dengan ‘Israel’. Ia (Arab Saudi) benar-benar membiayai banyak kampanye ‘Israel’ yang sangat mahal terhadap Iran. Seperti yang Anda tahu, semua itu telah melibatkan sabotase besar-besaran terhadap basis rudal IRGC, pembunuhan lima ilmuwan nuklir, penciptaan serangkaian senjata cyber komputer seperti Stuxnet dan Flame. Juga dapat dibayangkan, semua itu melibatkan seluruh kelas senjata elektronik dan konvensional yang dapat digunakan dalam serangan besar-besaran terhadap Iran. Siapa tahu, ini mungkin termasuk melibatkan pelbagai jenis bom penghancur bunker yang hanya AS saat ini yang memiliki akses terhadapnya, yang dapat menembus fasilitas [nuklir] Fordo. Mungkin juga termasuk sejumlah besar super-tanker yang dapat menyediakan bahan bakar yang diperlukan untuk pesawat-pesawat ‘Israel’ untuk pulang-pergi Iran. Semua ini mahal. Sangat mahal.”

Sebagai latar belakang dari ceritanya, Yerushalmi, seraya mengutip pidato terbaru Perdana Menteri “Israel” Benjamin Nethanyahu, mengacu pada kemungkinan bahwa negara-negara Arab, yang secara pribadi menjaga hubungan lebih baik dengan “Israel” saat ini ketimbang dengan Uni Eropa, akan melakukannya secara terbuka jika upaya perdamaian gagal.

“Nethanyahu,” tulis wartawan “Israel”, “merujuk hampir pasti ke Arab Saudi yang mendanai biaya kampanye besar-besaran yang kami sedang lakukan terhadap Iran.”

“Pertanyaan” yang dituliskan Silverstein dalam blognya, “adalah, seberapa jauh Arab Saudi mampu melakukannya. Jika Netanyahu pernah memutuskan untuk melancarkan serangan, akankah dana tersebut berasal dari negara Wahabi itu juga? Jawabannya tampaknya jelas, ya.

“Pertanyaan selanjutnya adalah, mengingat adanya sensor militer serba ketat di ‘Israel’, mengapa sensor itu membolehkan Maariv mempublikasikannya? Entah seseorang terlelap saat ganti jaga atau IDF serta pejabat politik dan intelijen ‘Israel’ ingin dunia tahu tentang upaya Saudi-‘Israel’ itu. Siapa yang khususnya ingin mereka tahu? Obama tentu saja… ‘Israel’ tidak perlu lagi hanya mengandalkan AS jika memutuskan untuk berperang. Arab Saudi akan berdiri tepat di belakangnya….”

“Saya tidak berpikir bahwa berita ini secara substansial akan mengubah kalkulus militer. ‘Israel’, bahkan dengan dana tak terbatas, tetap tak dapat mengumpulkan senjata dan amunisi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan benar. Itu akan memakan waktu. Namun ‘Israel’ tidak akan perang esok hari. Berita yang dilaporkan Maariv ini agaknya [mengilustrasikan] Netanyahu sedang memainkan satu kartu di tangannya”. 


Rabu, 09 September 2015

Politik Minyak, ISIS, dan Kedok Wahabi (Kejahatan Setan Amerika, Israel, dan Rezim Saud Saudi Arabia)


"PRIMITIF, BIADAB, BINATANG!", berapa di antara kita yang belum pernah mengucap, atau minimal terpikir untuk mengucap? Satu-satunya alasan kita masih menahan diri untuk tidak menunjuk-nunjuk muka adalah adab dan budi pekerti, meskipun sebenarnya sudah di ujung lidah. Tapi apakah kita sudah mengumpulkan semua informasi yang diperlukan untuk membuat INFORMED DECISION saat kita memberikan judgement (menghakimi)? "JASMERAH! (jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah)", demikian kita diingatkan oleh Ir. Soekarno. Ironisnya, SEJARAH sebagai saksi utama dan kunci penting memahami "Radikalisme (Wahabisme)" malah justru yang selalu terlupakan. Selamat membaca!

THE ORIGIN of VIOLENCE
PERLU DIPAHAMI bahwa sejak ditemukan moda transportasi BBM, Minyak menjadi KOMODITAS NO.1 dunia sejak abad ke-20, dan Timur Tengah adalah wilayah kandungan minyak terbesar dunia dengan akses termudah, yang membuatnya vital dan strategis. PERLU DIKETAHUI bahwa baik yang menemukan moda transportasi BBM, maupun yang menemukan ladang minyak di Timur Tengah adalah Peradaban Barat (Eropa). Semua berawal ketika Tim Eskplorasi yang dikirim William Knox D'Arcy (Pengusaha Irlandia) menemukan ladang minyak luas di Persia (sekarang Iran), kemudian bersama Burmah Oil Co (BUMN Inggris) mendirikan APOC (Anglo Persian Oil Company), korporasi minyak milik Barat pertama di Timur Tengah, nantinya menjadi British Petroleum (BP Plc). Lalu Barat mengirim “sepasukan” Peneliti Minyak ke Timur Tengah, dan ladang-ladang minyak besar lainnya pun ditemukan, dari Semenanjung Arab sampai Laut Kaspia, sampai pantai utara Afrika, di daerah-daerah yang kita kenal sekarang dengan nama Arab Saudi, UEA, Kuwait, Irak, Suriah, sampai Libya dan Aljazair.

Penemuan ini adalah GAME CHANGER yang merombak total Geopolitik Internasional dan meredefinisi kebijakan luar negeri Barat dalam sekejap mata. Timur Tengah menjadi pertaruhan besar bagi konstelasi politik yang akan menentukan peta kekuatan dunia di masa mendatang (setidaknya menurut Barat). Satu-satunya penghalang adalah Kekaisaran Ottoman yang saat itu menguasai hampir seluruh Semenanjung Arab. Ottoman harus pergi. SUMBER: (1)

PERANG INTELIJEN BERMOTIF MINYAK
PERLU DIKETAHUI, setelah sadar perang terbuka head to head tidak akan mempercepat proses "pendongkelan" Ottoman dari Timur Tengah, Peradaban Barat menemukan metoda perang yang lebih efektif dan mematikan untuk digunakan kepada suku primitif penunggang unta di padang pasir ini, yakni: PERANG INTELIJEN. Militer Inggris lalu mengirim perwira-perwira jenius, diantaranya sang Legenda Thomas Edward Lawrence, yang membaur dan berhasil memprovokasi “Revolusi Arab” tahun 1916. Kekaisaran Ottoman sukses "didongkel" dari Timur Tengah hanya dalam waktu setahun! *For more reading, alias untuk bacaan lanjut silahkan tanya Google: Lawrence of Arabia, Arab Revolt.

FAKTA SEJARAH => "Revolusi Arab" adalah PERANG INTELIJEN BERORIENTASI MINYAK pertama yang dilancarkan Barat kepada Rezim penguasa Timur Tengah. Kesuksesan Lawrence of Arabia mengusir Ottoman kelak akan menjadi BLUE PRINT untuk PERANG INTELIJEN BERORIENTASI MINYAK di masa mendatang. SUMBER: (2)

POTONGAN KUE untuk "SANG ADIK"
Militer Inggris kemudian membuat perjanjian Darin dengan Ibnu Saud, yang menetapkan wilayah Arab Saudi dibawah proteksi Inggris. Kerajaan Inggris tidak hanya memberikan suplai persenjataan dan bantuan 5000 pound per-bulan, tapi juga menganugerahkan gelar SIR (ksatria) Order of Bath kepada Ibnu Saud. Memuluskan jalan untuk Rockefellerowner konglomerasi minyak terbesar dunia Standard Oil untuk mendapatkan Konsesi Minyak Arab Saudi. Standard Oil Company of California (SOCAL), nantinya berubah nama menjadi Chevron, mendirikan Arabian American Oil Company (ARAMCO)Standard Oil of New Jersey, nantinya menjadi ExxonStandard Oil of New York, nantinya Mobil Oil, menguasai ladang-ladang minyak Saudi Arabia. Pada tahun 1949, BP dan Shell telah menguasai 52% dari seluruh ladang minyak di Timur Tengah, dan Chevron, Exxon, Mobil, Texaco menguasai 42%. SUMBER: (3)

Arab Saudi menasionalisasi ARAMCO dengan membeli 25% saham pada tahun 1973, lalu membeli 60% saham pada 1974, dan 100% pada tahun 1980. Namun pada prakteknya, 4 raksasa minyak Amerika: Chevron, Exxon, Mobil & Texaco masih mengoperasikan ARAMCO. Pada tahun 1990, Exxon melaporkan saham kepemilikan sebesar 28,33% di ARAMCO kepada SEC (Bapepam untuk Wall Street), 10 tahun setelah nasionalisasi Exxon masih memiliki 28,33% saham ARAMCO. Seluruh kilang minyak pun masih dikelola oleh Mobil Oil & Shell. SUMBER: (4)

METODA "PERANG KOTOR"
Untuk mengamankan British Petroleum (BP), militer Inggris menduduki Iran dan menginstalasi Rezim "ramah kepada Barat" Shah Reza Pahlevi sebagai SHAH (Dinasti Pahlevi), meresmikan Iran sebagai suplier minyak Barat terbesar setelah Arab Saudi. Namun pada 1951, gerakan Nasionalis dipimpin PM Iran Mohammad Mosaddegh mencoba membatasi kekuasaan monarki Shah Pahlevi, dan menasionalisasi Anglo-Iranian Oil Company (BP).

Inggris dibantu C.I.A. (dinas intelijen Amerika) melancarkan Perang Intelijen menggulingkan PM Mossadegh melalui provokasi KUDETA yang dikenal dengan 28 Mordad Coup. Pada Agustus 2013, C.I.A. secara resmi mengakui operasi intelijen "pelengseran" PM Iran Mossadegh melalui penggerakan massa dengan cara memberikan sogokan kepada politisi dan petinggi militer Iran. British Petroleum (BP) menyumbang uang sebesar $25.000 untuk operasi tersebut. Berita ini dilansir CNN, BBC, dan berbagai media internasional pada 19-20 Agustus 2013 dengan headline “CIA admits role in 1953 Iranian Coup”.

Namun situasi kondusif tak bertahan lama, karena Dinasti Pahlevi kembali digulingkan kali ini oleh gerakan Islam Syi’ah Ayatullah Khomeini, mendirikan Republik Islam yang dikenal dengan Iranian Revolution 1979. C.I.A. kembali beraksi membiayai General Oveisi, petinggi militer loyalis Shah Pahlevi. Kapal perang USS Constellation berangkat dari Subic Bay Filipina menuju laut Arab untuk mendukung penghasutan "perang saudara" antara Loyalis Pahlevi V.S. Rezim Islam. Namun kali ini, operasi yang dibiayai oleh Rockefeller (Chevron) menemui kegagalan. SUMBER: (6)

PEMBIAYAAN PERANG IRAK-IRAN
Berdasarkan rekomendasi Zbigniew BrzezinskiNational Security Advisor Gedung Putih kepada Presiden Carter: Saddam Hussein bisa dimanfaatkan untuk menumbangkan rezim Anti-Barat Ayatullah Khomeini, Presiden Jimmy Carter langsung instruksi C.I.A. membuka kantor di Baghdad yang disambut baik oleh Saddam Hussein. SUMBER: (7). Tak menunggu lama, A.S. langsung menerbitkan peringatan ke negara-negara sekitar akan eskalasi yang akan datang. Washington juga memberikan ultimatum kepada Soviet agar tidak turut campur. Saddam Hussein melihat ini sebagai "lampu hijau", dan agresi militer Irak ke Iran pun dimulai pada 22 September 1980. SUMBER: (8)

A.S. langsung mengeluarkan Irak dari Daftar Hitam “Negara sponsor Terorisme” untuk legitimasi pemberian bantuan. “Bantuan Ekonomi” milyaran Dollar langsung dicairkan, termasuk suplai senjata, suplai amunisi, sampai transfer teknologi militer. C.I.A. memberikan arahan TACTICAL untuk setiap operasi militer Irak, memberikan bocoran intel, bahkan pelatihan SPECIAL OPSDepartemen Defense Intelligence Agency Pentagon ikut buka kantor di Baghdad memberikan arahan langsung kepada A.U. Irak. Personel militer Irak menerima pelatihan dari Satuan Khusus Green Berets di Fort Bragg, North Carolina, juga pelatihan untuk Pilot Helikopter. SUMBER: (9)

Tak hanya itu, militer A.S. juga terlibat langsung melakukan serangan terhadap target-target militer Iran. C.I.A. melancarkan Operasi EAGER GLACIER sabotase target-target strategis di Iran menggunakan Agen Lapangan. Kapal perang USS Stark menyerang kapal-kapal Minyak Iran. Perang baru berakhir 8 tahun kemudian melalui intervensi PBB pada 20 Agustus 1988 Resolution 59, setelah menewaskan lebih dari 1.000.000 personel militer dan sipil. Namun upaya penggulingan rezim Islam Iran kembali gagal.

PENYEBARAN SISTEMATIS PAHAM RADIKALISME (WAHABISME)
Berdasarkan keterangan mantan Direktur C.I.A. James Woolsey, sejak akhir 1970-an dan awal 1980-an, Arab Saudi menghabiskan 87 milyar Dollar untuk sumbangan ke negara-negara berkembang (seperti Indonesia) untuk dana pembangunan/operasional Mesjid, Madrasah, Pesantren, dan Islamic Center, disertai dengan distribusi buku-buku agama, materi akademis, juga pembiayaan pendidikan calon Ustaz. Materi edukasi Islam tersebut yang DISISIPKAN materi BRAIN WASH (cuci otak) penghasutan kebencian, fanatisme, radikalisme, dan terorisme. Termasuk penghasutan kebencian terhadap Islam Syi’ah Iran. SUMBER: (10)

Berdasarkan Laporan Jean-Charles Brisard untuk U.N. Security Council (DK PBB), ia memiliki bukti terjadinya aliran dana $500 juta ke organisasi Al Qaeda dari lingkar keluarga kerajaan Arab Saudi hanya pada tahun 2002 saja. Lalu pada Desember 2004,U.S. Senate Finance Committee (Komite keuangan Daerah A.S.) mendapat laporan dari IRS (kantor pajak A.S.) perihal terjadinya alokasi "Zakat" untuk Terorisme oleh yayasan-yayasan Arab Saudi di Amerikaal Haramain dan Islamic Relief.

Pada Juli 2005, Stuart LeveyU.S. Treasury Undersecretary (Sekretaris Bendahara Negara) membuat laporan kepada Senate Committee Hearing (Komite Dengar Pendapat Senat) mengenai dukungan finansial dan pembiayaan Terorisme yang dilakukan Yayasan Arab Saudi di A.S. Muslim World League (WML)Perbankan Arab Saudi diketahui terang-terangan memberikan dukungan finansial kepada TerorismeIslamic Development Bank (IDB) diketahui mengalirkan dana ke Yayasan Arab Saudi di Amerika Council on American-Islamic Relations (CAIR)yang menyalurkan-nya lagi ke organisasi-organisasi teroris global yang berafiliasi ke Al Qaeda, seperti: Al Quds, Lashkar-e-Taiba, Holy Land Foundation (HLF), World Assembly of Muslim Youth (WAMY), International Islamic Relief Organization (IIRO), dan Muslim Brotherhood (Ikhwanul Muslimin). SUMBER: (11)

U.S. Senate Committee on Governmental Affairs pada Juli 2003 memberikan pernyataan: banyak tokoh berpengaruh Arab Saudi menjabat posisi penting di organisasi pendukung teroris global seperti Grand Mufti Arab Saudi yang memegang jabatan di WML, juga Saudi Minister of Islamic Affairs yang menjabat posisi sekretaris di WAMY dan al Haramain. SUMBER: (12). Pada Maret 2002, Senator Bob Graham, ketua Senate Intelligence Committee (Komite Intelijen Senat AS), memberikan pernyataan bahwa jaringan teroris WTC 9/11 mendapat dukungan finansial dari lingkar keluarga kerajaan Arab Saudi, dituangkan dalam Laporan 27 halaman Congressional Inquiry's Final Report. Namun apa yang terjadi kemudian? “The Bush administration and FBI blocked a congressional investigation into that relationship” (Senator Bob Graham). Terjemahan: pemerintahan Bush dan FBI menghalang-halangi penyelidikan terhadap hubungan (Saudi dan Teroris) tersebut. SUMBER: (13)

Michael Scheuer, mantan kepala CIA Counter Terrorism Center (Unit Anti Teroris CIA), memberikan pernyataan kepada Wahington Post tahun 2005, “Bin Laden family in the US are nearly completely off limits to US law enforcement.”Terjemahan: keluarga Bin Laden di Amerika hampir tidak bisa disentuh oleh penegakan Hukum. Bahkan setelah mengetahui Osama Bin Laden dibalik serangan WTC 9/11, keluarga Bin Laden (sanak saudara Osama) yang tinggal di Amerika diberikan izin untuk terbang pulang ke Arab Saudi tanpa satu pun melewati proses interogasi meskipun FBI telah menemukan dugaan koneksi mereka dengan para pembajak WTC 9/11. Setelah begitu banyak Fakta menunjuk hidung Arab Saudi sebagai MASTERMIND Terorisme global, daripada membom Arab Saudi, Amerika malah membom Irak.

PEMBIAYAAN MUJAHIDIN (TALIBAN) USIR SOVIET
Berawal dari ekspansi Soviet menginvasi Afghanistan pada tahun 1979, memberikan ancaman langsung terhadap kepentingan Barat terhadap Minyak Timur Tengah. Presiden Jimmy Carter memberikan respon dengan menerbitkan kebijakan yang dikenal dengan Carter Doctrine pada Januari 1980 yang berbunyi: "Amerika Serikat akan menggunakan kekuatan Militer bila diperlukan untuk mempertahankan kepentingan di Teluk Persia". Namun pilihan lagi-lagi jatuh kepada Perang Intelijen daripada head to head. Pada 3 Juli 1979, Presiden Carter menandatangani direktif Operation Cyclone yang memerintahkan C.I.A untuk melakukan COVERT OP (Operasi Intelijen) membiayai Mujahidin (Taliban) Afghanistan. SUMBER: (2)

Pembiayaan Etape Pertama dimulai $20-$30 juta per-Tahun pada 1980, diujung-tombaki oleh National Security Adviser, Zbigniew Brzezinski, diteruskan kabinet Ronald Reagan menjadi $630 juta per-Tahun pada 1987, oleh Senator Charlie Wilson sampai Soviet sukses diusir dari Afghanistan pada tahun 1989. Operasi pembiayaan C.I.A kepada Mujahidin (Taliban) Afghanistan ini melibatkan sukarelawan Arab yang dikomandani oleh Osama Bin Laden, yang menjadi cikal bakal pembentukan Al Qaeda, seperti Mujahidin yang menjadi cikal bakal pembentukan Taliban, yang mana keduanya akan balik menggigit sang majikan bertahun-tahun kemudian. SUMBER: (15)

C.I.A dan berbagai elemen pemerintah A.S. tentunya menyangkal memberikan pendanaan kepada Osama dan Al Qaeda yang waktu itu memang ikut membantu Mujahidin (Taliban). Karena itu sama saja mengakui ikut bertanggung jawab atas serangan WTC 9/11. For more reading Google: Carter Doctrine , Operation Cyclone atau Tanya Google untuk info selanjutnya.

PENGGULINGAN MUAMMAR GADDAFI
Berdasarkan Laporan yang diterbitkan oleh The Jamestown FoundationWashington D.C. Institute for Research and AnalysisKhalifa Haftar yang merupakan Panglima Pasukan Pemberontak Libya adalah kolaborator C.I.A. sejak tahun 1969. The Jamestown Study bahkan memiliki pernyataan dari Khalifa Haftar dari wawancara pada tahun 1991 mengakui bahwa C.I.A. telah menjadi sponsor dan sumber pendanaan bagi paramiliter Anti-Gaddafi di Libya sejak 1988, juga memberikan Pelatihan di Training Camp. Satu lagi bukti kuat keterlibatan C.I.A di Libya adalah terdapatnya 3 orang anggota Al Qaeda dalam pasukan pemberontak: Abdel Hakim al Hasady, Salah al Barrani, Sufyan Ben Qumuyang mana ketiganya adalah tahanan teroris C.I.A. di Guantanamo Bay sebelum tiba-tiba muncul di Libya. SUMBER: (16)

Operasi C.I.A di Libya saat penggulingan Gaddafi juga diberitakan oleh NEW YORK TIMES, bersama MI6 membantu mengumpulkan intel. Presiden Obama juga diberitakan memberikan instruksi kepada C.I.A untuk mempersenjatai pemberontak Anti-Gaddafi. Dan yang mutlak memperjelas, tentunya bantuan pemboman oleh NATO yang melemahkan kekuatan militer Gaddafi secara signifikan, memberikan kemenangan bagi pasukan pemberontak. SUMBER: (17)

PEMBIAYAAN PERANG SAUDARA SURIAH
Pembiayaan upaya penggulingan Rezim Assad sudah menjadi informasi publik, karena dari operasi rahasia, Amerika akhirnya tidak malu-malu mengakui dukungannya terhadap pemberontak Suriah. Bantuan terang-terangan Obama bervariasi dari meminta Kongres A.S. untuk menyetujui "intervensi militer" ke Suriah sekitar Medio Agustus/September 2013, sampai meminta Kongres untuk menyetujui permintaan dana bantuan $500 juta untuk pemberontak Suriah. Berita dukungan A.S. atas pemberontak Suriah ini sudah dilansir oleh media-media internasional BBC, CNN, RT (Russia Today), Washington Post, Telegraph UK, dan lain-lain. Namun sebenarnya keterlibatan Amerika sudah lebih jauh daripada yang diakui Obama.

The New York Times telah melansir elemen Al Qaeda dalam pasukan pemberontak Suriah sejak tahun 2012 dalam artikel "Syrian Rebels Tied to Al Qaeda Play Key Role in War". Mengusung nama "Nusra Front" di Suriah, adalah cell teroris Al Qaeda yang berbasis di Irak. Reporter Prancis Georges Malbrunot kepada harian Le Figaro, melaporkan peran vital C.I.A. sebagai supplier utama persenjataan untuk pemberontak Suriah. "C.I.A. lead convoys of arms deliveries. The Saudis in charge of financing. C.I.A and Saudi Arabia have supplied the militants in Syria 600 tons of weapons in 2013 alone".Terjemahan: C.I.A memimpin konvoi pengiriman senjata, sementara Saudi membiayai. Mereka telah mensuplai pemberontak Suriah 600 ton senjata selama tahun 2013 saja.

CNN dalam artikel "CIA-funded weapons have begun to reach Syrian rebels" Sept 2013, melaporkan dari Pentagon perihal pengiriman senjata oleh C.I.A. kepada pemberontak Suriah. RUSSIA TODAY dalam artikel "CIA trains and spies for Syrian rebels" Maret 2013, melaporkan peran C.I.A. dalam memberikan pelatihan dan bocoran intel kepada pemberontak Suriah. U.S.A TODAY dalam artikel "Syrian rebels pledge loyalty to al Qaeda" Juni 2013, menjelaskan peran elemen Al Qaeda dalam pemberontak Suriah. RUSSIA TODAY (RT) dalam artikel "Rebel leader supported by the West admits he fights alongside Al Qaeda" melaporkan joint op pemberontak Suriah bentukan Amerika dengan Al-Qaeda. Pemberontak Suriah Free Syrian Army pun mulai mengadaptasi metoda Al Qaeda danmelakukan pembersihan etnis, pembunuhan sistematis dan genosida terhadap warga sipil, menjadikan "Perang Saudara Suriah" menjadi tragedi kemanusiaan yang memakan korban sampai 160.000 jiwa. For more info, Google: Free Syrian Army beheading. WARNING! Graphic images!

ISLAMIC STATE ULTRA RADIKAL ISIS
"Kami tidak membiayai grup ekstrimis yang suatu saat bisa menggunakan senjata dari kami untuk menyerang kepentingan Barat." FORMAT BAKU jawaban Washington untuk menepis kritik/tuduhan pembiayaan Radikalisme (Wahabisme dan Takfirisme) di Timur Tengah. Amerika boleh-boleh saja menyangkal membiayai ISIS, seperti menyangkal membiayai Al Qaeda saat Osama Bin Laden membantu Mujahidin (Taliban) mengusir Soviet dari Afghanistan. "America has been funding people who are allies with ISIS...ISIS is stronger because we've been funding Islamic rebels in Syria." Terjemahan: America membiayai sekutu ISIS. ISIS menjadi kuat karena kita membiayai pemberontak Suriah. Pernyataan Senator Rand Paul (R-Ky) dari negara bagian Kentucky, menggugah pemikiran KRITIS: "Apakah dengan tidak mempersenjatai langsung teroris A, tapi mempersenjatai teroris B yang bekerjasama dengan teroris A, membebaskan Amerika dari tanggung jawab?"

Amerika membantah membiayai langsung Al Qaeda, NAMUN tutup mata dengan persenjataan yang disuplai ke Mujahidin (Taliban) yang bekerjasama dengan Osama Bin Laden. Amerika membantah membiayai langsung ISIS, NAMUN tutup mata dengan persenjataan yang disuplai ke Pemberontak Suriah yang sempat bekerjasama dengan ISIS. Dan tentunya Amerika tutup mata atas dukungan finansial dan pembiayaan sistematis yang diberikan sekutu-sekutunya Arab Saudi,  Kuwait dan Qatar kepada ISIS, yang mana sumbangan tersebut telah menjadi komponen kunci kekuatan ISIS.

TELEGRAPH UK dalam artikel "How the West bankrolls ISIS" 5 Agustus 2014, melaporkan sumbangan $100 juta dari ketiga donor tersebut kepada ISIS pada tahun 2013 saja. Kuwait juga mengadakan penggalangan dana dan mendapatkan $30 juta untuk jihad ISIS di Suriah. RUSSIA TODAY (RT) dalam artikel "ISIS in Iraq stinks of CIA/NATO ‘dirty war’ op", melaporkan beberapa anggota ISIS mendapat pelatihan dari C.I.A di Yordania pada tahun 2012, termasuk pembiayaan yang diberikan Arab Saudi dan Qatar kepada ISIS. Andrew Doran mantan pejabat US State Department memberikan kesaksian kepadaConservative National Review akan adanya beberapa pejuang ISIS memiliki Paspor Amerika.

PENUTUP
Pada tahun 2012, orang mencibir dan mengolok-olok opini "Pemberontak Suriah Dibeking C.I.A.", dua tahun kemudian opini tersebut menjadi Fakta. Para skeptis mungkin akan menolak ide "Amerika berperan dalam pembentukan ISIS" hanya karena BBC dan CNN belum memberitakan demikian. Di sinilah benang merah Sejarah menjadi kunci penting untuk memahami "Radikalisme Islam alias Wahabisme". Karena Faktanya: Barat punya rekam jejak menjadi MASTERMIND Radikalisme, Wahabisme, dan Terorisme di Timur TengahSemoga pemaparan FAKTA SEJARAH ini dapat memberikan PERSPEKTIF yang lebih obyektif dan sehat, dengan harapan tiada lain kecuali semoga kita bisa menularkan energi positif dalam kondisi tingginya tensi horisontal saat ini. Amin!

Sumber:
(1) “THE PRIZE: The Epic Quest for Oil, Money, and Power” (Simon & Schuster) by Daniel Yergin
(2) “A Prince of Our Disorder: The Life of T. E. Lawrence” (Harvard University Press) by John E. Mack
(3) “A Brief History Of Major Oil Companies In The Gulf Region” (University of Virginia) by Eric V. Thompson
(4) “Big Oil & Their Bankers In The Persian Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics & Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
(5) “The Scramble for Empire, Suez, and Decolonization” (I.B.Tauris) by Wm. Roger Louis
(6) “Big Oil & Their Bankers In The Persian Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics & Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
(7) “Web of Deceit: The History of Western Complicity in Iraq, from Churchill to Kennedy to George W. Bush” (Other Press) by Barry Lando
(8) “The Death Lobby: How the West Armed Iraq” (Houghton Mifflin Company) by Kenneth Timmerman
(9) “Spider's Web: The Secret History of How the White House Illegally Armed Iraq” (Bantam Books) Alan Friedman
(10,11) “Saudi Arabia's Export of Radical Islam” by Adrian Morgan
(12) “Zarqawi: The New Face of Al-Qaeda” (Polity Press) by Jean-Charles Brisard & Damien Martinez
(13) “Intelligence Matters: The CIA, the FBI, Saudi Arabia, and the Failure of America's War on Terror” (Random House Inc) by Senator Bob Graham
(14) "War in Afghanistan" (Macmillan) by Mark Urban
(15) "Holy War Inc." *(Free Press) by Peter Bergen
(16) "Ex-Mujahedeen Help Lead Libyan Rebels" (The Wall Street Journal) by Charles Levinson

(17) "C.I.A. Agents in Libya Aid Airstrikes and Meet Rebels" (NY TIMES) by Mark Mazzetti 

 Thomas Edward Lawrence atau Lawrence of Arabia Sang Agen Zionist.

Minggu, 06 September 2015

Dialog Syi’ah-Sunni Syafi’i




Oleh Syaikh Muhammad Mar’i al Amin al Antaki (‘ulama, penulis, dan mantan mufti Suriah)

Setelah berita masuknya kami ke dalam mazhab Ahlulbait menyebar luas, aku didatangi oleh salah seorang ulama besar bermazhab asy-Syafi’i, ia adalah seorang alim yang terkenal dan terhormat di Kota Hilb. Ia menanyakan kepadaku dengan lemah lembut, “Mengapa engkau mengikuti mazhab Syi’ah dan meninggalkan mazhabmu (asy-Syafi’i)? Dan apa dalilmu bahwa Ali lebih berhak menjadi khalifah daripada Abu Bakar?” Kemudian, aku pun mulai berdiskusi dengannya secara panjang lebar, dan diskusi ini pun terjadi secara berulang-ulang. Akhirnya, setelah melalui perdebatan yang panjang, ia pun merasa puas dan menerima dalil-dalil yang kami kemukakan kepadanya.[1]

Di antara diskusi tersebut, ia menanyakan kepadaku penjelasan tentang siapakah yang lebih berhak menjadi khalifah, apakah Abu Bakar yang lebih berhak atau ‘Ali? Aku menjawab, “Sesungguhnya masalah ini adalah sesuatu yang sangat jelas bahwa orang yang berhak menjadi khalifah langsung sepeninggal Rasulullah Saw adalah Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib as, kemudian sepeninggalnya adalah al-Hasan al-Mujtaba as, kemudian al-Husain as yang syahid di Karbala, kemudian ‘Ali bin al-Husain Zainal Abidin as, kemudian Muhammad bin Ali al-Baqir as, kemudian Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq as, kemudian Musa bin Ja’far al-Kazhim as, kemudian ‘Ali bin Musa ar-Ridha as, kemudian Muhammad bin ‘Ali al-Jawad as, kemudian ‘Ali bin Muhammad al-Hadi as, kemudian al-Hasan bin ‘Ali al-‘Askari as, kemudian al-Hujjah bin al-Hasan al-Mahdi Imam al-Gha’ib al-Muntazhar (semoga Allah mempercepat kemunculannya).

Dalil Syi’ah akan hal tersebut adalah bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, yang telah disepakati kebenarannya oleh Sunni dan Syi’ah. Kitab-kitab Syi’ah penuh dengan hujjah dan dalil yang kuat, dan mereka menguatkan pendapat dan keyakinan mereka dari kitab-kitab kalian sendiri, Ahlus Sunnah wal Jamaah. Akan tetapi, kalian tidak mau merujuk ke kitab-kitab Syi’ah dan meneliti apa yang terkandung di dalamnya, dan hal ini merupakan bentuk kefanatikan yang buta.”

DALIL AL-QUR’AN
Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat (sedekah) sementara mereka sedang melakukan ruku” (Qs. al-Maidah [5]:55). Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan wilâyah (kepemimpinan) ‘Ali tanpa ada keraguan sedikit pun, sesuai ijma’ (kesepakatan) Syi’ah dan mayoritas ulama Ahlus Sunnah wal Jamah, seperti ath- Thabari, ar-Razi, Ibn Katsir, dan banyak ulama lainnya, yang semuanya berkata bahwa ayat yang mulia tersebut diturunkan berkenaan dengan ‘Ali bin Abi Thalib as.[2]

TIDAKLAH TERSEMBUNYI BAGI SETIAP ORANG YANG BERPIKIR BAHWA ALLAH YANG MAHATINGGI LAGI MAHAAGUNG, DIALAH YANG MENGUTUS PARA RASUL KEPADA UMAT-UMAT MANUSIA, DIA TIDAK BERGANTUNG PADA KERELAAN MANUSIA. DEMIKIAN JUGA TENTANG PERKARA KHILAFAH. PERKARA INI MERUPAKAN KETETAPAN ALLAH, BUKAN DENGAN MUSYAWARAH ATAU PUN DENGAN PEMILIHAN. SEBAB, KEKHALIFAHAN (KHILAFAH) MERUPAKAN SALAH SATU RUKUN (SENDI) AGAMA, SEDANGKAN ALLAH SWT. TIDAKLAH SEKALI-KALI MENYERAHKAN SALAH SATU RUKUN DARI RUKUN-RUKUN AGAMA-NYA KEPADA PILIHAN UMAT MANUSIA, DIMANA MEREKA INI TIDAK TERLEPAS DARI PENGARUH HAWA NAFSUNYA (baca tidak maksum). Akan tetapi, orang yang melaksanakan tugas khilafah sepeninggal Rasulullah Saw haruslah berdasarkan perintah Allah Swt dan orang yang maksum (terpelihara dari dosa dan kesalahan). Ayat al-Maidah tersebut merupakan nash yang jelas dalam menetapkan kepemimpinan (wilâyah) ‘Ali as, baik Syi’ah maupun kebanyakan mufasir Sunni sepakat bahwa orang yang memberikan zakat (sedekah) dalam keadaan ruku’ adalah ‘Ali, tidak ada pertentangan dalam hal ini. Oleh karena itu, dengan bersandar kepada ayat tersebut, ‘Ali-lah yang berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Saw.

Kemudian ia (ulama asy-Syafi’i) menyebutkan bahwa Abu Bakar lebih berhak menjadi khalifah karena ia telah menyumbangkan hartanya yang sangat banyak kepada Rasulullah Saw, ia telah menikahkan Nabi Saw dengan putrinya (‘A’isyah), dan ia juga telah menjadi imam shalat jamaah ketika Nabi Saw sakit. Kemudian, aku katakan kepadanya, “Adapun bahwa Abu Bakar telah mempersembahkan hartanya yang sangat banyak, hal ini merupakan pengakuan yang membutuhkan dalil yang mengukuhkannya, sedangkan kami tidak mengakui hal tersebut.” Kemudian aku katakan kepadanya, “Dari mana ia (Abu Bakar) mendapatkan harta tesebut? Dan apakah hal tersebut terjadi di Makkah atau di Madinah?”

Jika engkau katakan bahwa itu terjadi di Makkah, maka sesungguhnya Nabi Saw ketika di Makkah tidak pernah mempersiapkan pasukan tentara dan tidak pernah pula membangun masjid. Demikian juga, orang-orang yang telah masuk Islam saat itu banyak yang berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), sedangkan Nabi Saw dan seluruh Bani Hasyim (yang tetap tinggal di Mekkah) tidak diperbolehkan menerima zakat.

Selain itu, Nabi Saw adalah orang yang kaya dengan harta Khadijah. Dan jika engkau katakan bahwa hal itu (infak harta) terjadi di Madinah, maka sesungguhnya Abu Bakar ketika berhijrah, dia hanya memiliki uang sebanyak enam ratus Dirham, yang sebagiannya telah ia tinggalkan untuk keluarganya. Ia hanya membawa uang yang tersisa dari harta tersebut, lalu ia, dan seluruh Muhajirin lainnya, hidup di tengah-tengah suku Anshar dalam keadaan membutuhkan bantuan mereka. Selain itu, Abu Bakar bukanlah seorang pedagang besar; kadang-kadang dia menjual pakaian yang ia pikul di pundaknya, lalu ia bawa ke tempat keramaian orang-orang, kadang-kadang ia mengajar anak-anak, dan kadang-kadang pula ia menjadi tukang kayu, yang membikin pintu dan yang semisalnya bagi orang yang memerlukannya.

Adapun ia telah menikahkan Rasulullah Saw dengan putrinya, maka hal ini tidak mengharuskannya menjadi penguasa bagi kaum Muslimin. Adapun ia menjadi imam shalat berjamaah ketika Nabi Saw sakit, jika riwayat ini benar, maka ini tidak mengharuskannya menjadi imam kaum Muslimin dan khalifah yang agung. Sebab, shalat jamaah berbeda dengan masalah khilafah. Telah diriwayatkan bahwa para sahabat Nabi Saw biasa mengimami shalat satu sama lain di antara sesama mereka, baik ketika di Madinah maupun dalam bepergian. Seandainya alasan yang engkau kemukakan benar, maka siapa saja di antara mereka (yang pernah menjadi imam shalat berjamaah) dapat menjadi khalifah.

Selain itu, hadis yang menyebutkan bahwa Abu Bakar mengimami shalat berjamaah hanya bersumber dari putrinya saja, yaitu ‘A’isyah. Sungguh, sangat mengherankan saudara-saudara kami yang Sunni ini, mereka mengemukakan hujjah dengan dalil-dalil yang lemah tersebut, lalu mereka melupakan hadis-hadis yang diriwayatkan tentang ‘Ali as, padahal hadis-hadis tersebut merupakan dalil yang sangat kuat dan diriwayatkan dalam jumlah yang sangat banyak. Misalnya, hadis tentang peringatan Nabi Saw kepada kaum kerabatnya yang terdekat, Nabi Saw mengumpulkan kaum kerabatnya terdekat dengan perintah dari Allah, yaitu firman-Nya, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”(Qs. asy-Syu’ara’ [26]: 214).

Ketika itu, Nabi Saw mengundang para kerabatnya yang berjumlah sekitar empat puluh orang. Nabi Saw membuatkan makanan yang sedikit, tetapi dapat mengenyangkan keempat puluh orang undangan tersebut. Setelah perjamuan, Nabi Saw bersabda kepada mereka, Wahai Bani Hasyim, siapakah di antara kalian yang ingin membantuku dalam urusanku ini?” Namun, tak seorang pun dari mereka yang menyambut ajakan tersebut, kemudian ‘Ali as berkata, “Aku wahai Rasulullah. Aku akan membantumu (dalam urusanmu).” Nabi Saw mengulangi ajakannya itu sampai tiga kali, dan setiap kali ia menyampaikan seruan tersebut, setiap kali itu pula ‘Ali selalu menjawab, “Aku wahai Rasulullah.”

Kemudian, Nabi Saw memegang tengkuk (leher bagian belakang) ‘Ali seraya bersabda kepadanya, “Engkau adalah washi-ku dan khalifahku sepeninggalku. Maka dengarkanlah ia dan patuhilah perintahnya!“

Juga hadis Ghadir Khum yang terkenal, hadis tsaqalain, hadis manzilah (kedudukan ‘Ali di sisi Rasulullah, seperti kedudukan Harun di sisi Musa as), hadis safinah (perumpamaan Ahlulbait Rasulullah seperti bahtera Nuh. Barang siapa yang menaikinya, akan mendapatkan keselamatan; dan barang siapa yang meninggalkannya, akan karam dan binasa), hadis pintu pengampunan (seperti pintu pengampunan bagi Bani Israil. Barang siapa yang memasukinya, niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya), hadis “Aku kota ilmu, dan ‘Ali adalah pintunya”, hadis persaudaraan (pada hari hijrah, Nabi Saw. mempersaudarakan ‘Ali dengan dirinya sendiri, sementara ia mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar).

Juga hadis penyampaian Surah Barâ’ah kepada kaum musyrik Makkah, hadis penutupan semua pintu yang menuju Masjid Nabi Saw kecuali pintu rumah ‘Ali, hadis tentang pencabutan pintu gerbang Khaibar yang dilakukan oleh ‘Ali seorang diri, hadis tentang gugurnya ‘Amru bin ‘Abdu Wudd di tangan ‘Ali (dalam tanding perang Ahzab), dan dinikahkannya ia (‘Ali) oleh Rasulullah Saw dengan putri kinasihnya, Fatimah az¬ Zahra’ as. Dan hadis-hadis lainnya tentang keutamaan Amirul Mukminin ‘Ali as yang jumlahnya tak terhitung, sekiranya kami hendak menuliskannya, tentu akan memenuhi berjilid-jilid besar buku.

Apakah semua riwayat yang telah disepakati kesahihannya ini tidak menetapkan khilafah (kekhalifahan) ‘Ali as, sedangkan riwayat-riwayat yang masih diperselisihkan, bahkan dipalsukan tersebut, menetapkan kekhalifahan Abu Bakar? Sungguh, hal ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan. Akhirnya, setelah melalui diskusi yang panjang, ia merasa puas dan menerima dalil-dalil yang kami kemukakan kepadanya. Kemudian ia telah keluar dari kami dalam keadaan bimbang terhadap mazhabnya, ia mengucapkan banyak terima kasih atas dalil-dalil yang kami sampaikan kepadanya. Lalu ia meminta dariku sebagian kitab Syi’ah dan kitab-kitab karangan para ulama Syi’ah, maka aku pun memberikan sebagian darinya, di antaranya beberapa kitab karangan al-Imam al-Hujjah al-Mujahid as-Sayyid ‘Abdul Husain Syarafuddin.

Kami berharap kepada saudara-saudara kami yang muslim Sunni, hendaknya mereka mau menelaah kitab-kitab karangan ulama-ulama besar Syi’ah, tanpa diiringi dengan kefanatikan. Di antaranya, kitab-¬kitab karangan aI-Imam al-Hujjah al-Mujahid as-Sayyid ‘Abdul Husain Syarafuddin, kitab al-Ghadir, karangan Allamah al-Amini, kitab Ihqâqul Haqq dan kitab ash-Shawârimul Muhriqah, yang keduanya merupakan karangan asy-Syahid as-Sa’id Al-Imam Qadhi Nurullah, ‘Abâqatul Anwâr, karya al-Imam as-Sayyid Hamid Husain al-Hindi, Ghayâtul Marâm, karya al-Imam al-Bahrani, As-Saqifah, karya al-‘Allamah al-Muzhaffar, Dalâ’iul Sidqi, karya al-Hujjah al-¬Muzhaffar, dan Ashlusy Syi’ah wa Ushuluha, karya al-Imam Kasyiful Ghitha.

DISKUSI DENGAN SALAH SEORANG ULAMA AL-AZHAR
Pada 7 Dzulqaidah 1371 H sebelum Zuhur, salah seorang tokoh terpandang di Kota Hilb, Ustad Sya’ban Abu Rasul, mengabarkan kepadaku bahwa salah seorang Syaikh (guru) al-Azhar, ia adalah seorang ulama besar dan penulis kenamaan, bermaksud mengunjungiku. Ustad Sya’ban Abu Rasul berkata kepadaku, “Kapan ia (syaikh al-Azhar itu) dapat berkunjung ke rumahmu?” Aku katakan kepadanya, “Ahlan wa sahlan. Sungguh, aku mendapat kehormatan dengan kunjungannya itu. Silahkan ia berkunjung kepadaku pada hari ini.” Lalu Syaikh al-Azhar itu mengunjungiku setelah shalat Asar. Setelah aku menyambut kedatangannya dan mempersilahkannya duduk, ia berkata kepadaku dengan lemah lembut, “Sesungguhnya aku sengaja mengunjungimu dengan maksud hendak menanyakan kepadamu, apa yang mendorongmu mengikuti mazhab Syi’ah dan meninggalkan mazhab Syafi’i?”

Sebagaimana ia, aku menjawab pertanyaannya dengan lemah lembut, aku katakan kepadanya, “Sebab-sebabnya banyak sekali, di antaranya: aku melihat perbedaan yang banyak di antara sesama empat mazhab. Kemudian aku mulai menyebutkan beberapa contoh perbedaan di antara empat mazhab itu. Lalu aku menyebutkan sebab-sebab yang mendorongku mengikuti mazhab Syi’ah, ‘yang paling utama; adalah masalah khilafah (kekhalifahan), yang merupakan sebab yang paling besar dan menyebabkan terjadinya perselisihan di antara sesama kaum Muslim.” Sebab, SANGATLAH TIDAK MASUK AKAL JIKA RASULULLAH SAW MENINGGALKAN UMATNYA TANPA MENUNJUK SEORANG PENGGANTINYA, YANG MEMERINTAH DENGAN MELAKSANAKAN SYARIAT ALLAH, SEBAGAIMANA PARA RASUL YANG LAIN YANG MENUNJUK SEORANG WASHIY (yang menerima wasiat untuk meneruskan kepemimpinannya, yakni menjadi khalifahnya sepeninggalnya).

Menurutku, telah terbukti secara meyakinkan bahwa kebenaran ada bersama Syi’ah. Sebab, keyakinan mereka menegaskan bahwa Nabi Saw, telah berwasiat kepada ‘Ali untuk menjadi khalifahnya sepeninggalnya (sebelum wafatnya bahkan sejak awal dakwah beliau), dan setelahnya adalah anak keturunannya, yaitu sebelas imam. Mereka (Syi’ah) ,mengambil hukum-hukum agama, mereka dari dua belas Imam Ahlulbait as, yaitu para Imam Maksum (terpelihara dari dosa dan kesalahan) di dalam akidah mereka dengan dalil-dalil yang kuat. Lantaran sebab itulah dan sebab-sebab yang lainnya,’ aku mengikuti mazhab yang mulia ini, mazhab Ahlulbait as. Selain itu, aku tidak menemukan satu pun dalil yang mewajibkan kita mengikuti salah satu dari mazhab yang empat. Sebaliknya, aku mendapatkan dalil-dalil yang sangat banyak yang mewajibkan kita mengikuti mazhab Ahlulbait yang menuntun setiap Muslim ke jalan yang lurus.”

Kemudian aku paparkan kepadanya dalil-dalil yang jelas dan tegas yang mewajibkan setiap Muslim mengikuti mazhab Ahlulbait. Semua yang hadir di rumahku saat itu, mendengarkan penjelasanku dengan seksama. Lalu aku bertanya kepada kepada Syaikh al-Azhar itu, “Wahai Syaikh yang mulia, engkau adalah seorang ulama yang terhormat. Apakah engkau mendapatkan dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw satu dalil pun yang mengarahkanmu untuk mengikuti salah satu dari empat mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, asy-Syafi’i, dan Hanbali)?” Ia menjawab, “Sekali-kali tidak.”

Kemudian aku katakan kepadanya, “Bukankah Anda mengetahui bahwa mazhab yang empat (madzâhibul arba’ah) itu saling bertentangan satu sama lainnya dalam banyak masalah, dan dalam hal ini mereka tidak berlandaskan pada dalil yang kuat atau keterangan yang jelas dan nyata bahwa ialah yang benar, bukan yang lainnya? Orang yang terikat dengan salah satu mazhab dari empat mazhab tersebut hanyalah menyebutkan dalil-dalil yang tidak ada penopangnya. Sebab, ia tidak bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Ia seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.”

Misalnya, seandainya Anda tanyakan kepada seseorang yang bermazhab Hanafi, ‘Mengapa engkau memilih mazhab Hanafi, bukan yang lainnya? Dan mengapa engkau memilih Abu Hanifah sebagai imam untuk dirimu setelah seribu tahun dari kematiannya? Niscaya orang tersebut tidak akan memberikan jawaban yang memuaskan hatimu. Demikian juga jika Anda menanyakan hal yang sama kepada seseorang yang mengikuti mazhab asy-Syafi’i, Maliki, atau Hanbali. Rahasia di balik itu adalah setiap imam dari empat mazhab tersebut bukanlah seorang nabi atau washiyy (orang yang menerima wasiat untuk meneruskan kepemimpinan nabi). Mereka tidak mendapatkan wahyu ataupun mendapatkan ilham, mereka hanya seperti ulama yang lain, dan orang yang seperti mereka amatlah banyak.

Kemudian mereka bukanlah sahabat Nabi Saw, kebanyakan mereka atau bahkan keseluruhan mereka tidak menjumpai Nabi Saw dan tidak pula menjumpai para sahabat Nabi Saw. Setiap orang dari mereka (imam mazhab yang empat) membuat mazhab untuk dirinya sendiri, ia mengikuti mazhabnya itu dan mempunyai pendapat¬-pendapat tersendiri, yang boleh jadi terdapat kesalahan atau kelalaian di dalamnya. Dan setiap dari mereka mempunyai pendapat yang bermacam-macam, yang satu sama lainnya saling bertentangan. Akal sehat tidak akan dapat menerima hal itu, demikian pula hati yang bersih. Sebab, ia tidak berdasarkan pada dalil yang tegas dan kuat, yaitu al-¬Qur’an dan Sunnah Nabi Saw.

Maka, orang yang berpegangan atau mengikuti salah satu dari mazhab yang empat tersebut tidak mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat kelak di hadapan Allah pada Hari Perhitungan. Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah hujah yang jelas lagi kuat itu. Seandainya Allah menanyakan kepada orang yang mengikuti salah satu dari mazhab yang empat itu pada hari kiamat, dengan dalil apa engkau mengikuti mazhabmu ini? Tentu saja ia tidak mempunyai jawaban kecuali ucapannya, “ Dan Demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya Kami mendapati bapak-bapak Kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya Kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (Qs. Az-Zukhruf [43]:23).

Atau, ia berkata, “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari jalan (yang benar) (Qs. Al-Azhab [33]:67). Kemudian aku katakan kepada syaikh al-Azhar itu, “Wahai Syaikh yang mulia, apakah seseorang yang mengikuti salah satu dari mazhab yang empat itu mempunyai jawaban kelak di hadapan Allah pada hari kiamat?” Ia menundukkan kepalanya beberapa lama kemudian ia berkata, “Tidak.” Kemudian aku katakan kepadanya, “Adapun kami yang mengikuti wilâyah (kepemimpinan) al-‘itrah ath-thâhirah (keturunan yang suci), Ahlulbait Nabi Saw yang telah disucikan Allah sesuci-sucinya dari segala dosa, dan kami beribadah kepada Allah Swt dengan mengikuti fiqih al-Ja’fari, kami akan berkata kelak pada Hari Perhitungan, ketika kami berdiri di hadapan Allah Swt.”

‘Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memerintahkan kami dengan hal itu karena sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam Kitab-Mu, “ Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya” (Qs. Al-Hasyr [59]:7). Dan Nabi-Mu, Muhammad Saw, telah bersabda, sebagaimana yang telah disepakati kaum Muslim, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua pusaka yang sangat berharga (ats-tsaqalain), yaitu Kitabullâh dan Itrah Ahlulbaitku; selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya, dan sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah sehingga menjumpaiku di al Haudh.”

Dan Nabi-Mu juga telah bersabda, “Perumpamaan Ahlul Baitku di rengah-rengah kalian seperti bahrera Nuh barang siapa menaikinya, niscaya dia akan selamat; dan barangsiapa yang tertinggal darinya, niscaya dia akan tenggelam dan binasa.” Dan tidak diragukan lagi bahwa Imam Ja’far ash-Shadiq as adalah dari al-i’trah ath-thâhirah (keturunan yang suci), yaitu Ahlulbait Nabi Saw yang telah disucikan Allah sesuci-sucinya dari segala dosa. llmunya adalah ilmu ayahnya, ilmu ayahnya adalah ilmu kakeknya, yaitu Rasulullah Saw, sedangkan ilmu Rasulullah Saw bersumber dari Allah. Selain itu, semua kaum Muslim telah sepakat akan kejujuran dan keutamaan Imam Ja’far Ash-Shiidiq as: Sesungguhnya ia (Imam Ja’far Ash-Shadiq as) adalah seorang washiyy keenam dan Imam Maksum, sesuai keyakinan segolongan besar kaum Muslim, yaitu para pengikut mazhab Ahlubait, mazhab yang hak. Dan sesungguhnya ia adalah hujah Allah atas makhluk-Nya.

Imam Ja’far Ash-Shadiq as meriwayatkan hadis dari ayah dan datuknya yang suci, dan ia tidak berfatwa dengan pendapatnya sendiri. Hadisnya adalah “hadis ayahku dan datukku”. Sebab, mereka adalah sumber ilmu dan hikmah. Mazhab Imam Ja’far ash-Shadiq as adalah mazhab ayahnya, dan mazhab kakeknya bersumber dari wahyu, yang tidak akan pernah berpaling sedikit pun darinya. Bukan dari hasil ijtihad, seperti lainnya yang berijtihad. Oleh karena itu, orang yang mengikuti mazhab Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq as dan mazhab kakek-kakeknya, berarti ia telah mengikuti mazhab yang benar dan berpegang teguh pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.

Setelah aku kemukakan dalil-dalil yang jelas dan kuat, Syaikh al-Azhar tersebut mengucapkan banyak terima kasih kepadaku dan ia pun sangat memuliakan kedudukanku. Kemudian ia menanyakan tentang pandangan Syi’ah terhadap para sahabat Rasulullah Saw. Lalu, aku jelaskan kepadanya bahwa Syi’ah tidak mencela sahabat Rasulullah Saw secara keseluruhan. Akan tetapi, Syi’ah meletakkan mereka sesuai kedudukan mereka. Sebab, di antara mereka ada yang adil dan ada pula yang tidak adil, di antara mereka ada yang pandai dan ada pula yang bodoh, dan di antara mereka ada yang baik dan ada pula yang jahat.

Bukankah Anda tahu apa yang telah mereka lakukan pada hari Saqifah? Mereka telah meninggalkan jenazah Nabi mereka dalam keadaan terbujur kaku di atas tempat tidurnya, mereka berlomba-lomba memperebutkan kekhalifahan. Setiap orang dari mereka beranggapan bahwa ialah yang berhak menjadi khalifah, seakan-akan ia adalah barang dagangan yang dapat diperoleh bagi siapa saja yang lebih dahulu mendapatkannya. Padahal mereka telah mendengar nash-nash yang tegas yang telah disampaikan oleh Nabi Saw tentang kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib as, baik sejak awal dakwahnya maupun hadis Ghadir Khum yang terkenal itu.

Selain itu, mengurusi jenazah Rasulullah Saw lebih penting daripada urusan kekhalifahan. Bahkan, seandainya saja Rasulullah Saw tidak mewasiatkan seseorang untuk menjadi khalifahnya (Rasulullah Saw. secara tegas telah menunjuk ‘Ali untuk menjadi khalifahnya), maka wajib bagi mereka untuk mengurusi jenazah Rasulullah Saw terlebih dahulu. Kemudian setelah selesai mengurusi jenazah Rasulullah Saw, seyogyanya mereka menyatakan belasungkawa kepada keluarga beliau, seandainya saja mereka adalah orang-orang yang adi! Akan tetapi, dimanakah keadilan dan perasaan hati mereka, dimanakah keluhuran akhlak, dan dimanakah ketulusan dan kecintaan? Dan yang lebih menyakitkan lagi di dalam hati adalah penyerbuan mereka ke rumah belahan jiwa Rasulullah Saw, Fatimah az-Zahra as, yang dilakukan oleh sekitar lima puluh orang pria.

Mereka telah mengumpulkan kayu bakar untuk membakar rumah Fatimah dan semua orang yang di dalamnya. Sehingga ada seseorang yang berkata kepada ‘Umar, “Sesungguhnya di dalam rumah tersebut terdapat al-Hasan, al-Husain, dan Fatimah.” Akan tetapi, ‘Umar berkata, “Walaupun (di dalam rumah tersebut ada mereka).” Peristiwa ini banyak disebutkan oleh sejarawan Sunni,[3] apalagi para sejarawan Syi’ah. Semua orang tahu, baik orang yang berbakti maupun orang yang jahat, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Fatimah adalah belahan jiwaku. Barang siapa yang menyakitinya, maka ia telah menyakitiku; barang siapa yang membuatnya murka, maka ia telah membuatku murka; barang siapa yang membuatku murka, maka ia telah membuat Allah murka; dan barang siapa membuat Allah murka, maka Allah akan menyungkurkan kedua lubang hidungnya ke dalam neraka. “

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada para sahabat Nabi Saw secara jelas menunjukkan bahwa tidak semua sahabat itu adil. Silakan Anda merujuk ke Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh al-Muslim tentang hadis Haudh, niscaya Anda akan mendapatkan kebenaran pendapat Syi’ah tentang penilaian mereka terhadap para sahabat Nabi Saw. Jika demikian adanya, maka dosa apakah bagi mereka (Syi’ah) jika mereka berpendapat bahwa banyak di antara sahabat Nabi Saw yang tidak adil, sedangkan banyak dari mereka sendiri (para sahabat Nabi Saw.) yang menunjukkan jati diri mereka sendiri. Perang Jamal dan Perang Shiffin adalah dalil dan bukti yang paling jelas terhadap kebenaran pendapat mereka (Syi’ah). Dan al-Qur’an telah menyingkapkan banyak keburukan perbuatan di antara mereka (para sahabat Nabi Saw).

Bukankah Anda juga tahu apa yang telah dilakukan oleh Mu’awiyah, ‘Amru bin ‘Ash, Marwan bin Hakam, Ziyad dan anaknya, Mughirah bin Syu’bah, ‘Umar bin Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah dan Zubair, yang keduanya telah memberikan baiat kepada Amirul Mukminin ‘Ali as, tetapi keduanya kemudian melanggar bai’atnya dan memerangi Imam mereka (‘Ali bin Abi Thalib as) bersama ‘A’isyah di Basrah, yang sebelumnya mereka telah melakukan kejahatan-kejahatan di kota tersebut (Basrah) yang tidak pantas dilakukan oleh seseorang yang mempunyai jiwa satria. Selain itu, selama keberadaan Nabi Saw di tengah-tengah mereka (para sahabat beliau), banyak di antara mereka yang melakukan perbuatan nifâk (munafik), apakah kemudian setelah Nabi Saw menemui Tuhannya (wafat), mereka lantas menjadi adil semuanya?

Kita sama sekali tidak pernah mendengar bahwa ada salah seorang nabi di antara nabi-nabi yang diutus kepada ummatnya, lalu semua umatnya menjadi adil. Bahkan, yang terjadi adalah sebaliknya. Al-Qur’an dan Sunnah telah menjelaskan kepada kita tentang hal itu. Kemudian aku katakan kepada, Syaikh al-Azhar itu, “Bagaimana menurutmu wahai saudaraku yang mulia?” Ia menjawab, “Sungguh, apa yang telah engkau sampaikan telah memuaskanku, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan balasan yang sebaik-baiknya.”

Kemudian setelah terjadi diskusi yang panjang antara aku dengan syaikh al-Azhar itu, ia berkata, “Apakah engkau mengetahui bahwa engkau telah memasukkan keraguan di dalam hatiku perihal empat mazhab, dan aku juga telah condong pada mazhab Ahlulbait. Akan tetapi, aku ingin engkau membekaliku dengan sebagian kitab Syi’ah.” Kemudian, aku pun menghadiahkan kepadanya beberapa kitab Syi’ah, di antaranya: kitab karangan al-Imam Syarafuddin Dalâ’ilush Shidqi, dan al-Ghadir karya Allamah Amini. Di samping itu, aku juga menunjukkan kepadanya beberapa kitab Syi’ah yang lainnya.

Kemudian ia mohon diri meninggalkan rumahku sembari mengucapkan pujian dan terima kasih kepadaku, lalu ia pun pulang ke Mesir dalam keadaan ragu tentang akidah yang dianutnya selama ini. Kemudian setelah beberapa hari, datanglah surat kepadaku dari syaikh al-Azhar itu. Di antara isi surat tersebut, ia mengabarkan kepadaku bahwa dia telah menganut mazhab Ahlulbait dan menjadi seorang Syi’ah. Ia berjanji kepadaku untuk menulis buku tentang kebenaran Mazhab Ahlulbait.

PENUTUP
Sesungguhnya apa yang telah kami persembahkan kepada para pembaca adalah bersumber dari al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Saw, yang diriwayatkan dalam hadis sahih dalam kitab-kitab sahih Sunni, dan merupakan bukti yang kuat terhadap kekhalifahan Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib sepeninggal Rasulullah Saw secara langsung (bilâ fashl), sekiranya orang yang menentang kami berlaku adil. Perhatikanlah dengan seksama dan sungguh-sungguh terhadap semua yang telah kami sebutkan dalam buku ini, yaitu hujjah dan keterangan yang jelas, dengan begitu niscaya akan tersingkap kebenaran yang hakiki bagi Anda dan akan memudahkan jalan bagi siapa saja yang hendak menempuh jalan kebenaran. Yaitu, orang-orang yang mengikhlaskan niatnya dan menjauhkan dirinya dari fanatisme mazhab yang membutakan hati dan pikiran sehat dan membinasakan.

Orang yang bersikeras dalam fanatismenya, tidak akan berguna riwayat, walaupun jumlahnya sangat banyak dan telah dikemukakan baginya seribu dalil. Adapun orang yang mempunyai pikiran yang jernih dan akal yang cerdas, maka yang telah kami persembahkan, dalil-dalil al-Qur’an dan Sunnah, telah memadai baginya karena dalil-dalil tersebut adalah riwayat-riwayat yang sahih yang telah disepakati kebenarannya, baik di kalangan Sunni maupun Syi’ah. Selain itu, orang yang bersikeras di dalam kefanatikannya, bahkan seandainya Nabi Saw sendiri yang datang kepadanya dan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia tetap akan berada di dalam sikap keras kepalanya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang di antara mereka, yang keras kepala, kepada saudaraku “Seandainya Jibril turun, dan ikut bersamanya Muhammad dan ‘Ali, aku tetap tidak akan membenarkan ucapanmu.”

Hal itu terjadi ketika saudaraku mengajaknya berdialog, dan saudaraku telah memberikan kepadanya kitab al-Murâja’ât (Dialog Sunni-Syi’ah) agar ia melihat (membaca) apa yang ada di dalamnya. Kitab tersebut ada pada orang itu lebih dari sebulan lamanya, lalu dia mengembalikan kitab itu kepada saudaraku seraya berkata, “Sesungguhnya aku tidak suka membaca kitab-kitab Syi’ah. Oleh karena itu, aku sama sekali tidak membaca kitab ini (al-Murâja ‘ât) selamanya.” Sesungguhnya buku yang hadir di hadapan Anda ini, insya Allah, akan tersebar luas di segenap penjuru dunia, yang akan dibaca oleh orang-orang Arab dan ‘ajam (non-Arab), Muslim dan non-Muslim.

Sesungguhnya manusia itu bermacam-macam. Dan merupakan hal yang sulit mendapatkan kerelaan seluruh manusia, bahkan itu merupakan suatu hal yang mustahil diraih. Semoga Allah Swt. mencurahkan rahmat-Nya kepada ‘Ali al-Kailani, seorang pujangga berkebangsaan Palestina yang berkata, Jika Tuhannya makhluk tidak meridhai makhluk-Nya, Maka bagaimana mungkin makhluk dapat diharapkan keridhaannya.

Singkat kata, sesungguhnya buku ini akan dibaca oleh banyak pembaca, di antara mereka pasti ada yang akan memuji, dan di antara mereka juga akan ada yang mengkritik, bahkan mengecamnya. Saya berharap dari pembaca yang budiman untuk tidak terburu¬-buru memberikan penilaian sebelum membaca sampai akhir buku. Setelah itu, ia dapat memberikan penilaiannya yang bijak, baik menerima maupun menolak.

Akan tetapi, aku tidak menduga bahwa orang yang berpikir positif dan bijak akan menolak dalil-dalil yang telah kami kemukakan karena ia bersumber dari kitab-kitab sandaran mereka sendiri, Ahlus Sunnah wal Jamaah. Oleh karena itu, jika dia tidak menerima dalil-dalil tersebut, maka hendaklah ia menyalahkan mereka, bukan kami, karena kami hanya menyampaikan apa yang bersumber dari mereka.

Akhir kalam, aku mengucapkan terima kasih kepada orang-orang (para ulama) yang telah menyebabkan kami memperoleh petunjuk dengan mengikuti mazhab yang benar, yaitu mazhab Ahlulbait. Khususnya kepada dua orang imam besar, dua tokoh terkemuka mazhab Ahlulbait dan marji’ yang terbesar, yaitu Ayatullah al-‘Uzhma al-Imam al-Mujahid as-Sayyid Agha Husain ath-Thabathaba’i al-¬Buroujerdi, dan Ayatullah a;-‘Uzhma al-Imam al-Mujahid as-Sayyid ‘Abdul Husain Syarafuddin. Semoga Allah Swt membalas kebaikan kedua tokoh besar mazhab Ahlulbait ini atas jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum Muslim, dan khususnya kepada penulis, dengan balasan yang sebaik-baiknya.

Saya selesai menuliskan naskah ini pada 29 Dzul Hijjah al-¬Haram 1380 H, di Kota Hilb, dalam perpustakaanku, tempat aku mengajar dan menulis buku. Segala puji bagi Allah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Lahir dan Yang Batin.
CATATAN:
[1] . Allah membukakan hatinya untuk menerima dan mengikuti mazhab yang benar yaitu mazhab Ahlulbait al-Ja’fari.
[2] . Silahkan Anda rujuk pada bagian ketiga dari buku ini.
[3] . Lihat al-Imâmah was Siyâsah. Ar-Riyadhun Nadhrah, Murujudz Dzahab, Ansâbul Asyrâf, al-Imâm ‘Ali, karya ‘Abdul Fattah ‘Abdul Maqshud, Syarh Nahjul Balâghah, karya Ibn Abil Hadid, dan kitab-¬kitab lainnya yang ditulis oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Anda akan mendapatkan bahwa mereka menyebutkan peristiwa yang menyedihkan dan memilukan hati ini. Adapun Syi’ah, para sejarawan mereka telah menyebutkan peristiwa yang menyakitkan hati ini berikut nama-nama mereka yang melakukan tindakan kejahatan ini. Mereka menyatakan bahwa perirstiwa penyerbuan ke rumah Fatimah As tersebut dipimpin oleh ‘Umar “seorang pahlawan yang gagah berani” tetapi gagah berani bukan di medan perang.