Selasa, 29 September 2015

Ketika Syi’ah Membungkam Wahabi


DR SYEKH AHMAD AL-WA'ILI MEMBUNGKAM MUFTI SAUDI BIN BAZ



Dr. Syekh Ahmad al Wa’ili bertemu dengan Bin Baz di Muktamar Islam tahun 1978 yang diselenggarakan di Kairo, Mesir. Tujuan dari Muktamar tersebut adalah untuk menyatukan mazhab-mazhab Islam yang berbeda-beda. Mayoritas yang hadir adalah para ulama yang mewakili empat mazhab Sunni. Dari Syi’ah yang hadir diwakili tiga negara, yaitu beliau sendiri (mewakili Irak) dan dua wakil dari Iran dan Afganistan.

Setelah terjadi perdebatan tajam dalam forum muktamar, tudingan diarahkan ke Syi’ah dengan menyatakan bahwa Syi’ah telah men-tahrif al-Quran karena al-Quran turun kepada Nabi Muhammad saw dengan metode yang mudah dan setiap orang bisa menafsirkannya dan tidak membutuhkan tafsir batin dan tafsir zahir sebagaimana diklaim oleh Syi’ah. Dalam muktamar tersebut Saudi mengirimkan wakilnya, seorang mufti yang buta matanya, Bin Baz.

Mengetahui kehadiran Bin Baz, spontan DR Ahmad al-Wa'ili mengatakan: "Kami (Syi’ah) tidak akan menafsirkan al-Quran dengan dua penafsiran batin dan zahir, kami akan menafsirkan ayat-ayat dengan penafsiran zahir saja. Namun, mengapa kalian membolehkan lelaki (buta) ini berada bersama kami padahal ia kafir dan dari ahli neraka?"

Spontan terjadi kegaduhan dalam forum muktamar, dan kata-kata kasar pun diarahkan kepada DR Ahmad al-Wa'ili.  Mereka berkata: "Tidakkah engkau tahu bahwa lelaki ini adalah wakil negara Saudi, dan ia adalah seorang alim dan mufti Islam untuk Saudi?" DR. Ahmad al-Wa'ili berkata: "Ya aku tahu, tapi bukankah Allah berfirman dalam Kitab-Nya bahwa ia termasuk ahli neraka, yaitu melalui ayat-Nya yang mulia:

من كان فى هذه أعمى فهو فى الآخرة أعمى وأضل سبيلا

(Siapapun yang di dunia ini buta maka ia di akhirat buta dan lebih sesat jalannya) karenanya orang ini termasuk dari ahli neraka sebagaimana ditunjukkan oleh ayat tersebut. Apabila ini adalah tafsir zahir yang kalian terima untuk ayat tersebut". Mereka berkata: "Tidak! Sesungguhnya yang Allah maksudkan adalah buta hati yang keimanan tidak masuk ke dalam hatinya". DR. Ahmad al-Wa'ili berkata kepada mereka: "Dan ini adalah tafsir batin yang kalian menggugat Syi’ah dengannya".


Emosi Bin Baz tersulut mendengar pernyataan tajam DR al-Wa'ili dan Bin Baz pun mulai menyerang akidah Syi’ah.

Bin Baz berkata: Kalian orang-orang Syi’ah itu menyembah makam-makam para imam kalian dan mencium-cium emas dan perak di dinding makam-makam itu.

DR al-Wa'ili menjawab: Ketika engkau mencium al-Quran, yang engkau cium itu kulit (cover) yang darinya juga dibuatkan sepatu-sepatu untuk dipakai di kaki. Lantas bagaimana sampai engkau mau menciumnya?

Bin Baz: Aku mencium apa yang ada di dalam kulit (cover) al-Quran.

DR al-Wa'ili: Emas dan perak yang kami cium di makam-makam para Imam kami itu sebagai penghormatan terhadap penghuni makam-makam itu.

Bin Baz: Kalau begitu, sekarang aku tahu bahwa mazhab kalian dibangun diatas dusta dan penipuan.

DR al-Wa'ili: Bagaimana engkau bisa menuduh seperti ini?

Bin Baz: Bukankah mazhab kalian menyatakan bahwa 12 imam kalian itu maksum dan derajat mereka di sisi Allah seperti derajat para nabi, dan bumi tidak mungkin menampung jasad-jasad mereka tapi Allah mengangkat mereka di sisi-Nya dalam keadaan ruh dan jasad mereka hidup.

DR al-Wa'ili: Ya, ini benar!

Bin Baz: Kalau begitu, makam-makam para imam kalian atau dinding-dindingnya yang kalian cium-cium itu sudah kosong. Tidak ada lagi sesuatu dan tidak ada lagi imam kalian di dalamnya. Kalau sudah begitu, lantas mengapa kalian masih menziarahi makam-makam itu, mencium-cium dinding-dindingnya, dan kalian meminta syafaat darinya?

DR al-Wa'ili: Aku mau mengajukan pertanyaan kepadamu, bisa?

Bin Baz: Silakan bertanya!

DR al-Wa'ili: Setiap tahun jutaan Muslim datang ke Mekah dan dari berbagai belahan dunia, mereka mengalami berbagai macam kesulitan selama perjalanan, mengeluarkan banyak uang dan meninggalkan pekerjaan-pekerjaan mereka.  Apa yang menyebabkan mereka melakukan itu padahal Ka'bah hanya bangunan dari batu yang dibangun oleh Ibrahim al-Khalil as dan bekas-bekasnya tetap seperti begitu hingga hari ini?

Bin Baz: Bagaimana engkau bisa mengucapkan perkataan seperti itu, tidakkah engkau tahu bahwa Ka'bah itu Rumah Allah?

DR al-Wa'ili: Bukankah Allah itu ada di semua tempat dan Dia lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita, lantas mengapa kita harus pergi ke Rumah-Nya? Dan apakah Dia ada di dalam Rumah-Nya?

Bin Baz: Akan tetapi Allah yang memerintahkan kita untuk berhaji ke Rumah-Nya.

DR al-Wa'ili: Tahukah engkau, mengapa? Karena Cahaya Ilahi memancar di tempat ini (Ka'bah) jauh melebihi tempat lain mana pun di dunia ini, dan manusia lebih dekat kepada Tuhannya ketika berada di tempat ini.  Dan demikian pula halnya dengan makam-makam suci para imam kami, cahaya imam lebih banyak berada di tempat itu daripada tempat mana pun lainnya dan hubungan ruhaninya dengan kami menjadi lebih dekat daripada tempat-tempat lainnya.

(Bin Baz menjadi bungkam seribu bahasa dan tidak lagi melanjutkan tuduhan-tuduhannya). 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar