"PRIMITIF,
BIADAB, BINATANG!", berapa
di antara kita yang belum pernah mengucap, atau minimal terpikir untuk
mengucap? Satu-satunya alasan kita masih menahan diri untuk tidak
menunjuk-nunjuk muka adalah adab dan budi pekerti, meskipun sebenarnya sudah di
ujung lidah. Tapi apakah kita sudah mengumpulkan semua informasi yang
diperlukan untuk membuat INFORMED DECISION saat kita
memberikan judgement (menghakimi)? "JASMERAH!
(jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah)", demikian kita diingatkan
oleh Ir. Soekarno. Ironisnya, SEJARAH sebagai saksi utama dan kunci
penting memahami "Radikalisme (Wahabisme)" malah justru yang selalu
terlupakan. Selamat membaca!
THE ORIGIN of VIOLENCE
PERLU DIPAHAMI bahwa sejak ditemukan moda transportasi BBM,
Minyak menjadi KOMODITAS NO.1 dunia sejak abad ke-20, dan Timur Tengah adalah
wilayah kandungan minyak terbesar dunia dengan akses termudah, yang membuatnya
vital dan strategis. PERLU DIKETAHUI bahwa baik yang menemukan
moda transportasi BBM, maupun yang menemukan ladang minyak di Timur Tengah
adalah Peradaban Barat (Eropa). Semua berawal ketika Tim Eskplorasi
yang dikirim William Knox D'Arcy (Pengusaha Irlandia)
menemukan ladang minyak luas di Persia (sekarang Iran), kemudian bersama Burmah
Oil Co (BUMN Inggris) mendirikan APOC (Anglo Persian Oil Company), korporasi
minyak milik Barat pertama di Timur Tengah, nantinya menjadi British
Petroleum (BP Plc). Lalu Barat mengirim “sepasukan” Peneliti Minyak ke
Timur Tengah, dan ladang-ladang minyak besar lainnya pun ditemukan, dari
Semenanjung Arab sampai Laut Kaspia, sampai pantai utara Afrika, di
daerah-daerah yang kita kenal sekarang dengan nama Arab Saudi, UEA, Kuwait,
Irak, Suriah, sampai Libya dan Aljazair.
Penemuan ini
adalah GAME CHANGER yang merombak total Geopolitik
Internasional dan meredefinisi kebijakan luar negeri Barat dalam
sekejap mata. Timur Tengah menjadi pertaruhan besar bagi konstelasi politik
yang akan menentukan peta kekuatan dunia di masa mendatang (setidaknya
menurut Barat). Satu-satunya penghalang adalah Kekaisaran Ottoman yang saat
itu menguasai hampir seluruh Semenanjung Arab. Ottoman harus
pergi. SUMBER: (1)
PERANG
INTELIJEN BERMOTIF MINYAK
PERLU DIKETAHUI, setelah sadar perang terbuka head to head tidak
akan mempercepat proses "pendongkelan" Ottoman dari Timur Tengah,
Peradaban Barat menemukan metoda perang yang lebih efektif dan mematikan untuk
digunakan kepada suku primitif penunggang unta di padang pasir ini,
yakni: PERANG INTELIJEN. Militer Inggris lalu mengirim
perwira-perwira jenius, diantaranya sang Legenda Thomas Edward Lawrence,
yang membaur dan berhasil memprovokasi “Revolusi Arab” tahun 1916. Kekaisaran
Ottoman sukses "didongkel" dari Timur Tengah hanya dalam waktu
setahun! *For more reading, alias untuk bacaan lanjut silahkan tanya
Google: Lawrence of Arabia, Arab Revolt.
FAKTA SEJARAH
=> "Revolusi Arab" adalah PERANG INTELIJEN BERORIENTASI MINYAK pertama yang dilancarkan Barat kepada Rezim
penguasa Timur Tengah. Kesuksesan Lawrence of Arabia mengusir Ottoman kelak
akan menjadi BLUE PRINT untuk PERANG INTELIJEN BERORIENTASI
MINYAK di masa mendatang. SUMBER: (2)
POTONGAN KUE untuk
"SANG ADIK"
Militer Inggris
kemudian membuat perjanjian Darin dengan Ibnu Saud,
yang menetapkan wilayah Arab Saudi dibawah proteksi Inggris. Kerajaan Inggris
tidak hanya memberikan suplai persenjataan dan bantuan 5000 pound per-bulan,
tapi juga menganugerahkan gelar SIR (ksatria) Order of
Bath kepada Ibnu Saud. Memuluskan jalan untuk Rockefeller, owner konglomerasi
minyak terbesar dunia Standard Oil untuk mendapatkan Konsesi
Minyak Arab Saudi. Standard Oil Company of California (SOCAL),
nantinya berubah nama menjadi Chevron, mendirikan Arabian
American Oil Company (ARAMCO). Standard Oil of New Jersey,
nantinya menjadi Exxon, Standard Oil of New York,
nantinya Mobil Oil, menguasai ladang-ladang minyak Saudi Arabia.
Pada tahun 1949, BP dan Shell telah menguasai 52% dari seluruh ladang minyak di
Timur Tengah, dan Chevron, Exxon, Mobil, Texaco menguasai 42%. SUMBER:
(3)
Arab Saudi
menasionalisasi ARAMCO dengan membeli 25% saham pada tahun 1973, lalu membeli
60% saham pada 1974, dan 100% pada tahun 1980. Namun pada prakteknya, 4
raksasa minyak Amerika: Chevron, Exxon, Mobil & Texaco masih mengoperasikan
ARAMCO. Pada tahun 1990, Exxon melaporkan saham kepemilikan sebesar 28,33%
di ARAMCO kepada SEC (Bapepam untuk Wall Street), 10 tahun setelah
nasionalisasi Exxon masih memiliki 28,33% saham ARAMCO. Seluruh kilang minyak
pun masih dikelola oleh Mobil Oil & Shell. SUMBER: (4)
METODA
"PERANG KOTOR"
Untuk mengamankan
British Petroleum (BP), militer Inggris menduduki Iran dan menginstalasi Rezim
"ramah kepada Barat" Shah Reza Pahlevi sebagai SHAH (Dinasti
Pahlevi), meresmikan Iran sebagai suplier minyak Barat terbesar setelah Arab
Saudi. Namun pada 1951, gerakan Nasionalis dipimpin PM Iran Mohammad
Mosaddegh mencoba membatasi kekuasaan monarki Shah Pahlevi, dan
menasionalisasi Anglo-Iranian Oil Company (BP).
Inggris dibantu C.I.A. (dinas
intelijen Amerika) melancarkan Perang Intelijen menggulingkan PM Mossadegh
melalui provokasi KUDETA yang dikenal dengan 28 Mordad Coup. Pada
Agustus 2013, C.I.A. secara resmi mengakui operasi intelijen
"pelengseran" PM Iran Mossadegh melalui penggerakan massa
dengan cara memberikan sogokan kepada politisi dan petinggi militer Iran.
British Petroleum (BP) menyumbang uang sebesar $25.000 untuk operasi tersebut.
Berita ini dilansir CNN, BBC, dan berbagai media internasional pada 19-20
Agustus 2013 dengan headline “CIA admits role in 1953 Iranian Coup”.
Namun situasi kondusif
tak bertahan lama, karena Dinasti Pahlevi kembali digulingkan kali ini oleh
gerakan Islam Syi’ah Ayatullah Khomeini, mendirikan Republik Islam
yang dikenal dengan Iranian Revolution 1979. C.I.A. kembali beraksi
membiayai General Oveisi, petinggi militer loyalis Shah Pahlevi. Kapal
perang USS Constellation berangkat dari Subic Bay Filipina
menuju laut Arab untuk mendukung penghasutan "perang saudara" antara
Loyalis Pahlevi V.S. Rezim Islam. Namun kali ini, operasi yang dibiayai oleh
Rockefeller (Chevron) menemui kegagalan. SUMBER: (6)
PEMBIAYAAN
PERANG IRAK-IRAN
Berdasarkan
rekomendasi Zbigniew Brzezinski, National Security Advisor Gedung
Putih kepada Presiden Carter: Saddam Hussein bisa dimanfaatkan untuk
menumbangkan rezim Anti-Barat Ayatullah Khomeini, Presiden Jimmy Carter
langsung instruksi C.I.A. membuka kantor di Baghdad yang disambut baik oleh
Saddam Hussein. SUMBER: (7). Tak menunggu lama, A.S. langsung
menerbitkan peringatan ke negara-negara sekitar akan eskalasi yang akan datang.
Washington juga memberikan ultimatum kepada Soviet agar tidak turut campur.
Saddam Hussein melihat ini sebagai "lampu hijau", dan agresi militer
Irak ke Iran pun dimulai pada 22 September 1980. SUMBER: (8)
A.S. langsung
mengeluarkan Irak dari Daftar Hitam “Negara sponsor Terorisme” untuk legitimasi
pemberian bantuan. “Bantuan Ekonomi” milyaran Dollar langsung dicairkan,
termasuk suplai senjata, suplai amunisi, sampai transfer teknologi militer. C.I.A.
memberikan arahan TACTICAL untuk setiap operasi militer Irak,
memberikan bocoran intel, bahkan pelatihan SPECIAL OPS. Departemen
Defense Intelligence Agency Pentagon ikut buka kantor di Baghdad
memberikan arahan langsung kepada A.U. Irak. Personel militer Irak menerima
pelatihan dari Satuan Khusus Green Berets di Fort
Bragg, North Carolina, juga pelatihan untuk Pilot Helikopter. SUMBER:
(9)
Tak hanya itu, militer
A.S. juga terlibat langsung melakukan serangan terhadap target-target militer
Iran. C.I.A. melancarkan Operasi EAGER GLACIER sabotase
target-target strategis di Iran menggunakan Agen Lapangan. Kapal perang USS
Stark menyerang kapal-kapal Minyak Iran. Perang baru berakhir 8 tahun
kemudian melalui intervensi PBB pada 20 Agustus 1988 Resolution 59,
setelah menewaskan lebih dari 1.000.000 personel militer dan sipil. Namun
upaya penggulingan rezim Islam Iran kembali gagal.
PENYEBARAN
SISTEMATIS PAHAM RADIKALISME (WAHABISME)
Berdasarkan keterangan
mantan Direktur C.I.A. James Woolsey, sejak akhir 1970-an dan awal
1980-an, Arab Saudi menghabiskan 87 milyar Dollar untuk sumbangan ke
negara-negara berkembang (seperti Indonesia) untuk dana pembangunan/operasional
Mesjid, Madrasah, Pesantren, dan Islamic Center, disertai dengan distribusi
buku-buku agama, materi akademis, juga pembiayaan pendidikan calon Ustaz.
Materi edukasi Islam tersebut yang DISISIPKAN materi BRAIN WASH (cuci
otak) penghasutan kebencian, fanatisme, radikalisme, dan terorisme.
Termasuk penghasutan kebencian terhadap Islam Syi’ah Iran. SUMBER: (10)
Berdasarkan
Laporan Jean-Charles Brisard untuk U.N. Security
Council (DK PBB), ia memiliki bukti terjadinya aliran dana $500 juta
ke organisasi Al Qaeda dari lingkar keluarga kerajaan Arab Saudi hanya pada
tahun 2002 saja. Lalu pada Desember 2004,U.S. Senate Finance Committee (Komite
keuangan Daerah A.S.) mendapat laporan dari IRS (kantor pajak A.S.) perihal
terjadinya alokasi "Zakat" untuk Terorisme oleh
yayasan-yayasan Arab Saudi di Amerika: al Haramain dan Islamic
Relief.
Pada Juli 2005, Stuart
Levey, U.S. Treasury Undersecretary (Sekretaris Bendahara
Negara) membuat laporan kepada Senate Committee Hearing (Komite
Dengar Pendapat Senat) mengenai dukungan finansial dan pembiayaan
Terorisme yang dilakukan Yayasan Arab Saudi di A.S. Muslim World
League (WML). Perbankan Arab Saudi diketahui terang-terangan
memberikan dukungan finansial kepada Terorisme. Islamic Development
Bank (IDB) diketahui mengalirkan dana ke Yayasan Arab Saudi di
Amerika Council on American-Islamic Relations (CAIR)yang
menyalurkan-nya lagi ke organisasi-organisasi teroris global yang berafiliasi
ke Al Qaeda, seperti: Al Quds, Lashkar-e-Taiba, Holy Land Foundation (HLF),
World Assembly of Muslim Youth (WAMY), International Islamic Relief
Organization (IIRO), dan Muslim Brotherhood (Ikhwanul Muslimin). SUMBER:
(11)
U.S. Senate
Committee on Governmental Affairs pada Juli 2003 memberikan pernyataan: banyak tokoh
berpengaruh Arab Saudi menjabat posisi penting di organisasi pendukung teroris
global seperti Grand Mufti Arab Saudi yang memegang jabatan di WML,
juga Saudi Minister of Islamic Affairs yang menjabat posisi sekretaris di WAMY
dan al Haramain. SUMBER: (12). Pada Maret 2002, Senator Bob
Graham, ketua Senate Intelligence Committee (Komite
Intelijen Senat AS), memberikan pernyataan bahwa jaringan teroris WTC
9/11 mendapat dukungan finansial dari lingkar keluarga kerajaan Arab Saudi,
dituangkan dalam Laporan 27 halaman Congressional Inquiry's Final
Report. Namun apa yang terjadi kemudian? “The Bush administration
and FBI blocked a congressional investigation into that relationship” (Senator
Bob Graham). Terjemahan: pemerintahan Bush dan FBI
menghalang-halangi penyelidikan terhadap hubungan (Saudi dan Teroris) tersebut. SUMBER:
(13)
Michael
Scheuer, mantan kepala CIA
Counter Terrorism Center (Unit Anti Teroris CIA), memberikan
pernyataan kepada Wahington Post tahun 2005, “Bin Laden family in the
US are nearly completely off limits to US law enforcement.”, Terjemahan:
keluarga Bin Laden di Amerika hampir tidak bisa disentuh oleh penegakan Hukum.
Bahkan setelah mengetahui Osama Bin Laden dibalik serangan WTC 9/11, keluarga
Bin Laden (sanak saudara Osama) yang tinggal di Amerika diberikan izin untuk
terbang pulang ke Arab Saudi tanpa satu pun melewati proses interogasi meskipun
FBI telah menemukan dugaan koneksi mereka dengan para pembajak WTC 9/11. Setelah
begitu banyak Fakta menunjuk hidung Arab Saudi sebagai MASTERMIND Terorisme
global, daripada membom Arab Saudi, Amerika malah membom Irak.
PEMBIAYAAN
MUJAHIDIN (TALIBAN) USIR SOVIET
Berawal dari ekspansi
Soviet menginvasi Afghanistan pada tahun 1979, memberikan ancaman langsung
terhadap kepentingan Barat terhadap Minyak Timur Tengah. Presiden Jimmy
Carter memberikan respon dengan menerbitkan kebijakan yang dikenal
dengan Carter Doctrine pada Januari 1980 yang berbunyi: "Amerika
Serikat akan menggunakan kekuatan Militer bila diperlukan untuk mempertahankan
kepentingan di Teluk Persia". Namun pilihan lagi-lagi jatuh kepada
Perang Intelijen daripada head to head. Pada 3 Juli 1979, Presiden
Carter menandatangani direktif Operation Cyclone yang
memerintahkan C.I.A untuk melakukan COVERT OP (Operasi
Intelijen) membiayai Mujahidin (Taliban) Afghanistan. SUMBER: (2)
Pembiayaan Etape
Pertama dimulai $20-$30 juta per-Tahun pada 1980, diujung-tombaki oleh National
Security Adviser, Zbigniew Brzezinski, diteruskan kabinet Ronald Reagan menjadi
$630 juta per-Tahun pada 1987, oleh Senator Charlie Wilson sampai Soviet sukses
diusir dari Afghanistan pada tahun 1989. Operasi pembiayaan C.I.A kepada
Mujahidin (Taliban) Afghanistan ini melibatkan sukarelawan Arab yang
dikomandani oleh Osama Bin Laden, yang menjadi cikal bakal
pembentukan Al Qaeda, seperti Mujahidin yang menjadi cikal bakal
pembentukan Taliban, yang mana keduanya akan balik menggigit sang
majikan bertahun-tahun kemudian. SUMBER: (15)
C.I.A dan berbagai
elemen pemerintah A.S. tentunya menyangkal memberikan pendanaan kepada Osama
dan Al Qaeda yang waktu itu memang ikut membantu Mujahidin (Taliban).
Karena itu sama saja mengakui ikut bertanggung jawab atas serangan WTC
9/11. For more reading Google: Carter Doctrine , Operation Cyclone atau
Tanya Google untuk info selanjutnya.
PENGGULINGAN
MUAMMAR GADDAFI
Berdasarkan Laporan
yang diterbitkan oleh The Jamestown Foundation, Washington
D.C. Institute for Research and Analysis, Khalifa Haftar yang
merupakan Panglima Pasukan Pemberontak Libya adalah kolaborator C.I.A. sejak
tahun 1969. The Jamestown Study bahkan memiliki pernyataan dari Khalifa Haftar
dari wawancara pada tahun 1991 mengakui bahwa C.I.A. telah menjadi
sponsor dan sumber pendanaan bagi paramiliter Anti-Gaddafi di Libya
sejak 1988, juga memberikan Pelatihan di Training Camp. Satu lagi bukti kuat
keterlibatan C.I.A di Libya adalah terdapatnya 3 orang anggota Al Qaeda dalam
pasukan pemberontak: Abdel Hakim al Hasady, Salah al Barrani, Sufyan
Ben Qumu, yang mana ketiganya adalah tahanan teroris C.I.A. di
Guantanamo Bay sebelum tiba-tiba muncul di Libya. SUMBER: (16)
Operasi C.I.A di Libya
saat penggulingan Gaddafi juga diberitakan oleh NEW YORK TIMES,
bersama MI6 membantu mengumpulkan intel. Presiden Obama juga
diberitakan memberikan instruksi kepada C.I.A untuk mempersenjatai pemberontak
Anti-Gaddafi. Dan yang mutlak memperjelas, tentunya bantuan pemboman oleh NATO
yang melemahkan kekuatan militer Gaddafi secara signifikan, memberikan
kemenangan bagi pasukan pemberontak. SUMBER: (17)
PEMBIAYAAN
PERANG SAUDARA SURIAH
Pembiayaan upaya
penggulingan Rezim Assad sudah menjadi informasi publik, karena dari operasi
rahasia, Amerika akhirnya tidak malu-malu mengakui dukungannya terhadap
pemberontak Suriah. Bantuan terang-terangan Obama bervariasi dari meminta
Kongres A.S. untuk menyetujui "intervensi militer" ke Suriah sekitar
Medio Agustus/September 2013, sampai meminta Kongres untuk menyetujui
permintaan dana bantuan $500 juta untuk pemberontak Suriah. Berita dukungan
A.S. atas pemberontak Suriah ini sudah dilansir oleh media-media internasional
BBC, CNN, RT (Russia Today), Washington Post, Telegraph UK, dan lain-lain. Namun
sebenarnya keterlibatan Amerika sudah lebih jauh daripada yang diakui Obama.
The New York
Times telah melansir
elemen Al Qaeda dalam pasukan pemberontak Suriah sejak tahun
2012 dalam artikel "Syrian Rebels Tied to Al Qaeda Play Key Role
in War". Mengusung nama "Nusra Front" di Suriah, adalah cell
teroris Al Qaeda yang berbasis di Irak. Reporter Prancis Georges
Malbrunot kepada harian Le Figaro, melaporkan peran vital
C.I.A. sebagai supplier utama persenjataan untuk pemberontak Suriah. "C.I.A.
lead convoys of arms deliveries. The Saudis in charge of financing. C.I.A and
Saudi Arabia have supplied the militants in Syria 600 tons of weapons in 2013
alone".Terjemahan: C.I.A memimpin konvoi pengiriman
senjata, sementara Saudi membiayai. Mereka telah mensuplai pemberontak Suriah
600 ton senjata selama tahun 2013 saja.
CNN dalam artikel "CIA-funded weapons
have begun to reach Syrian rebels" Sept 2013, melaporkan dari
Pentagon perihal pengiriman senjata oleh C.I.A. kepada pemberontak Suriah. RUSSIA
TODAY dalam artikel "CIA trains and spies for Syrian
rebels" Maret 2013, melaporkan peran C.I.A. dalam memberikan
pelatihan dan bocoran intel kepada pemberontak Suriah. U.S.A TODAY dalam
artikel "Syrian rebels pledge loyalty to al Qaeda" Juni
2013, menjelaskan peran elemen Al Qaeda dalam pemberontak Suriah. RUSSIA
TODAY (RT) dalam artikel "Rebel leader supported by the
West admits he fights alongside Al Qaeda" melaporkan joint
op pemberontak Suriah bentukan Amerika dengan Al-Qaeda. Pemberontak
Suriah Free Syrian Army pun mulai mengadaptasi metoda Al Qaeda danmelakukan
pembersihan etnis, pembunuhan sistematis dan genosida terhadap warga sipil,
menjadikan "Perang Saudara Suriah" menjadi tragedi kemanusiaan yang
memakan korban sampai 160.000 jiwa. For more info, Google: Free Syrian
Army beheading. WARNING! Graphic images!
ISLAMIC STATE
ULTRA RADIKAL ISIS
"Kami
tidak membiayai grup ekstrimis yang suatu saat bisa menggunakan senjata dari
kami untuk menyerang kepentingan Barat." FORMAT BAKU jawaban Washington untuk menepis kritik/tuduhan
pembiayaan Radikalisme (Wahabisme dan Takfirisme) di Timur Tengah. Amerika
boleh-boleh saja menyangkal membiayai ISIS, seperti menyangkal membiayai Al
Qaeda saat Osama Bin Laden membantu Mujahidin (Taliban) mengusir Soviet dari
Afghanistan. "America has been funding people who are allies with
ISIS...ISIS is stronger because we've been funding Islamic rebels in
Syria." Terjemahan: America membiayai sekutu ISIS.
ISIS menjadi kuat karena kita membiayai pemberontak Suriah. Pernyataan
Senator Rand Paul (R-Ky) dari negara bagian Kentucky, menggugah
pemikiran KRITIS: "Apakah dengan tidak mempersenjatai langsung teroris
A, tapi mempersenjatai teroris B yang bekerjasama dengan teroris A, membebaskan
Amerika dari tanggung jawab?"
Amerika membantah
membiayai langsung Al Qaeda, NAMUN tutup mata dengan persenjataan yang disuplai
ke Mujahidin (Taliban) yang bekerjasama dengan Osama Bin Laden. Amerika
membantah membiayai langsung ISIS, NAMUN tutup mata dengan persenjataan yang
disuplai ke Pemberontak Suriah yang sempat bekerjasama dengan ISIS. Dan
tentunya Amerika tutup mata atas dukungan finansial dan pembiayaan sistematis
yang diberikan sekutu-sekutunya Arab Saudi, Kuwait dan Qatar
kepada ISIS, yang mana sumbangan tersebut telah menjadi komponen kunci kekuatan
ISIS.
TELEGRAPH UK dalam artikel "How the West
bankrolls ISIS" 5 Agustus 2014, melaporkan sumbangan $100 juta
dari ketiga donor tersebut kepada ISIS pada tahun 2013 saja. Kuwait juga
mengadakan penggalangan dana dan mendapatkan $30 juta untuk jihad ISIS di
Suriah. RUSSIA TODAY (RT) dalam artikel "ISIS in
Iraq stinks of CIA/NATO ‘dirty war’ op", melaporkan beberapa
anggota ISIS mendapat pelatihan dari C.I.A di Yordania pada tahun
2012, termasuk pembiayaan yang diberikan Arab Saudi dan Qatar kepada ISIS. Andrew
Doran mantan pejabat US State Department memberikan
kesaksian kepadaConservative National Review akan adanya beberapa
pejuang ISIS memiliki Paspor Amerika.
PENUTUP
Pada tahun 2012, orang
mencibir dan mengolok-olok opini "Pemberontak Suriah Dibeking
C.I.A.", dua tahun kemudian opini tersebut menjadi Fakta. Para skeptis
mungkin akan menolak ide "Amerika berperan dalam pembentukan
ISIS" hanya karena BBC dan CNN belum memberitakan demikian. Di
sinilah benang merah Sejarah menjadi kunci penting untuk memahami
"Radikalisme Islam alias Wahabisme". Karena Faktanya: Barat
punya rekam jejak menjadi MASTERMIND Radikalisme, Wahabisme, dan Terorisme di
Timur Tengah. Semoga pemaparan FAKTA SEJARAH ini dapat memberikan
PERSPEKTIF yang lebih obyektif dan sehat, dengan harapan tiada lain
kecuali semoga kita bisa menularkan energi positif dalam kondisi tingginya
tensi horisontal saat ini. Amin!
Sumber:
(1) “THE PRIZE: The Epic Quest for Oil, Money, and
Power” (Simon & Schuster) by Daniel Yergin
(2) “A Prince of Our Disorder: The Life of T. E.
Lawrence” (Harvard University Press) by John E. Mack
(3) “A Brief History Of Major Oil Companies In The
Gulf Region” (University of Virginia) by Eric V. Thompson
(4) “Big Oil & Their Bankers In The Persian
Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics
& Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
(5) “The Scramble for Empire, Suez, and
Decolonization” (I.B.Tauris) by Wm. Roger Louis
(6) “Big Oil & Their Bankers In The Persian
Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics
& Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
(7) “Web of Deceit: The History of Western Complicity
in Iraq, from Churchill to Kennedy to George W. Bush” (Other Press) by Barry
Lando
(8) “The Death Lobby: How the West Armed Iraq”
(Houghton Mifflin Company) by Kenneth Timmerman
(9) “Spider's Web: The Secret History of How the
White House Illegally Armed Iraq” (Bantam Books) Alan Friedman
(10,11) “Saudi Arabia's Export of Radical Islam” by
Adrian Morgan
(12) “Zarqawi: The New Face of Al-Qaeda” (Polity
Press) by Jean-Charles Brisard & Damien Martinez
(13) “Intelligence Matters: The CIA, the FBI, Saudi
Arabia, and the Failure of America's War on Terror” (Random House Inc) by
Senator Bob Graham
(14) "War in Afghanistan" (Macmillan) by
Mark Urban
(15) "Holy War Inc." *(Free Press) by Peter
Bergen
(16) "Ex-Mujahedeen Help Lead Libyan
Rebels" (The Wall Street Journal) by Charles Levinson
(17) "C.I.A. Agents in Libya Aid Airstrikes and
Meet Rebels" (NY TIMES) by Mark Mazzetti
Thomas Edward Lawrence atau Lawrence of Arabia Sang Agen Zionist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar