Minggu, 31 Agustus 2014

Imamah adalah Syari'at (Tasyri') Islam



Terjemahan dari Kitab Limadha Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki  [Edisi Pertama, Cetakan Halab, Syiria, 1402 H]

Rasulullah Saw adalah orang yang sangat penyayang dan pengasih terhadap umatnya. Oleh karena itu, mustahil beliau membiarkan umatnya atau tidak memberitahukan kepada mereka hal yang sangat penting, yaitu golongan yang selamat (firqa an-najiyah).

Aku katakan, sesungguhnya golongan yang selamat adalah mereka yang berpegang teguh pada ketaatan kepada Allah, Rasul-Nya, dan para Imam Ahlulbait beliau yang telah disucikan sesuci-sucinya oleh Allah dari segala dosa dan kesalahan, serta berlepas diri dari musuh-musuh mereka. Hal ini merupakan pengamalan sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadis yang telah disepakati kesahihannya, baik oleh Ahlus Sunnah maupun Syi’ah, yaitu sabda beliau, “Barang siapa yang menjadikan aku sebagai maula-nya (pemimpinnya), maka ini ‘Ali adalah maula-nya (pemimpinnya) juga. Ya Allah,  cintailah orang yang mencintainya, musuhilah orang yang memusuhinya, tolonglah orang yang menolongnya, dan telantarkanlah orang yang menelantarkannya.”

Adapun riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Saw ketika ditanya tentang golongan yang selamat, siapakah golongan itu? Lalu ia bersabda, “Mereka (golongan yang selamat) adalah golongan yang mengikutiku dan para sahabatku, ” riwayat ini tidak sahih. Sebab, para sahabat Nabi Saw tidak semuanya mengikuti Nabi Saw karena terbukti sebagian di antara mereka melakukan hal-hal yang tercela dan tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Misalnya, Marwan al-Hakam, ia adalah ath-Tharid (orang yang telah diusir oleh Nabi Saw dari Madinah) bin ath-Tharid dan al-Mal’un (terkutuk) bin al-Ma’un; Mu’awiyah, ‘Amru bin’ Ash, ia adalah orang yang terkenal dengan kelicikan dan penipuannya; al-Mughlrah bin Syu’bah; dan masih banyak lagi yang lainnya.

Allah Swt berfirman,

“Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) kamilah yang mengetahui mereka. nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (Qs. at-Taubah [9]:101)

Sekiranya riwayat yang menyebutkan, “Mereka (golongan yang selamat) adalah golongan yang mengikutiku dan para sahabatku,” adalah riwayat sahih, betapapun menurutku riwayat ini tidak sahih, maka mereka yang dimaksud adalah Ahlulbait Nabi Saw, mereka inilah yang telahd dijadikan  oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai panutan bagi orang-orang yang berpikir. Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya agar berpegang teguh kepada Ahlulbaitnya dan melarang mereka untuk berpaling dari Ahlulbaitnya, sebagaimana ditegaskan dalam banyak sabda Nabi Saw.

Adapun pendapat yang berkata bahwa umat Nabi Saw seluruhnya selamat, maka ini bertentangan dengan sabda beliau yang telah disepakati kesahihannya, demikian juga pendapat yang menyatakan bahwa umat beliau seluruhnya binasa.

Dengan demikian, golongan yang selamat hanyalah satu, sebagaimana menurut sabda Nabi Saw. Golongan ini (yang selamat) haruslah berbeda dengan golongan-golongan lainnya.

Syi’ah berbeda dengan golongan-golongan lainnya dalam banyak perkara yang khusus ada pada mereka. Misalnya, pendapat mereka (Syi’ah) tentang kemaksuman para imam dan dikhususkannya kekhalifahan bagi para Imam Ahlulbait dengan dalil-dalil yang mematahkan segala hujah para penentang mereka.

Oleh karena itu, jabatan khalifah tidak sah untuk selain para Imam Ahlulbait As, dan tidaklah sempurna peraturan umat yang dipimpin oleh seorang khalifah yang di luar mereka (para imam Ahlulbait).

Seandainya para sahabat Rasulullah Saw mengikuti ajaran­ajaran Nabi mereka, niscaya tidak akan terjadi pertentangan dan peperangan di antara sesama mereka. Akan tetapi, sayangnya banyak dari mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, maka terjadilah apa yang telah terjadi pada mereka (yaitu pertikaian dan peperangan).

Maka, cukuplah Allah sebagai Pelindung kami dan Dia adalah sebaik-baiknya Pelindung, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Sesungguhnya dalil-dalil dan nasihat yang telah kami sampaikan telah cukup bagi orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedangkan dia menyaksikannya.

Sebagai akhir kalam dari bagian ini, sekali lagi kami sampaikan bahwa Syi’ah adalah kelompok Mukminin, yang berpegang teguh pada setiap yang berasal atau bersumber dari Rasulullah Saw dan dari Tuhannya. Syi’ah adalah golongan yang selamat, yang berpijak di atas jalan kebenaran serta benar dalam setiap keyakinannya.

Akan tetapi, orang-orang yang jahat mengalamatkan bennacam-macam tuduhan dusta dan keji terhadap Syi’ah, sedangkan ia berlepas diri (bersih) dari segala macam tuduhan dusta dan keji tersebut.

Silakan Anda merujuk kepada kitab-kitab karangan para ulama mereka dengan tulus, niscaya Anda akan mengetahui kebenaran ucapan kami.

Kalimat “Syi’ah” itu sendiri merupakan kemuliaan yang agung karena Al-Quran telah menyebutkannya dalam bentuk pujian. Allah Swt. berfirman,

“Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, Maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan, Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(Qs. al-Qashash [28]:15)

Dan firman-Nya,

“Dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (syiah).” (Qs. ash-Shaffat [37]:83)

Artinya Ibrahim As adalah termasuk Syi’ah (golongan) Nuh As.

Telah beberapa kali Anda membaca dalam buku ini sabda Rasulullah Saw. kepada ‘Ali As, “Engkau dan Syi ‘ahmu adalah orang­-orang yang beruntung kelak pada hari kiamat.

Dengan demikian, Syi’ah mereka adalah pengikut  agama Allah dan pengikut para nabi dan aushiya’ (orang-orang yang telah mendapat wasiat dari Nabi Saw untuk meneruskan kepemimpinan Nabi Saw sepeninggalnya, yaitu para Imam Ahlulbait Nabi Saw). Dan segala puji bagi Allah Swt. 



Tak Ada Ijma’ dalam Ikhtilaf Mazhab



Dialog Para Ulama Syi'ah 


Terjemahan dari Kitab Limadha Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki  [Edisi Pertama, Cetakan Halab, Syiria, 1402 H]. 

Ini juga merupakan sebahagian daripada sebab-sebab yang mendorongku menjadi seorang Syi'ah. Manakala berdialog dengan mereka, aku dapati diriku dikalahkan oleh hujjah-hujjah mereka, tetapi aku tetap merasa tidak mau menerima kala itu. Aku masih mencoba mempertahankan hujjah-hujjahku yang lemah, tak lain karena kala itu aku merasa mempunyai keilmuan yang tinggi di dalam mazhab Syafi'i dan mazhab-mazhab lain. Yang lainnya karena aku telah menuntut ilmu yang banyak di Universitas al-Azhar, yang dengannya aku memperoleh ijazah yang tinggi sebagaimana aku telah menyebutkannya. 

Dialog kami mengambil masa tidak kurang daripada tiga tahun. Kemudian aku mulai meragukan dan menerima kelamahan serta kontradiksi mazhab empat, disebabkan perselisihan sesama mereka sendiri, yang begitu nyata dan tak teringkari.

Mengkaji Buku al-Muraja'at (Dialog Sunnah - Syi'ah) 

Akhirnya aku mengkaji buku al-Muraja'at (Dialog Sunnah - Syi'ah) karangan Ayatullah al-'Uzma Sayyid Syarafuddin. Aku mengkajinya dengan teliti. Gaya bahasa dan kemanisan lafaznya mengagumkanku dan membuatku berfikir bagaimana dia dapat memberi hujjah-hujjah yang kuat di dalam dialognya dengan Syaikh al-Akbar Syaikh Salim al-Busyra, Rektor Universitas al-Azhar ketika itu. 

Aku dapati pengarangnya ketika berhujjah tidak berpegang kepada buku-buku Syi'ah, malah dia berpegang kepada buku-buku Sunni. Dan karenanya menjadi sukar bagi lawannya untuk menolaknya, sebab hujjah-hujjahnya dan dalil-dalilnya yang ada di dalam kedua pihak (Syi’ah dan Sunni). Pada malam itu aku tidak dapat tidur sehingga aku puas hati bahwa kebenaran adalah bersama Syi'ah. Mereka berada di atas mazhab yang benar, sabit dan tetap begitu kuatnya, dan berasal dari Rasulullah SAWAW dan Ahlu l-Baitnya AS. Tidak ada syubhat sedikitpun padaku. Aku percaya bahawa mereka tidaklah sebagaimana apa yang diperkatakan dan dituduhkan kaum pendengki dan munafik kepada mereka dengan tuduhan, celaan, dan kata-kata batil yang diciptakan kelompok pendengki dan munafik itu. 

Buku al-Muraja'at (Dialog Sunnah Syi'ah) Untuk Saudaraku 

Pada keesokan harinya, aku memberi buku tersebut kepada saudaraku, Ahmad. Dia berkata kepadaku: Apakah ini? Aku menjawab kitab Syi'ah oleh pengarang Syi'ah. Lantas dia berkata kepadaku: Jauhkanlah buku itu dariku, sebanyak tiga kali. Sebab hal itu buku-buku yang sesat, aku tidak perlu kepadanya. Aku benci kepada Syi'ah dan perkara yang berkaitan dengan Syi'ah. Aku berkata: Ambillah dan bacalah saja kerana kita tidak perlu beramal dengannya. Ia tidak akan merusak engkau jika engkau membacanya. Dan akhirnya ia pun mengambil buku tersebut, lalu mengkajinya dengan teliti. Dan akhirnya dia juga mengakui kebenaran mazhab Syi'ah. Dia berkata: Syi'ah di atas kebenaran. Selain daripada mereka adalah bersalah (Khati'un). 

Kemudian aku dan saudaraku meninggalkan mazhab Syafi'i dan kami berpegang kepada mazhab Syi'ah Ja'fariyyah. Ini disebabkan oleh dalil-dalil yang banyak dan terang. Hati kecilku menikmati ketenangan dengan berpegang kepada mazhab Ja'fari, mazhab Ahlu l-Bait Rasulullah SAWAW karena aku mengetahui bahwa aku telah sampai kepada matlamat yang paling jauh yaitu berpegang kepada mazhab yang paling suci, yaitu berpegang kepada mazhab keluarga suci (al-Itrah al-Tahirah). 

Dengannya aku mempercayai suatu keyakinan yang tidak dicampuri syak-wasangka dan waham semata, bahwa aku telah berjaya daripada siksaan Allah SWT. Aku bersyukur kepada Allah SWT di atas kejayaan semua keluargaku dan kebanyakan kaum kerabatku, sahabat-sahabatku, dan lain-lain. Ini adalah satu karunia dan nikmat dari Allah SWT yang tidak dapat dinilainya selain daripada Dia sendiri yang berhak: “Wilayah keluarga Rasul SAWAW, karena tidak ada kejayaan kecuali dengan mengangkat mereka sebagai auliya”. Sebuah hadith Rasul SAWAW yang dibenarkan oleh Sunni dan Syi'ah itu adalah: "Perumpamaan keluargaku sepertilah bahtera Nuh, sesiapa yang menaikinya ia akan berjaya dan sesiapa yang tidak menaikinya akan tenggelam dan binasa." Aku memohon kepada Allah SWT agar merestui kami karena mengangkat wilayah Ahlu l-Bait AS dan mencintai mereka. 

Beberapa Kelompok Pun Menjadi Syi'ah Bersama-Sama Kami 

Akhirnya, sejumlah besar orang dari saudara-saudara kami yang Sunni dari Suriah, Libanon, Turki, dan lain-lain telah turut menjadi Syi'ah bersama kami. Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kepada kami dan kami tidak akan mendapat hidayah, sekiranya Allah tidak memberi hidayah kepada kami.  Apabila tersebarnya berita mengenai kami, orang ramai tanpa sungkan-sungkan datang kepada kami, bertanya kepada kami tentang sebab-sebab yang mendorong kami berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait dan meninggalkan mazhab Syafi'i. Kami memberikan jawapan kepada mereka bahwa dalil-dalil yang kuat bersama kami. Maka sesiapa yang ingin supaya kami menerangkan kepadanya mazhab al-Haqq, maka hendaklah ia datang kepada kami. 

Orang Ramai Menjadikan Kami Sebagai Rujukan 

Dalam masa yang singkat saja, orang ramai telah datang kepada kami. Mereka terdiri dari para ulama, guru, pegawai, peniaga, dan lain-lain. Kami menjelaskan kepada mereka kebenaran mazhab Ahlu l-Bait AS berdasarkan rujukan Ahlu s-Sunnah (Sunni) yang muktabar. Di kalangan mereka ada yang mendengar dan berpuas hati, kemudian berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait AS, dengan meninggalkan mazhab yang terdahulu. Di kalangan mereka ada yang fanatik, dan terus berpegang kepada mazhabnya. Keuzurannya adalah kejahilannya, dan fanatiknya adalah bahwa dia tidak mampu mempertahankan mazhabnya. Demikianlah berlalunya hari-hari, kami terus berdakwah sehingga banyak orang berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait AS di Suriah, Libanon, dan di Turkey, al-Hamdu Lillah. 

Muzakarah Di Antaraku Dan Saudaraku 

Untuk menambahkan keyakinan, aku dan saudaraku bermuzakarah tentang mazhab Ja'fari. Kadang-kadang dia jadikan dirinya sebagai seorang Syi'ah dan aku menjadikan diriku seorang Sunni. Kemudian kami memulakan perbincangan. Aku mengemukakan kepadanya beberapa persoalan, maka dia memberi jawapan kepadaku mengenainya berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah. Di dalam perbincangan itu, aku melihat diriku dikalahkan olehnya, lalu aku melihat kebenaran bersama Syi'ah. Dan pada masa yang lain aku jadikan diriku sebagai seorang Syi'ah dan saudaraku sebagai seorang Sunni, maka kami pun bermuzakarah di dalam beberapa masalah. Dia ketawa dan melihat dirinya dikalahkan dan berkata: Kebenaran adalah bersama Syi'ah. Demikianlah berulangnya muzakarah di antara kami. Dan dengan cara ini kami dapati bahwa sesungguhnya kebenaran bersama Syi'ah karena kebenaran adalah tinggi dan tidak ada sesuatu yang lebih tinggi daripadanya. 

Sebagai contoh manakala dia jadikan dirinya sebagai seorang Syi'ah, dia meminta dalil daripadaku karena berpegang kepada salah satu daripada mazhab yang empat seraya berkata: "Apakah dalil Anda berpegang kepada mazhab Syafi'i atau Hanafi, Maliki atau Hanbali? Adakah Anda dapati dalil daripada ayat al-Qur'an seperti maksud firmanNya (di dalam Surah al-An'am (6): 153 yang bermaksud: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan (yang lain) karena jalan itu menceraiberaikan kami dari jalanNya." Lihatlah bagaimana Allah SWT menyuruh orang-orang Mukminin supaya berpegang kepada jalanNya yang lurus, dan melarang kami daripada mengambil jalan-jalan (Subul) yang bermacam-macam supaya kami tidak sesat daripada jalanNya. 

Dia bertanya lagi: Adakah anda mendapati hadith Sahih yang mendukung dan menopang pegangan Anda kepada salah satu daripada empat mazhab? Aku menjawab: Ijmak. Maka dia berkata kepadaku: Tidak ada ijmak, karena mereka berselisih faham pada mazhab-mazhab tersebut, bagaimana pula ijmak dapat dilakukan sementara berselisih bahkan saling menuduh sesat di antara mereka sendiri? 

Apabila dia bertanya kepadaku, aku jadikan diriku sebagai seorang Ja'fari, aku memberikan dalil-dalil daripada al-Qur'an dan Sunnah RasulNya. Aku berkata: Sebuah hadith Rasulullah SAWAW yang dimaksud itu adalah: "Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang berharga, kitab Allah dan Itrah  Ahlu l-Baitku, selama kalian berpegang kepada kedua-duanya, kalian tidak akan sesat selepasku selama-lamanya. Kedua-duanya tidak akan terpisah sehingga kedua-duanya dikembalikan di Haudh. Justeru itu jagalah baik-baik, bagaimana kalian memperlakukan kedua peninggalanku (tsaqalain) itu." Dan juga sabda Rasulullah SAWAW: "Perumpamaan Ahlu l-Baitku pada kalian seperti bahtera Nuh, sesiapa yang menaikinya akan berjaya, dan sesiapa yang tidak menaikinya akan tenggelam." Dia menyerah kalah dan berkata kepadaku: Kebenaran bersama Anda. Begitulah kami melihat kebenaran itu tetap di samping Ahlu l-Bait Rasulullah SAWAW. 

Istilah Sebagai Syi'ah 

Sebagaimana kalian telah mengetahui bahwa dalil-dalil yang kuat dan hujjah-hujjah yang terang terdapat di dalam buku-buku Sunni dan Syi'ah tentang kebenaran berpegang kepada mazhab Ja'fari kerana merupakan silsilah emas (manaqib ad-dzahabiah) yang tersusun rapi dan tidak dapat dipisahkan sebagaimana firmanNya dalam (Surah al-Baqarah (2): 256 yang berbunyi: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Kerana itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus." 

Sebagaimana sebuah hadith muktabar yang diriwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib AS dari Nabi SAWAW bersabda: "Kamilah al-Urwah al-Wusthqa (simpul tali yang amat kuat)." Di dalam riwayat yang lain beliau bersabda: "Kamilah al-Sirat al-Mustaqim, kamilah subul (jalan-jalan) kepada Allah." Contoh-contoh hadith seperti ini adalah sangat banyak dan tak mungkin dibatilkan karena bersumber dari ahlulbait Rasulullah (wilayah yang paling dekat dengan risalah pewahyuan) sebagaimana tak terpisahkannya rumah dengan pintunya. Semuanya menjelaskan kepada kita sabil (jalan) untuk berpegang kepada mazhab Syi'ah. Maka kami menerimanya dengan penuh kegembiraan karena ingin kejayaan dan kemenangan di akhirat kelak. Semoga Allah juga memberi petunjuk kepada kalian.  Sebagaimana seorang penyair bernama al-Kumait berkata dalam puisinya: "Aku adalah Syi'ah Ahmad, dan mazhabku adalah mazhab al-Haqq”

Imam Syafi'i berkata: “Manakala aku melihat manusia berpegang kepada mazhab yang bermacam-macam di lautan kebodohan dan kejahilan. Aku menaiki, dengan nama Allah, bahtera kejayaan, mereka adalah Ahlu l-Bait al-Mustafa, dan pamungkas segala Rasul. Aku berpegang kepada tali Allah dengan mewalikan mereka sebagaimana Dia memerintahkan kita berpegang kepada taliNya. Telah berpecah di dalam agama tujuh puluh golongan lebih sebagaimana tercatat di dalam hadith. Semuanya tidak berjaya kecuali satu golongan, maka katakanlah kepadaku mengenainya wahai orang yang mempunyai fikiran dan akal. Adakah golongan yang binasa itu Ali Muhammad? Atau golongan lain yang berjaya? Katakanlah kepadaku! Sekiranya engkau berkata mengenai orang-orang yang berjaya, maka jawapannya adalah satu (keluarga Muhammad dan pengikut-pengikutnya). Dan sekiranya engkau berkata tentang golongan yang binasa, niscaya engkau tidak boleh berbuat apa-apa lagi. Dan sekiranya maula (wali dan pemimpin) mereka adalah daripada mereka (Ahlu l-Bait AS) maka sesungguhnya aku telah meridhai mereka dan senantiasa berteduh di bayangan mereka. Tinggallah Ali untukku sebagai Wali dan juga Keturunannya (11 imam penerus Imam Ali). Dengan mereka (ahlulbait) kalian termasuk orang-orang yang tinggal di dalam kesenangan (abadi di akhirat kelak). (Bersambung)

Ahlulbait Sebagai Tali Allah dan Pohon Nubuwwah



Terjemahan dari Kitab Limadha Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki  [Edisi Pertama, Cetakan Halab, Syiria, 1402 H]

Selepas kajian yang mendalam, kami dapati bahawa bilangan Syi'ah hari ini lebih daripada seratus juta dan terus bertambah karena cahaya kebenarannya yang tak mungkin padam atau dipadamkan. Dan jikalaulah mereka tidak menghadapi pembunuhan, permusuhan daripada musuh-musuh mereka, serta berbagai-bagai kezaliman dan tekanan sepanjang abad-abad yang lalu, niscaya bilangan mereka hari ini sekurang-kurangnya seribu juta. Mereka berkembang di seluruh pelosok dunia, timur dan barat, utara dan selatan.

Kebanyakan mereka berada di dalam negara-negara Islam. Mereka menyebarkan dakwah Islam menurut mazhab mereka. Mereka telah melakukan perkhidmatan yang besar di mana orang-orang Islam bermegah dengan khidmat mereka. Buku-buku mereka melimpahi dunia sehingga tidak terhitung banyaknya. Untuk tujuan ini lihatlah buku al-Dahri'ah ila Tasanif al-Syi'ah karangan Syaikh Bazrak al-Tahrani. Dan ini merupakan sebahagian kecil daripada senarai buku-buku tersebut. 

Di kalangan Syi'ah terdapat para ulama Islam, Fuqaha', Failasuf dan ahli-ahli fikir. Sultan-sultan, menteri-menteri, sastrawan-sastrawan, penyair-penyair, penulis-penulis, pakar-pakar ilmu bintang, matematik, falak, arsitek-arsitek, doktor-doktor, ahli-ahli seni, dan lain-lain. Mereka memenuhi bumi Allah yang luas dengan ilmu dan amal kebajikan mereka berdasarkan disiplin dan bidang mereka masing-masing. Mereka mempunyai pusat-pusat pengajian tinggi, masjid-masjid yang besar yang dipenuhi oleh orang-orang yang datang bersembahyang, baik di Timur mahupun di Barat. Sebagai contoh Imam al-Akbar al-Sayyid Abu l-Hasan al-Musawi al-Asfahani (RH) telah membina masjid-masjid dan madrasah-madrasah secara merata di berbagai tempat di dunia. Begitu juga al-Imam al-Burujurdi (RH) telah mengantar pendakwah-pendakwah ke seluruh dunia dan membina masjid-masjid di Amerika, Jerman, London dan Paris.

Lalu adakah anda benar-benar mengenali Syi'ah wahai para pencaci dan pendengki? Apa yang mendukacitakan kami adalah ketika kami tidak dapati di dalam buku-buku sirah, dan sejarah di kalangan Ahlus Sunnah selain daripada cacian, malah pengkafiran terhadap Syi'ah secara terang-terangan. Kenapa? Sebabnya karena mereka (Syi'ah) adalah Musyrikin di mata waham dan prasangka tanpa hujjah mereka! Begitulah ditulis di dalam buku al-Sawa'iq am-Muhriqah (petir-petir yang membakar) oleh Ibn Hajr al-Haithami. Semoga Allah membakar penulisnya di akhirat kelak. Jika dikatakan kerana mereka tidak hadir sembahyang Juma'at dan jama'ah, ini adalah tuduhan yang besar. Adakah harus mengkafirkan muslim yang meninggalkan Juma'at dan jama'ah wahai Muslimun? 

Sebab-sebab yang mendorong kami berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait AS.

[1] Aku fikir beramal dengan mazhab Ahlu l-Bait AS diberi ganjaran yang sewajarnya di samping mendapat kebersihan jiwa tanpa sebarang syak dan waham. Terelebih lagi ramai di kalangan ulama Ahlus Sunnah yang terdahulu dan sekarang telah memberi fatwa-fatwa mereka tentang keharusan berpegang kepada mazhab Syi'ah Ja'fariyyah seperti sahabat kami Syaikh al-Akbar, Syaikh Mahmud Syaltut. Dia telah mengeluarkan fatwanya yang disiarkan pada tahun 1959M, di majalah Risalatu l-Islam yang diterbitkan oleh Darul al-Taqrib baina l-Madhahib al-Islamiyyah atau Lembaga Pendekatan antara Mazhab-mazhab dalam Islam, yang berpusat di Kairo, Mesir, nombor 3 tahun 11 halaman 227 sebagai berikut:

"Agama Islam tidak mewajibkan suatu mazhab tertentu atas siapapun di antara pengikutnya. Setiap muslim berhak sepenuhnya untuk mengikuti salah satu mazhab yang mana pun yang telah sampai kepadanya dengan cara yang benar dan menyakinkan. Dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya telah dicatat dengan teliti dan sempurna dalam kitab-kitab mazhab yang bersangkutan, yang memang dikhususkan untuknya. Begitu pula, setiap orang yang telah mengikuti salah satu di antara mazhab-mazhab itu , diperbolehkan pula untuk berpindah ke mazhab yang lain –yang manapun juga- dan dia tidak berdosa sedikitpun dalam perbuatannya itu....." 

Kemudian dia berkata lagi: "Sesungguhnya mazhab Ja'fariyyah yang dikenali dengan sebutan mazhab Syi'ah Imamiyyah Ithna Asy'ariyah adalah satu mazhab yang setiap orang boleh beribadah dengan berpegang kepada aturan-aturannya seperti jgua mazhab-mazhab yang lain...." 

"Kaum Muslimin seharusnya paham dan mengerti tentang hal ini, dan berusaha melepaskan diri dari kongkongan 'Asabiyyah (fanatik) –kelompok nashibi- dalam membela sesuatu mazhab tertentu tanpa berasaskan kebenaran...." 

[2] Dalil-dalil yang kuat dan hujjah-hujjah yang kukuh dan terang seperti matahari di waktu siang tanpa dilindungi awan, telah menyakinkan kami bahwa mazhab Ahlu l-Bait AS adalah mazhab yang benar yang telah diambil oleh Syi'ah daripada para imam Ahlu l-Bait AS dan daripada datuk mereka Rasulullah SAWAW dari Jibrail AS dari Allah SWT. Mereka tidak akan menukarkannya dengan yang lain sehingga mereka berjumpa dengan Allah SWT. 

[3] Wahyu telah diturunkan di rumah mereka dan Ahlul l-Bait, mereka adalah pohon kenabian dan tempat lalu-lalangnya wahyu dan hidayah, sehingga mereka para ahlul-bait lebih mengetahui dengan apa yang ada dalam rumah daripada orang lain. Lantaran itu orang yang berfikiran waras tidak akan meninggalkan dalil-dalil dari Ahlu l-Bait AS dengan mengambil dalil-dalil dari orang-orang asing (di luar rumah). 

[4] Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang mendukung dan membenarkan mazhab kami dan kami akan menerangkannya kepada kalian di kesempatan lain (dalam kitab ini).

[5] Banyak hadith-hadith yang sahih daripada Nabi SAWAW yang menunjukkan  kebenaran Ahlu l-Bait AS di dalam buku-buku Ahlus Sunnah dan Syi'ah. Sila lihat buku kami Syi'ah Wa Hujjahtu-hum al-Tasyayyu' (Syi'ah dan hujah mereka tentang Tasyayyu') dan juga buku al-Muruja'at (Dialog Sunnah - Syi'ah) khususnya dialog keempat. Tentu hal demikian akan memuaskan hati Anda jika anda orang yang insaf dan waras. Jiika tidak, keuzuran Anda adalah disebabkan kejahilan dan fanatisme buta Anda sendiri. (Bersambung