Institut
Riset Media Timur Tengah (MEMRI) telah merilis pernyataan berbahasa Inggris
yang diberikan oleh seorang pemuka Islam di Mesir pada bulan Februari 2009
silam, di mana dia menjabarkan bahwa PEPSI sebenarnya adalah kepanjangan dari “Pay Every Penny to Save Israel” atau “Sumbangkan setiap penny untuk membantu
Israel.” Para pemuka Muslim dengan tegas menyatakan mereka takkan pernah
menarik pernyataan yang mengemukakan bahwa Pepsi Cola esensinya adalah nama
kode bagi komplotan Zionis Global.
Sebelumnya,
seorang anggota parlemen organisasi Hamas di Gaza juga mengeluarkan pernyataan
sama tentang hal tersebut pada April 2008 silam. Berbicara dalam stasiun TV Al Aqsha,
anggota perlemen Salem Salamah menyatakan, “Ada berbagai perusahaan yang didirikan
oleh para kolonialis dan pendudukan – berbagai perusahaan besar dengan banyak
cabang di seluruh penjuru dunia, seperti Pepsi, Pepsi Cola. Ini adalah
perusahaan terkemuka. Pepsi adalah kepanjangan dari Pay Every Penny to Save Israel.”
Terkait
dengan hal itu, pada Februari 2009 silam, seorang pemuka Mesir Hazem Abu Ismail
mengeluarkan pernyataan yang sama. Berbicara di depan Al Nas TV – sebuah kanal
religius Muslim- Abu Ismail menyerukan sebuah boikot dari kaum Muslim terhadap
Pepsi karena kepanjangannya tersebut.
Secara
spesifik, Hazem Abu Ismail menyatakan, bahwa berdasarkan transkrip yang sama
yang diberikan oleh MEMRI, Institut Riset Media Timur Tengah yang berbasis di
Washington tentang arti dari nama Pepsi tersebut.
Huruf
P pertama berarti “Pay” (Berikan), E untuk “Every” (Setiap). Huruf ketiga untuk
“Penny”. Penny adalah koin kecil yang anda terima dan anda tak tahu apa yang
akan Anda lakukan dengannya. Berikan itu untuk S “Save” (Menyelamatkan/Membantu),
I – “Israel”.
Dengan
kata lain, berikan setiap koin kecil yang Anda terima untuk membantu Israel.
Mereka tak ingin uang Anda – mereka hanya ingin koin pecahan kecil, penny Anda.
Bila saya tidak salah, dalam ekonomi Amerika, penny adalah seperseribu dollar.
Nilainya kecil sekali, kata Hazem.
Mereka
mengatakan, “Sumbangkan pecahan kecil yang tidak Anda butuhkan, tetapi
berikanlah dengan alasan yang benar. Bila Anda mengumpulkan pecahan kecil ini, Anda
bisa membeli minuman ini.” Mereka mengambil masing-masing kata awalan dan
membentuk kata “Pepsi”. Bila anda membayar (untuk membeli Pepsi), Anda akan
menyelamatkan Israel.
“Saya
tidak hanya bicara tentang Pepsi, tetapi tentang Coca Cola dan kesemuanya. Saya
tak akan menyebutkan suatu produk. Anda bisa lihat sendiri. Anda Muslim. Anda
bisa sampaikan kepada saya. Saya tidak tahu. Anak kecil saya bahkan lebih tahu
tentang boikot ini daripada saya. Saat kami pergi belanja, dia katakan pada
saya, “Beli ini, jangan yang itu.” Dia mengetahuinya. Dia sudah menjadi ahli
dalam hal ini”.
Selama
bertahun-tahun, The Coca Cola Company dan produk-produknya banyak menuai kritik
oleh berbagai kalangan atas bermacam-macam alasan termasuk efek negatif
produk-produk tersebut terhadap kesehatan, lingkungan, penggunaan pestisida
dalam jumlah yang besar dalam produk-produknya, praktek eksploitasi buruh dan
masih banyak alasan lagi.
Tidak
sedikit pula dari alasan-alasan tersebut yang membawa perusahaan tersebut
menghadapi tuntutan hukum dan menciptakan kontroversi yang terdapat pada logo
produk Coca Cola.
Dalam
logo Coca Cola jika dibaca terbalik akan menjadi sebuah tulisan Arab yang bisa
dibaca jelas sebagai “Laa Muhammad Laa Mekkah”, yang berarti tidak ada Muhammad, tidak ada Mekah.
Maulana
Kalbe Jawwad, seorang kepala keagamaan Islam Syi’ah, mengatakan, “Hal ini
merupakan penghinaan terhadap Tuhan. Kami akan meminta Muslim di negara ini dan
seluruh dunia untuk memboikot produk tersebut sampai perusahaan tersebut
menarik kata-kata yang menyinggung tersebut.
Hingga
kini aksi pemboikotan terhadap produk-produk zionis ataupun perusahaan yang memberi
sumbangan pada Israel masih terus berlanjut. Bagi para aktivis, meskipun belum
bisa membantu saudaranya dalam berjuang, tapi dengan mengalihkan beberapa
jumlah uang untuk mengurangi pemasukan ‘sumbangan Israel’ dinilai sebagai aksi
nyata yang bisa membantu ‘mengurangi pendanaan Zionis Internasionnal’ untuk
menjajah Palestina. (www.shabestan.net)
Israel Di Mata Yisroil
Weisz
Yisroil
Weisz, seorang Rabbi Yahudi terkemuka yang vokal menentang gerakan Zionisme,
mengatakan bahwa berdirinya negara Israel adalah sumber petaka dan kekacauan
bagi dunia, khususnya bagi kawasan Arab dan Timur Tengah.
“Berdirinya
Israel merusak semuanya, baik bagi agama Yahudi sendiri atau pun selainnya.
Sejak awal berdirinya, gerakan Zionisme sendiri banyak mendapat kecaman dari
beberapa pemuka Yahudi dunia,” demikian dikatakan Weisz dalam sebuah wawancara
dengan Televisi Phoenix yang berbasis di Hong Kong, sebagaimana dikutip harian
berbahasa Arab Akhbar al Alam (24/11).
Menurut
Weisz, yang juga anggota Jemaat Yahudi Bersatu untuk Menentang Zionisme
(Jama’ah al-Yahud al-Muttahidin Dhidh as-Shuhyuniyyah), pendirian negara Israel
adalah sebentuk bid’ah, karena Taurat sendiri tidak pernah mengajarkan untuk
hal tersebut.
“Gerakan
Zionisme telah merubah arah agama Yahudi yang seyogyanya menjadi agama
spiritual menjadi sesuatu yang materialistis dan amat sekuler, yaitu
mendapatkan sepotong tanah untuk dijadikan negara, yang akhirnya menghalalkan
segala cara,” ungkapnya.
Weisz
juga mengisahkan, bahwa ummat Yahudi selayaknya mampu hidup di pelbagai negara
manapun. “Sejak ribuan tahun yang lalu, umat Yahudi senantiasa hidup
berdampingan dengan bangsa-bangsa dan umat manapun, di negara manapun. Sejarah
juga menuturkan, jika dahulu umat Yahudi hidup berdampingan dengan umat Muslim tanpa
adanya masalah.”
Pesan Imam
Muhammad al Jawad As
Imam
Jawad menganjurkan kita supaya menuntut ilmu, dan beliau menjelaskan keutamaan
orang-orang berilmu melalui hadis-hadis dari Imam Ali bin Abi Thalib as. Berikut
adalah sebagian hadisnya:
“Hendaklah
kamu menuntut ilmu. Menuntut ilmu itu wajib. Mengkajinya adalah sunnah. Ilmu
adalah tali persaudaran antar sesama saudara. Adalah bukti atas keksatriaan.
Adalah mutiara di majelis-majelis. Teman dalam bepergian dan hiburan dalam
keterasingan.” “Ilmu dua macam: dicatat dan didengar. Tidak bermanfaat ilmu yang
didengar jika tidak dicatat. Siapa yang mengenal hikmah takkan sabar atas
bertambahnya. Keindahan terletak pada lisan dan kesempurnaan terletak pada
akal.” “Sesungguhnya anak Adam mirip sekali dengan timbangan, berat dengan
ilmu—dengan akal—atau ringan karena kebodohan.” “Seandainya orang bodoh diam,
umat tidak akan berselisih.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar