Terjemahan dari Kitab Limadha
Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin
al-Antaki [Edisi Pertama, Cetakan Halab,
Syiria, 1402 H]
Kami
mendengar dari orang Wahabi bahwa mereka melaksanakan hukum hudud dan
hukum-hukum syara’ yang lain dengan sepenuhnya. Akhirnya kami
berpindah ke Hijaz dan bersahabat dengan mereka beberapa kali. Tetapi,
sayangnya kami dapati berita-berita yang telah sampai kepada kami dahulu dari
Hijaz adalah bertentangan dengan hakikat yang sebenarnya. Karena Wahabi
ternyata lebih membahayakan Islam daripada yang lain. Mereka telah mengkaburkan
citra Islam dengan perbuatan-perbuatan dan fatwa-fatwa ulama mereka serta
layanan mereka yang jahat terhadap itrah tahirah dengan
merusak makam-makam mereka. Malah mereka telah mencoba untuk merusak makam Nabi
yang suci SAWAW. Tetapi ditentang oleh kebanyakan Mukminin di Timur dan di
Barat. Mereka tidak jadi melaksanakannya karena takut fitnah dan pemberontakkan.
Perhatikanlah fatwa-fatwa mereka yang pelik berikut ini. Wahabi berkata:
"Apabila
seorang haji atau seorang meletakkan tangannya di atas kubur, maka dia adalah
musyrik (Dia dihampiri oleh seorang polisi Saudi seraya berkata: Angkatlah
tangan anda wahai musyrik). Dan apabila seorang memegang kubur atau
mengucupnya, atau mengambil berkat dengannya, maka dia adalah seorang musyrik
(polisi akan memukulnya sambil berkata kepadanya: Jangan anda melakukannya
wahai musyrik).
Demikianlah
di antara fikiran-fikiran dangkal yang tidak sejajar dengan syariat Islam yang
mulia, malah mereka sebenarnya melecehkannya. Di dalam khutbah-khutbah, mereka
mengatakan amalan suci tersebut dengan perkataan: Wahai musyrik, wahai kafir,
itu adalah pada peringkat pertama, jika tidak, darahnya halal dan wajib dibunuh
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Wahabi di Hijaz, di Iraq, dan lain-lain.
Apakah pendapat kalian wahai kaum Muslimin di Timur dan di Barat tentang mazhab
kotor yang baru direkayasa yang menentang Islam hakiki dan Muslimin selain
daripada mereka? Maka kepada Engkaulah wahai Tuhan kami berlindung dari
propaganda mereka.
Ringkasnya,
apabila kami telah melihat perlakuan-perlakuan mereka, maka kami pun kembali ke
negara kami. Dan meneruskan kerja kami yang dahulu. Disebabkan kami senantiasa
di dalam keadaan syak kepada apa yang kami lihat tentang
perselisihan-perselisihan yang berlaku di kalangan mazhab empat bersama
khilafiah mereka sendiri. Kemungkinan hal itu adalah di antara sebab-sebab yang
membawa kepada terjalinnya hubungan kami dengan golongan Syi'ah.
Siapakah Syi'ah?
Mereka
itulah golongan yang benar dan yang terpilih daripada makhluk Allah. Golongan
yang berjaya yang berpegang kepada wila' Allah, RasulNya dan
para imam yang suci daripada Ahlu l-Baitnya SAWAW. Mereka mengetahui hak para
imam mereka dengan sebenar-benarnya, mengetahui orang yang memusuhi mereka.
Lalu memberikan setiap mereka hak mereka pula. Mereka menyembah Allah yang
satu, tidak ada sekutu dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupaiNya. Mereka
beriman dengan risalah Nabi yang teragung, Muhammad bin 'Abdullah SAWAW.
Mereka beriman dengan bimbingan: [1] Imam Amiru l-Mukminin Abu l-Hasan Ali bin Abi Thalib, al-Murtadha (Lahir 23 tahun sebelum Hijrah, wafat 40H./601-661M), [2] Abu Muhammad Hasan bin 'Ali, al-Mujtaba (3-50H/625-670M), [3] Abu 'Abdullah Husain bin Ali, Saiyyidu sy-Syuhada'(4-61H/626-680M), [4] Abu l-Hasan 'Ali bin Husain, Zaina l-'Abidin (38-95H/658-713M), [5] Abu Ja'far Muhammad bin 'Ali, al-Baqir (57-114H/478-732M), [6] Abu 'Abdillah J'afar bin Muhammad, al-Sadiq (83-148H/702-765M), [7] Abu l-Hasan Musa bin Ja'far, al-Kazim (128-183H/745-799M), [8] Abu l-Hasan 'Ali bin Musa, al-Ridha, [9] (148-203H/732-818M), [10] Abu Ja'far Muhammad bin 'Ali, al-Taqiyy al-Jawad (195-220H/810-835M), [11] Abu l-Hasan 'Ali bin Muhammad, al-Hadi al-Naqiyy (212-254H/827-868M), [11] Abu Muhammad Hasan bin 'Ali, al-Zakiyy al-'Askari (232-260H/846-870M), dan [12] Abu l-Qasim Muhammad bin Hasan, al-Mahdi al-Muntazar.
Mereka beriman dengan bimbingan: [1] Imam Amiru l-Mukminin Abu l-Hasan Ali bin Abi Thalib, al-Murtadha (Lahir 23 tahun sebelum Hijrah, wafat 40H./601-661M), [2] Abu Muhammad Hasan bin 'Ali, al-Mujtaba (3-50H/625-670M), [3] Abu 'Abdullah Husain bin Ali, Saiyyidu sy-Syuhada'(4-61H/626-680M), [4] Abu l-Hasan 'Ali bin Husain, Zaina l-'Abidin (38-95H/658-713M), [5] Abu Ja'far Muhammad bin 'Ali, al-Baqir (57-114H/478-732M), [6] Abu 'Abdillah J'afar bin Muhammad, al-Sadiq (83-148H/702-765M), [7] Abu l-Hasan Musa bin Ja'far, al-Kazim (128-183H/745-799M), [8] Abu l-Hasan 'Ali bin Musa, al-Ridha, [9] (148-203H/732-818M), [10] Abu Ja'far Muhammad bin 'Ali, al-Taqiyy al-Jawad (195-220H/810-835M), [11] Abu l-Hasan 'Ali bin Muhammad, al-Hadi al-Naqiyy (212-254H/827-868M), [11] Abu Muhammad Hasan bin 'Ali, al-Zakiyy al-'Askari (232-260H/846-870M), dan [12] Abu l-Qasim Muhammad bin Hasan, al-Mahdi al-Muntazar.
Syi'ah
mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, khumus, mengerjakan haji, berjuang
di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka sebagaimana diperintahkan oleh
Allah dan RasulNya, dan tidak takut karena Allah terhadap celaan orang yang
mencela. Menyuruh perkara baik dan mencegah kemungkaran. Bersegera kepada
kebaikan, melakukan kewajipan dan menegah segala yang diharamkan.
Syi'ah Adalah Golongan Yang Berjaya
Sebab
kejayaan golongan ini disamping apa yang telah disebutkan, tak lain
keistimewaannya dibanding semua golongan Islam sebagaimana sabda Nabi SAWAW:"Umatku
akan berpecah kepada 73 golongan semuanya ke neraka melainkan satu golongan saja."
Kita dapati bahwa umat Islam semuanya mengucap: La-illaha illa lah
Muhammadun Rasulullah. Sekiranya kita berkata: Semuanya berjaya, niscaya
kita mengingkari hadith ini. Dan jika kita berkata: Semuanya binasa, niscaya
kita pun mengingkari hadith tersebut. Lantaran itu golongan yang berjaya adalah
golongan yang berpegang kepada Ahlu l-Bait Rasulullah SAWAW. Dan dalil
kejayaannya ialah wujudnya dalil-dalil daripada al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAWAW
di kedua-dua pihak Sunni dan Syi'ah.
Karena itulah
golongan yang berjaya mesti mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh
semua golongan yaitu al-Wila' (mewalikan Ahlu l-Bait AS)
dan al-Bara' (membersihkan diri dari musuh Ahlu l-Bait AS).
Mereka juga percaya kemaksuman para imam mereka. Dengan nama
Tuhan wahai pembaca yang insaf, mulia dan mukmin. Adakah dikatakan kepada orang
seperti itu kafir, musyrik, murtad dan halal darah mereka? Dikaitkan kepada mereka
dengan segala tuduhan dan fitnahan yang penuh dengan kebatilan, pembohongan
yang diciptakan dan kata-kata yang bohong dan keji sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Ibn Taimiyyah, Ibn Hajr al-Haithami, al-Qusaimi, al-Hafnawi,
Musa Jarullah, Ahmad Amin, al-Jabhani, dan lain-lain. Begitu juga
dengan Syaikh Nuh yang telah memberi fatwa kekafiran Syi'ah, pembunuhan mereka,
perampasan harta mereka dan lain-lain. Dia mengakhiri fatwanya yang panjang dengan
kata-katanya: “Sama saja mereka bertaubat ataupun tidak”. Lihatlah fatwanya
yang ditulis oleh Imam Syarafuddin di dalam bukunya Fusul al-Muhimmah Bab
Sembilan. Tidakkah Anda mengetahui wahai pembaca yang budiman
apakah dosa Syi'ah? Adakah disebabkan mereka tidak mengiktiraf khilafah selain
dari para imam mereka atau karena mereka berkata: Khilafah adalah untuk mereka
dari awal kerasulan Muhammad SAWAW hinggalah keakhirnya dunia. Maka dengan nama
Tuhan kalian katakanlah: Adakah dosa ini menyebabkan kekafiran dan
kemurtadan? La haula wala Quwwata illa bi llah. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar