Tersebutlah firman dalam Al
Kitab Perjanjian Baru, dalam Kitab Wahyu 12: 1-5
12:1 Maka tampaklah suatu
tanda besar di langit. Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan
di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
12:2 Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan
ia berteriak kesakitan. 12:3 Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit;
dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk
sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. 12:4 Dan ekornya menyeret
sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan
naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan
anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-nya. 12:5 Maka ia melahirkan
seorang anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi;
tiba-tiba anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Pada 12:1 Adalah amsal: Matahari adalah Nabi Muhammad Saw, Bulan adalah Sayyidah Khadijah as, dan perempuan dengan mahkota adalah Sayyidah Fathimah as, 12 bintang di kepalanya adalah 12 Imam (Ahlulbait) yang suci. Pada 12:5 Jelas merupakan amsal atas Imam Mahdi as dan masa kegaibannya. Bihaqqi Muhammad wa aali Muhammad. Allahumma shallii ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Pada 12:1 Adalah amsal: Matahari adalah Nabi Muhammad Saw, Bulan adalah Sayyidah Khadijah as, dan perempuan dengan mahkota adalah Sayyidah Fathimah as, 12 bintang di kepalanya adalah 12 Imam (Ahlulbait) yang suci. Pada 12:5 Jelas merupakan amsal atas Imam Mahdi as dan masa kegaibannya. Bihaqqi Muhammad wa aali Muhammad. Allahumma shallii ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Juga, di dalam Alkitab,
dalam Yeremia 46:10 disebutkan, “Hari
itu ialah hari Tuhan ALLAH semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan
pembalasan kepada para lawan-Nya. Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan
puas minum darah mereka. Sebab Tuhan ALLAH semesta alam mengadakan
korban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai Efrat.” Dan dalam Yesaya
53: 1-12, “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan
kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh
di hadapannya dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan
semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak,
sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang
penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina,
sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk
hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan
kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul
dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh
karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di
depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah
penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang
memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena
pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia
ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu
tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan
kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan
melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana
olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi
puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang
oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan
membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh
orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah
menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara
pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa
untuk pemberontak-pemberontak.
Kenapa
Imam Hussain Melemparkan Darahnya Ke Udara?
Dokumen
sejarah mewartakan bahwa Imam Husain As melemparkan segenggam darahnya dan
segenggam darah Ali Ashgar ke langit pada hari Asyura, pada 10 Muharram di
Karbala. Terkait dengan falsafah dan hikmah perbuatan ini dapat dikatakan bahwa
Imam Husain As ingin menyampaikan pesan perjuangan dan kebangkitannya kepada
seluruh dunia. Untuk mewujudkan keinginan ini, Imam Husain As memanfaatkan cara
seperti ini bahwa tragedi Karbala identik dengan lumuran darah. Dengan kata
lain, Imam Husain As melukis kanvas Karbala dengan darahnya sendiri dan darah
para sahabatnya supaya lukisan berdarah ini akan senantiasa abadi dan lestari. Thabari
menuturkan, Hisyam sesuai nukilan dari Amr bin Syimr, dari Jabir Ja’fi meriwayatkan
bahwa, “Akibat peperangan [yang tak seimbang], dahaga menyerang Imam Husain As
dan rasa dahaga itu semakin kuat. Tatkala Imam Husain As hampir meminum air,
Hushain bin Numair melontarkan anak panah dan menancap di mulut Imam Husain As.
Lantas beliau mengambil darah dari mulutnya dan melemparkannya ke langit.
Kemudian memuji dan memuja Allah Swt lalu menyatukan tangannya dan berkata,
“Tuhanku! Binasakanlah mereka dan jangan sisakan satu pun dari mereka di muka
bumi.”[1] Di samping itu, setelah kesyahidan Hadhrat Ali Ashgar As, Imam Husain
As juga melemparkan darah Ali Asghar ke langit.
Terkait
dengan falsafah dan hikmah perbuatan Imam Husain As ini dapat dikatakan bahwa
beliau dengan tindakan seperti ini ingin menyampaikan pesan perjuangan
berdarahnya kepada orang-orang di seluruh dunia hingga hari Kiamat. Karena
semakin darah seorang syahid (martir) tumpah ruah ke bumi maka seruan ini akan
semakin meluas sampai kepada dunia dan orang-orang sedunia. Pada hari Asyura,
dari satu sisi, Hurr menyatakan tobat dan ingin menumpahkan darahnya di jalan
Imam Husain As, tentu saja kesyahidan Hurr tidak akan dapat menyelamatkan Imam
Husain dari tangan pasukan Yazid. Dan dari sisi lain, Imam juga tidak
mencegahnya. Imam Husain berulang-kali meminta kepada orang-orang untuk
menolongnya dan mencapai kesyahidan di sampingnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Aba Abdillah Husain As dengan sengaja ingin menandaskan bahwa sejarah dan pesan
tragedi berdarah perjuangannya harus ditulis dengan warna darah ini dan tidak
akan lenyap selamanya. Bagaimanapun tragedi berdarah Karbala merupakan tragedi
yang memilukan dari sahara Karbala dan kisah-kisah yang menjadikan pesan Imam
Husain As akan abadi selamanya di dunia. [2] Catatan: [1]. Târikh Thabari, Abu
Ja’far bin Harir al-Thabari, riset oleh Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, jil. 5,
hal. 449, Beirut, Dar al-Turats, Cetakan Kedua, 1387 H/1967 M. [2]. Untuk
telaah lebih jauh silahkan lihat, Hamâse Husaini, Syahid Murtadha Muthahhari,
jil. 1, hal. 273-277, Intisyarat-e Shadra, Cetakan Keempat Belas, 1368 S.
Kurban
Itu Bernama Hussain
Dalam
Perjanjian Lama, Yeremia 46:6 dan 46:10 mencatat sebuah peristiwa di tanah
utara, di dekat sungai Efrat. Berikut kutipan Perjanjian Lama tentang peristiwa
di tepi sungai Efrat itu:
“Orang
yang tangkas tidak dapat melarikan diri, pahlawan tidak dapat meluputkan diri,
di utara, di tepi sungai Efratlah mereka tersandung dan rebah. Hari itu ialah
hari Tuhan ALLAH semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan pembalasan
kepada para lawan-Nya. Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum
darah mereka. Sebab Tuhan ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di
tanah utara, dekat sungai Efrat”. Orang yang tangkas tidak dapat melarikan diri
(Husain yang dengan ketangkasannya mampu mengalahkan tiga ratusan orang
sendirian di Karbala). Pahlawan tidak dapat meluputkan diri (Husain sang pahlawan,
sebagai pemimpin syuhada tidak dapat menghindar dari dukacita “karbun” dan “wa”
musibah “bala” yang bakalan menimpanya). Di tepi sungai Efratlah mereka
tersandung dan rebah (Mereka para lawan TUHAN, Musuh TUHAN, tersandung dan
rebah, itulah dukacita “KARBUN” dan musibah “WA BALA” buat musuh-musuh TUHAN). Pedang
akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka (Mereka, yakni
lawan-Nya, menjadi santapan lezat PEDANG. Pedangnya siapa? Pedang yang
menyembelih Husain. Sebab ALLAH semesta alam mengadakan kurban penyembelihan di
tanah utara, dekat sungai Efrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar