Oleh Uwais Isfahaney (Swedia)
Bismillaahirrahmaanirrahiim!
Tulisan
ini merupakan jawaban dari tuduhan media "Cyber Aceh" bahwa Iran
bekerja sama dengan AS –untuk memerangi ISIS. Mereka sepertinya tidak mau tahu
kalau AS adalah bosnya Arab Saudi (AS), Qatar, dan Turki untuk menghancurkan
Suriah dan Turki dengan mengirimkan Teroris Takfiri Wahabi sebanyak-banyaknya.
Mereka sebelumnya telah menghancurkan Iran, Irak, dan Afganistan –tetapi Iran
mampu mempertahankan diri hingga menjadi negara Superpower Islam yang belum ada
duanya di zaman kita sekarang ini.
Cyber
itu menuduh Iran sama dengan AS sebagaimana kebiasaan kaum takfiri yang menuduh
Iran sama dengan Yahudi. Bagi manusia yang mampu menggunakan pikiran warasnya
mudah sekali memahami persoalan Timur Tengah –kecuali bagi orang-orang fanatik
buta yang memfungsikan diri sebagai "Pakturut" (–maksudnya pembeo
mentah-mentah).
Kuncinya
adalah Palestina. Pertanyannya, siapakah yang menzalimi dan menjajah bangsa
Palestina? Jawabannya adalah Zionis Israel dengan bantuan AS cs. Siapakah yang
membantu Bangsa Palestina? Apakah mungkin Zionis Israel juga dan AS yang
membantunya? Realitanya, yang tegar di barisan depan membantu bangsa
Palestina hanya tiga komunitas saja. Pertama
Republik Islam Iran, kedua Hizbullah
Libanon –dan ketiga adalah Suriah di
bawah pimpinan Bashar al Assad.
Justru
itulah Saudi Arabia, Qatar dan Turki mengirimkan kaum Teroris Takfiri Wahabi ke
Suriah untuk membunuh rakyat Suriah –baik anak-anak maupun wanita dan lelaki
tak berdaya. Ironisnya mereka memfitnah di hampir seluruh medan Internet bahwa
itu kerjanya tentara Bashar al Assad.
Kaum
fanatik buta tidak mampu merenungkan bahwa beratus tahun bangsa Palestina dizalimi
oleh Zionis Israel –tetapi tidak ada di antara kaum fanatik buta itu yang
pernah bertanya: kenapa Zionis Israel bisa demikian mudah menjajah bangsa
Plestina, padahal komunitas Zionis itu terlalu kecil dibandingkan komunitas
Arab?
Andaikata
mereka pernah menanyakan pertanyaan tersebut, akan terkuak rahasianya bahwa
Arab Saudi yang disangka komunitas Islam oleh kaum fanatik buta justru
sepakterjangnya sama dengan Zionis Israel. Justru itulah ketika bangsa Mesir
berevolusi, mewanti-wanti kepada Presiden Mursi agar memutuskan hubungan dengan
Arab Saudi dan Zionis Israel.
Ironisnya
Mursi malah membuat hubungan rahasia dengan Israel –hingga rahasia tersebut
berhasil terungkap. Kemudian Mursi juga melakukan kunjungan perdana pertama ke
Arab Saudi. Akibatnya Rakyat berdemo terhadap Mursi yang akhirnya kesempatan
tersebut dimanfaatkan al Sisi untuk mendepak Mursi dari kursi kepresidenan.
(Inilah kesalahan Ikhwanul Muslim, salah persiapan untuk presidennya).
Lalu
kita pertanyakan lagi apakah Timur Tengah itu hanya Arab Saudi saja? Jawabannya
pasti kira-kira sepuluh kali besarnya dari Arab saudi. Mungkin 100 kali kalau
dibandingkan dengan Zionis Israel. Bayangkan bahwa bukan hanya Arab Saudi saja
yang hypocrite (–munafik) tetapi semua negara monarkhi justru bekerja sama
dengan Zionis Israel, makanya Israel mustahil terkalahkan.
Tetapi
tidakkah mereka terkejut kenapa justeru komunitas Hizbullah Libanon mampu
mengalahkan Zionis Israel dalam perang 33 hari? Mengapa Hizbullah bisa
menang? Makanya sebagian negara-negara Eropa pun pernah menuduh Hizbullah
sebagai teroris, mereka tidak pernah merasa malu justru bumerang buat mereka
sendiri yang membantu kaum teroris untuk menzalimi bangsa Suriah. Klaim bohong
mereka diamini oleh kaum takfiri dan kaum fanatik buta di seluruh dunia.
Timbul
lagi pertanyaannya: kenapa mereka ramai-ramai main keroyok terhadap bangsa
Suriah? Adakah hukum Internasional yang membenarkan untuk intervensi terhdap
negara orang? Inilah ciri ciri kaum hypocrite, mereka tidak berani kalau
sendirian.
Dulu
ketika Republik Islam Iran barusaja didirikan pemimpin agung Iran, Ayatullah
Ruhullah Khomaini, Arab Saudi juga yang pimpin untuk melakukan keroyokan
terhadap RII. Saat itu semua negara di Timur Tengah ikut bersama Arab Saudi
kecuali bangsa Suriah yang tegar di belakang RII (Republik Islam Iran).
Kala
itu Arab Saudi menarik bendera "Pan-Arabisme" sedangkan RII menggunakan
bendera "Pan-Islamisme" –di sini saja menjadi pelajaran bagi kaum
yang mau berpikir, siapakah Arab Saudi yang sebenarnya? Meskipun RII (Republik Islam Iran) baru
saja merdeka dari diktator Syah Palevi, RII masih mampu menghalau setiap musuh
yang datang ke daerah toritorialnya dan bahkan akhirnya justeru tentara pejuang
RII yang sudah berada di kawasan Irak dan Imam Khomaini hendak memutuskan
apakah Saddam menyerah dengan pengambilan alih kekuasaan oleh rakyat Irak
sendiri untuk mendirikan negara Republik Islam Irak atau mati secara hina.
Namun
berhubung bukan saja seluruh Timur Tengah memihak Irak tetapi juga sebagian
negara Eropa dan AS, akhirnya Imam mau berdamai setelah berkali-kali atas
permohonan Irak cs. (Alinea terakhir ini bersumber dari: Literatur Iran paska
revolusi by Syafiq Basri dan Mas Esa, liputan langsung wartawan Kompas di
Iran).
Bayangkan
bagaimana hebatnya bangsa Parsi (Iran) tidak mampu dikeroyok oleh musuh yang
mendunia –apalagi sekarang RII (Republik Islam Iran) tidak lagi sendirian dan kemaujuan di bidang
militer pun luar biasa. Dari itulah AS tidak berani berhadapan secara terus
terang dengan Republik Islam Iran, kecuali "main keroyok" atau main kucing-kucingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar