Ketika tersiar kabar para
teroris Salafi-Wahabi berencana untuk menyerang makam Imam Husain di
Karbala, surat kabar India Sahafat (Mumbai,
27 Juni 2014) melaporkan bahwa lebih dari 125 penganut agama Hindu
bergabung bersama ribuan muslim Suni dan pengikut Syiah yang telah mendaftarkan
nama mereka untuk berkunjung ke Karbala, Irak, demi melindungi makam
Husain bin Ali.[1]
Siapa dan mengapa pemeluk agama Hindu membela cucu Nabi Muhammad saw?
Mereka adalah kelompok
Datt atau Dutt, sebuah klan prajurit di antara tujuh klan di
dalam kelompok etnis Mohyal Brahmana yang berasal dari wilayah Punjab
atau Haryana di utara India. Datt adalah seorang kepala suku dari kalangan
Brahmana yang menemani Aleksander kembali ke Macedonia. Ketika Aleksander
wafat, Datt bersama pengikutnya pindah ke Arab. Sejarah lain menyebutkan, bahwa
setelah perang Mahabarata, Aswata yang merupakan leluhur Datt mengungsi ke
wilayah Arab bersama pengikutnya.[2] Datt sendiri berasal dari
bahasa Hindi, daata, yang berarti dermawan.
Pada peperangan di
Karbala tahun 681, seorang pedagang keturunan Datt,
Rahib Sidh Datt, berjuang di sisi Imam Husain melawan pasukan Yazid bin
Muawiyah. Karena melihat kecintaan Rahib kepadanya, Imam Husain memberikan
gelar sultan dan memintanya untuk kembali
ke India. Ketika cucu Nabi saw tersebut dipenggal oleh pasukan Yazid bin
Muawwiyah, Rahib tersebut kembali mengejar pembunuh Imam Husain hingga ke
kota Kufah dan berhasil memperoleh kepala suci tersebut dengan mengorbankan
ketujuh putranya. Satu tahun kemudian, kepala tersebut dibawa ke Damaskus
dan digabungkan dengan jasadnya di Karbala.
Kelompok Datt ini
juga bergabung dengan pasukan Mukhtar as Tsaqafi, pemimpin
pendukung Imam Husain, yang berjuang melawan gubernur Yazid,
Ubaidullah. Setelah meraih kemenangan, mereka mengklaim telah
membalas darah Imam Husain yang tertumpah di Karbala. Patut juga dicatat bahwa
sebelum peristiwa Karbala, Ali bin Abi Thalib telah mempercayakan jabatan
bendahara publik kepada resimen Datt pada masa Perang Unta di Basrah,
Irak.
Rahib kemudian bermigrasi
menuju Afganistan melalui Iran, sementara klan Datt
meninggalkan Hijaz pada tahun 728 dan kembali ke kampung halaman dan
menetap di Dina Nagar, Punjab, India,
sedangkan beberapa yang lain berpindah ke Pushkar, Rajasthan, India.
Keturunan Rahib yang kembali ke India mendapat sambutan luar biasa dari
penduduk asli Mohyal. Mereka menetap di sebuah wilayah bernama Sheikhupura yang
sekarang masuk ke wilayah Provinsi Punjab, Pakistan. Pada abad kesepuluh,
terjadi peristiwa menarik yang melibatkan Pir Wahun —seorang pemain catur
licik, dan Shiv Datt —pemimpin klan Datt. Wahun dikenal karena keahliannya
dalam memenangkan pertandingan. Dalam taruhan yang dibuatnya sendiri,
pihak yang kalah harus membayar dengan kepala atau memeluk Islam. Dengan
caranya ini, Wahun berhasil membuat banyak penganut agama Hindu
menjadi muslim sampai kemudian ia menantang Shiv Datt.
Shiv Datt berhasil
mengalahkan Pir tiga kali berturut-turut dalam permainan catur, karenanya
Shiv Datt berhak atas kepala istri Wahun dan dua orang anaknya. Semata
karena kebaikannya, Shiv Datt mengampuni mereka. Ketika Wahun tahu bahwa salah
seorang leluhur Shiv Datt telah mengorbankan tujuh putranya untuk membela
(cucu) Nabi Muhammad di peperangan Karbala, ia bersumpah tidak akan memaksa
penganut agama Hindu untuk memeluk Islam. Pada saat itulah Wahun
menggemakan kata-katanya yang terkenal:[3]
Wah Datt sultan, Hindu ka dharam musalman ka
iman. Adha Hindu adha musalman (Salam bagi Raja Datt karena ia
diberkahi dengan darma Hindu dan keimanan muslim. Separuh Hindu, separuh
muslim).
Pertempuran Karbala
merupakan sebuah peperangan untuk menyelamatkan iman dan kemanusiaan.
—Upendra Prasad Shahi
Sampai saat ini, kelompok
Datt yang memperingati Muharam bersama umat Islam demi mengenang
pengorbanan leluhur mereka yang berjuang bersama Imam Husain, menyebut diri
mereka sebagai Brahmana Husaini. Purn. Kolonel Ramsarup Bakshi, salah
seorang anggota Brahmana Husaini, menyatakan kepada Pune Mirror bahwa komunitasnya
bangga karena memiliki ikatan dengan Imam Husain dan menghormati Asyura. “Kami
merupakan komunitas yang sangat kecil di Pune. Tapi bagian kecil sejarah ini begitu penting
dalam hidup kami. Kami menjadi lambang ikatan berabad-abad antara Hindu
dan muslim.”
Sunil Dutt, aktor dan juga
politisi India, merupakan salah seorang Brahmana Husaini yang dulunya
mengikuti peringatan Asyura di bulan Muharam.[4]
Ketika ditanya mengapa peringatan tersebut sempat terhenti selama berabad-abad,
Sharma, seorang pengacara berkata, “Kami bisa katakan bahwa hal tersebut karena
kesalahan ayah dan kakek kami yang tidak mengajarkan kepada kami tentang
warisan sejarah dan budaya.” Aktivis dan pengacara, Netraprakash Bhog, juga
berkata tentang kelompoknya, “Brahmana Husaini memiliki tempat khusus
dalam sejarah Islam. Leluhur kami berjuang bersama Imam Husain demi kebenaran
dan keadilan. Kami menghargai pengorbanan yang dilakukan kelompok kami.”
Pustaka
[1] Abdul Nishapuri (28
Juni 2014). “125 Hindus will
travel to Iraq to defend Imam Hussain’s shrine from Salafi and Deobandi
terrorists”. Let Us Build Pakistan.
[3] “Brahmins Fought for
Imam Hussain in the Battle of Karbala”. Hindu.bz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar