Oleh Nasir
Dimyati (Dewan Penerjemah Situs Sadeqin)
Allamah Syaikh Abdul Husain Amini adalah seorang
peneliti keagamaan yang luas ilmunya. Nama lengkap beliau ialah Syaikh Abdul
Husain Ahmad Amini at-Tabrizi an-Najafi, dimana beliau lahir pada tahun 1320
H/1900 M dan wafat pada tahun 1390 H/1970 M. Beliau dilahirkan di Tabrizi dari
keluarga yang berilmu, kemudian beliau pergi untuk mencari ilmu dan belajar pada
para guru yang terkenal di Tabriz. Selanjutnya, beliau melanjutkan perjalanan
ke Najaf al-Asyraf untuk menyelesaikan pelajaran-pelajaran tingkat tinggi
dengan berguru pada para ulama besar. Kemudian beliau mulai menggeluti dunia
karang-mengarang dengan kemauan yang sangat tinggi. Al-Muhaqqiq Thabathaba’i
mengatakan:
“Saat itu di Najaf al-Asyraf tidak ada perpustakaan
umum selain perpustakaan yang ada di Husainiyah Syustariyah dan yang lain
adalah perpustakaan Kasyiful Ghitha’. Di dalam kedua perpustakaan tersebut
terdapat ribuan kitab. Syaikh Amini selalu mendatangi perpustakaan tersebut dan
mengambil kesempatan untuk meneliti kitab-kitab yang ada dan mengambil manfaat
darinya. Akan tetapi, waktu untuk membaca di perpustakaan terbatas beberapa jam
saja, sehingga hal itu tidak dapat memuaskan kebutuhannya dan kehausannya yang
sangat tinggi terhadap ilmu. Dalam hal ini, Syaikh Amini mengatakan pada saya: Saya
berkeinginan yang sangat kuat untuk membaca semua kitab yang ada di
perpustakaan Al-Husainiyyah dan saya bersepakat dengan kepala perpustakaan agar
dia mengizinkan saya untuk menetap di dalamnya walaupun pintu terkunci.”
Ayatullah Syaikh Muhammad Husain Kasyiful Ghitha’
mengatakan pada saya: “Sesungguhnya Syaikh Amini tidak menyisakan satu kitab
pun dalam perpustakaan kami yang tidak dibacanya.”
Lebih dari itu, beliau juga membaca kitab-kitab yang
ada di perpustakaan-perpustakaan pribadi di rumah para ulama Najaf. Dalam
sehari beliau menghabiskan 18 jam antara membaca dan menulis selama beberapa
tahun, dan saat itu beliau “putus hubungan” dengan masyarakat. Hal ini
memungkinkan beliau untuk menyusun kitab Al-Ghadir sebagai ensiklopedi besar
yang kaya dengan ilmu dan argumentasi. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
kitab tersebut termasuk kitab terbaik abad ini. Dan karya yang agung ini tidak
dapat dilakukan oleh seseorang saja, namun itu adalah pekerjaan yang layak
dilakukan oleh tim peneliti selama beberapa tahun.
Demikianlah kesan yang dikatakan oleh beberapa orang
yang telah membaca kitab tersebut. Jadi, apa yang dilakukan Syaikh Amini
benar-benar mengherankan para pembaca. Di antara mereka yang mengatakan hal
tersebut ialah al- Faqih al-Wari’ Ayatullah al-‘Uzhmah Sayyid Abdul Hadi
asy-Syirazi yang wafat tahun 1382 H, dimana beliau mengatakan dalam mukadimah
juz ke-5 dari kitab AI-Ghadir:
“Kadang- kadang pekerjaan seperti ini memerlukan tim
yang menggabungkan beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu. Kalau seandainya
hal ini tidak dikerjakan oleh seseorang yang bernama Allamah Amini maka kami
meragukan tugas yang berat ini dapat dipikul oleh pundak seseorang saja. Dan
pasti banyak orang mengira bahwa penulisan kitab Al-Ghadir melibatkan tim ahli
di bidang berbagai ilmu yang bekerja sama dan saling melengkapi.”
Sedangkan Sayid Syarafuddin memuji karya Syaikh Amini
dalam permulaan juz ke-7 kitab Al-Ghadir, dimana beliau mengatakan:
“Ensiklopedi Anda (Al-Ghadir) di dalam kaca mata akal
dan hukum sastra adalah pekerjaan yang besar. Pekerjaan ini tidak dilakukan
oleh sembarangan orang melainkan oleh orang yang mencapai tingkat ilmiah yang
tinggi. Saya menemukan unsur keindahan, kekuatan, dan kesempurnaan di dalam
buku ini, yang secara tidak langsung memberikan isyarat bahwa betapa luas dan
dalam ilmu pengarangnya.”
Sementara itu, Bulis Salamah dalam suratnya yang
ditujukan ke penulis yang dimuat dalam permulaan juz ke-7 mengatakan:
“Aku telah melihat dan membaca kitab yang berharga
ini. Dan aku kira mutiara-mutiara lautan telah berkumpul di dalam kitabmu ini.
Wahai orang yang mulia, betapa Anda mampu memikul pekerjaan yang berat ini
sendirian, padahal pekerjaan ini tidak mudah dilakukan oleh sekelompok ulama
sekalipun. Namun Anda dapat bangkit sendirian untuk mengarang kitab tersebut.
Tidak diragukan bahwa Anda mendapatkan tetesan roh yang suci, yaitu roh Imam
yang agung. Tetesan roh suci itulah yang meringankan pekerjaan berat Anda atau
yang meniadakan kelelahan-kelelahan yang Anda alami.”
Perlu diketahui juga oleh pembaca bahwa Syaikh Amini
pergi sendirian ke India, Syiria, dan Turki dalam rangka menyempurnakan
penyusunan kitab ini. Beliau mencari kitab- kitab yang belum dicetak dari
berbagai perpustakan yang ada dan juga dari beberapa referensi, baik yang dulu
maupun yang sekarang. Beliau menuliskan pengalamannya tersebut dalam dua jilid
yang sangat besar sekali, yang beliau namakan Samaratul Ashfar (buah
perjalanan).
Dan di antara peninggalan-peningalan Syaikh Amini yang
sampai sekarang masih ada yaitu: pepustakan umum yang beliau dirikan di Najaf
Al-Asyraf dengan nama Maktabatul Imam Amiril Mukminin. Di dalam perpustakan
tersebut terdapat tulisan-tulisan yang sangat berharga dan jarang sekali.
Perpustakan itu sampai sekarang ramai dikunjungi para pembaca. Dan atas berkat
pertolongan Allah Swt, perpustakaan milik Syaikh Amini terjaga dari berbagai
kejahatan dan bencana.
Syaikh Amini meninggal dunia di Teheran pada hari
Jum'at tanggal 28 Rabiuts Tsani tahun 1390 H, dan jenazahnya dibawa ke Najaf
Al-Asyraf. Beliau dimakamkan di pemakaman khusus di samping perpustakaan
umumnya. Mudah-mudahan Allah Swt merahmati beliau dengan rahmat yang luas dan
Allah mengumpulkannya bersama para orang-orang yang dicintainya.
Untuk mempelajari seluruh sisi kehidupan beliau tentu
membutuhkan waktu yang sangat panjang sekali dan membutuhkan kitab yang besar
untuk menulisnya. Anaknya —yang selalu berbakti pada beliau yang bernama Syaikh
Ridha Al-Amini— telah menulis biografi kehidupan ayahnya dalam kitab yang
terdiri dari 127 halaman, dimana kitab ini diterbitkan pada awal cetakan yang
ke-4 dari kitab Al- Ghadir dan juga ada kitab yang berjudul Yhadnameh Al-Lamehe
Amini (dalam bahasa Persia), yang artinya “Kenangan-kenangan Allamah Amini”.
Kitab ini dicetak di Teheran dalam rangka memperingati Syaikh Amini, dimana di
dalamnya memuat kumpulan makalah-makalah dari para guru dan para penulis. Kitab
ini terbit berkat usaha Doktor Sayid Ja’far Sahidi dan Ustadz Muhammad Ridha
Hakimi, dan dicetak pada tahun 1403 H yang terdiri dari ± 600 halaman.
Tentang Kitab Al-Ghadir
Kitab Al-Ghadir diawali dengan berbagai pujian yang
menunjukkan kekaguman dan penghargaan pada penulis. Pujian-pujian tersebut
datang dari para presiden, raja, dan para ulama besar serta tokoh-tokoh Islam.
Dan berikut ini nama-nama para penguasa yang memberikan pujian atas kitab
Al-Ghadir.
1. Al-Mutawaqqil ‘Alallah Yahya Bin Muhammad Hamiduddin, pemimpin Yaman
2. Raja ‘Abdullah Bin Husain, Yordania
3. Faruq Al-Awwal, Raja Mesir
Sedangkan pujian yang datang dari kalangan marji’ (ulama besar yang mengeluarkan fatwa untuk orang-orang awam) dan mujtahid:
1. Ayatullah al-Uzhmah Sayyid Abdul Hadi al-Husaini as-Syirazi
2. Ayatullah al-Uzhmah Sayyid Muhsin ath-Thabathaba’i al-Hakim
3. Ayatullah al-Uzhmah Syaikh Muhammad Ridha al-Yasin
4. Ayatullah al-Uzhmah Sayyid Husain Al-Hamami
5. Ayatullah Sayyid Shadruddin ash-Shadr
6. Allamah al-Hujjah Sayyid Abdul Husain Syarafuddin al-Amili
7. Allamah al-Hujjah Syaikh Murtadha al-Yasin
8. Allamah al-Musyarik fil Hunun Haidar Killi Sardar Kabuli, yang tinggal Qirman Syah
9. Allamah al-Adid Mirza Muhammad Ali al-Gharabi al-Urdubadi
10. Ayatullah Sayyid Ali al-Fani al-Isfahani
11. Syaikh Muhammad Said al-Urfi as-Suri, mufti daerah Dair Azzur dan anggota Majmaul Lughah al-Arabiyah di Damaskus
12. Allamah Sayyid Muhammad Ali al-Qadhi ath-Thabathabai at- Tabrizi
13. Allamah Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Naqi al-Haidari aI-Baghdadi
14. Allamah Sayyid Husain Ibn Sayyid Bagir al-Musawi aI-Hindi
15. Syaikh Muhammad Said Dahdu al-Hillabi, imam Jum’at dan shalat Jamaah Di Halb
16. Syaikh Muhammad Taisir ad-Dimaski, imam shalat jamaah dan khatib di Damaskus
Sedangkan pujian-pujian yang datang dari para penulis dan para guru:
1. Ustadz Abdul Ghani Hasan al-Mishri, penyair koran Al-Abram
2. Sayyid Muhammad ash-Shabr al-Qadim, mantan perdana menteri Irak
3. Sayyid Abdul Mahdi al-Muntafiki, menteri pengetahuan Irak
4. Ustadz Yusuf As’ad Dawar, penulis Kristen dari Lebanon
5. Al-Qadhi, penyair Buris Salamah, seorang Kristen dari Lebanon
6. Ustadz Abdul Fattah Abdul Masud al-Mishri
7. Ustadz Shafa Khallusi, alumni Universitas London
8. DR. Muhammad Ghulad al-Mishri, guru filsafat di fakultas ‘Ushuluddin Universitas AI-Azhar Mesir
9. Ustadz Muhammad Najib Zahruddin al-Amili, guru di fakultas al-Amiliyah, Beirut
10. Dr. Abdurahman al-Qiyali al-Hillabi
11. Ustadz Muhamrni Taufiq al-Haqiqi aI-Baghdadi
12. Ala’udin Kharufah, alumni Al-Har dan hakim di mahkamah Islam di Irak
Sedangkan pemyataan dan pujian para tokoh yang tidak
diekspos banyak sekali di antaranya: Syaikh Agha Buzuq ath-Thahrani, Dr.
Musthafa Jawad, Ustadz Ali Fikri al-Mishri, Sayyid Abdus Zahra al-Khatib,
as-Syaikh Sulaiman Ghadir al-Amili, Syaikh Muhammad Baqi al-Faisafi, pemimpin
para khatib di Iran dan Syaikh Kazhim Nuh Syaikhuth Thaba’, Baghdad.
Cetakan-cetakan Kitab Al-Ghadir
1. Al-Ghadir dicetak pertama kali di Najaf Al-Asyraf
di percetakan Az-Zahra’ dari tahun 1364 H bertepatan tahun 1945 M sampai tahun
1371 H atau 1952 M, dan terbit 9 juz.
2. Kemudian dicetak kembali oleh percetakan Daarul
Kutub al-Islamiyah di Teheran pada tahun 1372 H, dan terbit 11 juz.
3. Daarul Kitab Al-Arabi mencetak ulang di Beirut pada
tahun 1387 H atau 1967 M dan juga pada tahun 1403 H. Kemudian dicetak pada
tahun 1396 H atau 1976 M oleh Maktabah Amirul Mukminin Al-Ammah, cabang Teheran
sesuai dengan cetakan Daarul Kutub Al-Islamiyah.
Kitab ini dicetak juga oleh Daarul Kutub Al-Islamiyah
Teheran pacta tahun 1408 H saat pameran buku intemasional yang pertama di
Teheran. Dan sisanya banyak sekali dari kitab tersebut yang tidak dicetak
karena belum sempurna penulisannya.
Akibat kelelahan dan kelemahan yang dialami oleh
Syaikh Amini dalam tahun-tahun terakhir dari kehidupannya serta penyakit yang
menimpanya sehingga membuat beliau tidak dapat meneruskan penulisan kitab
tersebut.
Terjemahan Kitab Al-Ghadir
Kitab Al-Ghadir diterjemahkan dalam bahasa Persia dua
kali, yang pertama dicetak dalam 21 juz, terbitan Al-Maktabah Al-Islamiyah
Al-Kubra di Teheran. Sedangkan cetakan yang kedua kalinya ditangani oleh
anak-anak penulis, tetapi hal itu belum sempurna. Dan diterjemahkan juga dalam
bahasa Urdu, dimana diterbitkan 2 juz pertama darinya.
Daftar Isi Kitab Al-Ghadir
Daftar isi kitab Al-Ghadir terbentuk atas usaha
Allamah Sayyid Fadhil al-Milani yang dicetak dua kali, dengan nama ‘Ala Dlafaf
Al-Ghadir. Dan daftar isi umum kitab ini juga disusun oleh “Qismud Dirasa
Al-Islamiyah” di Yayasan al-Bi’sah di Teheran, dengan nama al-Munir fi
Fagharisul Ghadir.
Usaha-usaha yang lain dipelopori oleh Syaikh Ali
Ashghar Muruj asy-Syari’ah, seorang santri di Qum, yang menulis talkhis
(ringkasan) kitab Al-Ghadir. Beliau memilih 1400 bait dari juz-juz kitab ini.
Hal itu beliau lakukan untuk mengenang 1400 tahun atas peristiwa Al-Ghadir, dan
beliau namakan Nadhrah Ilal Ghadir. Beliaujuga menulis ringkasan yang lain yang
lebih luas dari yang pertama dan dengan metode yang lain juga yang bernama Fi
Rihabil Ghadir. Sementara itu, Almarhum al-Muhaqqiq Allamah Sayyid Abdul Aziz
ath-Thabathaba’i mengumpulkan nama-nama para perawi Al-Ghadir dari tabi’in dan
tingkatan-tingkatan para perawi dan para penulis dari masa ke masa atau dari
abad ke abad, sesuai dengan urutan sejarah, yang bernama ‘Ala Dlafaf Al-Ghadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar