Senin, 28 Juli 2014

Agama dengan Welas Asih dan Cinta


Oleh Syaikh Muhammad Mahdi al Ashify

Manis dan lezatnya ibadah yang tiada tara akan terasa jika berlandaskan atas rasa cinta dan rindu. Imam Ali Zainal Abidin yang telah mencicipi manisnya cinta dan dzikir kepada Allah bermunajat:

Betapa sedapnya rasa cinta-Mu,
Betapa nikmatnya minum kedekatan (qurbah)-Mu.
(Bihar Al-Anwar, 98:26)

Itulah manis dan lezatnya cinta yang menghiasi sanubari para kekasih Allah. Yang tidak mekar pada suatu waktu ataupun layu pada waktu yang lain. Jika lezatnya cinta Ilahi tertanam di hati seorang hamba, maka ia akan senantiasa memakmurkan hatinya untuk mengingat-Nya. Allah tidak akan menyiksa hamba yang memakmurkan hatinya dengan rasa cinta kepada-Nya, dan telah tertanam di dalamnya kelezatan cinta kepada-Nya.

Amirul Mukminin Imam Ali a.s. berkata:

Ilahi, Demi keagungan dan kemuliaan-Mu.
Sungguh aku mencintai-Mu
Hingga terasakan manisnya cinta-Mu di dalam kalbuku.
Tak pernah terbetik
Dalam hati orang yang mengesakan-Mu
Bahwa Engkau membenci
Orang-orang yang mencintai-Mu.
(Munajat Ahlul Bayt, hal. 96-97)

Imam Ali Zainal Abidin a.s. dalam suatu munajatnya mengungkapkan tentang suatu kondisi kemantapan hati yang telah diliputi cinta Ilahi:

Demi keagungan-Mu duhai Junjunganku,
Jika Engkau mengusirku,
Aku akan tetap berdiri di depan gerbang-Mu.
Aku tak akan berhenti merayu-Mu
Sampai aku mencapai titik puncak makrifat
Dengan kebaikan dan kemuliaanmu.
(Bihar al-Anwar, 98:85)

Itulah ungkapan paling mendalam akan rasa cinta yang bersemayam di hati. Kondisi semacam ini tidak akan hilang dan berubah dari hati seorang hamba meskipun dia diusir oleh tuannya, atau dari sisinya.

Bila seseorang telah tenggelam dalam lautan cinta Ilahi, maka tidak ada sesuatu pun yang mampu mempengaruhi kepribadiannya. Imam Ali Zainal Abidin a.s., penghulu para pecinta, dalam munajatnya:

Adakah orang yang telah mencicipi manisnya cinta-Mu
Lalu menginginkan pengganti selain-Mu
Adakah orang yang telah bersanding di samping-Mu
Lalu ia mencari penukar selain-Mu
 

(Bihar al-Anwar 94:148)

Timbulnya perpecahan di antara sekte-sekte dan aliran-aliran disebabkan karena mereka tak pernah merasakan manisnya cinta kepada Allah. Adapun mereka yang mengetahui hakikat cinta kepada Allah tidak lagi mengharapkan atau dijauhkan sesuatu dalam kehidupan mereka.

Imam Husain bin Ali a.s. berkata:

Apakah gerangan yang diperoleh oleh orang
Yang telah kehilangan diri-Mu.
Masih adakah kekurangan bagi orang yang
Telah mendapatkan-Mu?

Imam Ali bin Husain a.s. memohon perlindungan dari segala kenikmatan selain dari kenikmatan cinta kepada Allah; dari segala kesibukan dengan mengingat-Nya; dari segala kegembiraan selain bersanding di sisi-Nya; walaupun hanya sedetik.

Segala sesuatu yang dilakukan oleh para kekasih Allah didasarkan atas cinta, dzikir, dan taat kepada-Nya. Semua hal selain itu dianggap sebagai penyimpangan dari jalan-Nya, yang perlu disertai dengan istighfar.

Imam Ali Zainal Abidin berkata:

Aku mohon ampun pada-Mu
Dari segala kelezatan tanpa mengingat-Mu
Dari setiap ketenangan tanpa mendekati-Mu
Dari setiap kesibukan tanpa menaati-Mu
Dari setiap kegembiraan tanpa menyertai-Mu. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar