Minggu, 05 Juni 2016

Iran yang Difitnah, Iran yang Tercerahkan


2 Agustus 2013 Pukul 14:53 oleh Ismail Amin*

“Upaya Islam untuk menegakkan keadilan sosial merupakan upaya yang paling serius. Bahkan hingga munculnya Marxisme, upaya itu masih merupakan yang paling serius.” -W.C Smith dalam bukunya Islam in Modern History-

Izinkan saya memulai catatan sederhana ini, dengan sedikit bercerita tentang Iran. Meski saya tahu konsekwensinya. Menceritakan apapun tentang Iran, cenderung dicurigai membawa misi tertentu. Namun saya merasa terpanggil untuk menceritakannya, terutama karena banyaknya hal yang bisa menjadi pelajaran bagi bangsa kita yang sedang euforia untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Sebelum semangat itu kandas dan tertimbun oleh sampah-sampah materialisme dan limbah metropolis, izinkan saya. 

Iran, sebuah negeri fenomenal yang mendapat simpatik, pujian, pembelaan dan hujatan sekaligus. Negeri yang lewat CNN, Amerika menyebutnya sebagai bangsa yang keras kepala, yang oleh sebagian kaum muslimin menjadikan Iran sebagai kebanggaan baru, kiblat alternatif pergerakan dan perlawanan terhadap hegemoni Amerika, namun sebagiannya lagi tetap juga memasang wajah permusuhan dan kecurigaan. Iran dengan mazhab Syiah mayoritas rakyatnya, tetap dinilai sebagai musuh dan diluar Islam. Apapun yang berasal darinya dicurigai sebagai kedok semata untuk memberangus dan menghancurkan Islam dari dalam. Apapun yang berasal darinya, fiqh, hadits, tradisi, teologi, filsafat bahkan penemuan-penemuan mutakhirnya diisolasikan dan dipinggirkan dari dunia Islam.

Syiah sering mendapat  tuduhan dan fitnah sebagai agama tersendiri dan bukan bagian dari Islam. Namun, bagai pepatah, anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu, Iran dengan masyarakatnya yang mayoritas Syiah menjawab segala tuduhan-tuduhan dan berbagai tudingan miring dengan kerja-kerja positif yang nyata. Iran menjadi negara terdepan dan yang paling aktif memberikan pembelaan atas penindasan yang masih juga dirasakan rakyat Palestina.

Tidak sekedar melalui diplomasi politik, Pemerintah Iran  juga memberikan bantuan secara nyata dengan mengucurkan 250 juta dolar tunai buat rakyat Palestina. Iran menjadikan Palestina tidak ubahnya salah satu provinsi yang menjadi bagian negaranya, dengan menanggung gaji pegawai di tiga departemen, yaitu departemen urusan sosial, departemen tenaga kerja dan departemen kebudayaan. Menanggung hidup 1.000 pengangguran senilai 100 dolar setiap bulannya. Membiayai total pembangunan gedung kebudayaan, perpustakaan serta renovasi 1.000 rumah yang hancur dengan total biaya 20 juta dolar. Belum lagi bantuan lainnya yang diberikan tanpa persyaratan apapun.

Dalam kunjungannya ke Iran pada tahun 1998, tokoh pendiri HAMAS Syaikh Ahmad Yassin menyatakan, Iran adalah negara pertama yang secara resmi menyatakan dukungan terhadap HAMAS dan perjuangannya dalam upaya pembebasan Palestina. Ismail Haniyah tokoh HAMAS juga pernah menyatakan secara terbuka ucapan terimakasihnya kepada Iran atas peran politiknya dan bantuannya dalam meraih kemenangan Gaza bertahan dari gempuran militer Israel.

Dengan keberhasilan meluncurkan roket pembawa satelit "Safir Omid" dan sebuah maket satelit percobaan di orbit bumi, Iran menjadi negara regional pertama yang mandiri tanpa bantuan asing, baik dalam membuat satelit maupun dalam meluncurkan dan mengontrolnya. Semakin diserang dengan propaganda negatif dari berbagai arah, ulama-ulama, ilmuwan-ilmuwan, olahragawan, sampai seniman mereka seakan berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi dan menampakkan kecemerlangan Islam.

Lihat saja apa yang dilakukan ilmuwan mereka, hampir dalam hitungan hari, ada yang mematenkan penemuan-penemuan baru mereka. Perkembangan sains di Iran dapat dilihat dari perkembangan publikasi ilmiah yang mereka hasilkan. Dalam penelitian 'string theory', kimia dan matematika, Iran merupakan nomor 15 di dunia, bersaing ketat dengan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Fenomena perkembangan sains di Iran yang sangat mencengangkan dan menakjubkan negara-negara Eropa, secara menarik diulas  Prof. Farhad Khosrokhavar, profesor sosiologi di E'cole des Hauts E'tudes en Sciences Sociales (EHESS) di Paris  dalam artikelnya yang dimuat dalam Critique: Critical Middle Eastern Studies, (Summer 2004), 13 (2), 209-224. Begitu juga dalam artikel D. A. King yang dipublikasikan di Nature, edisi 15 Juli 2004 yang berjudul 'The scientific impact of nations' yang analisisnya menyatakan bahwa Iran merupakan satu-satunya negara Islam yang termasuk ke dalam negara memiliki 'The scientific impact of nations' tertinggi di dunia.

Daftar 100 orang jenius dunia yang masih hidup yang dikeluarkan oleh firma konsultan global Creators Synectics,  Ali Javan pakar teknik (penemu gas laser) dan Pardis Sabeti ahli biologi anthropologi yang keduanya berkebangsaan Iran termasuk diantaranya.

Para ilmuwan Iran tidak hanya sibuk mengurusi nuklir, rudal balistik, pesawat tempur tanpa awak dan persenjataan perang canggih lainnya. Namun juga mampu membuat kendaraan produksi sendiri, diantara yang populer, merk Paikan dan Saipa. Dan diantara produk modern ilmuwan Iran yang mencengangkan dunia adalah Surena-2, robot mirip manusia yang bisa berjalan dan melakukan tugas-tugas khusus. Robot setinggi 145 sentimeter itu memiliki berat 45 kilogram. Namanya diambil dari nama seorang kesatria Persia kuno, robot ini bisa berjalan dengan gerakan tangan dan kaki yang sangat mirip dengan manusia. Robot ini sengaja dikembangkan untuk membantu manusia mengerjakan tugas-tugas yang sulit.  

Kaum perempuan Iran tidak ketinggalan dari  saintis yang umumnya laki-laki. Dalam Festival Internasional Para Penemu Perempuan yang  pertama kali digelar di Korea Selatan tahun 2008, Republik Islam Iran ikut bersaing dalam ajang kompetisi tersebut dan berhasil menggondol 12 medali emas, lima perak dan enam perunggu.  Maryam Islami dari Iran menyandang gelar sebagai penemu perempuan terbaik tahun 2008. Beberapa saat sebelumnya beliau juga mendapat penghargaan penemu perempuan terbaik dari Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) dalam Festival Penemuan dan Teknologi di Jenewa, tahun 2008, padahal saat itu Maryam Islami masih mahasiswa tingkat lima fakultas kedokteran.

Lebih dari itu, kita juga mengenal Shirin Ebadi, muslimah pertama peraih Nobel, juga berasal dari Iran.

Pada bidang seni kaligrafi, kaligrafer Iran Roin Abar Khanzadeh berhasil membuat Al-Qur'an terkecil yang memecahkan rekor dunia. Al-Qur'an terkecil ini dibuat 94 kali lebih kecil dari Al-Qur'an terkecil sebelumnya. Yang menarik Al-Qur’an terkecil ini ditulis dengan mata telanjang oleh penulisnya dan bila dijejer hanya menempati ukuran kertas A3. Al-Qur’an yang berukuran 5 X 7 cm ini dibungkus dengan kulit yang dilapisi oleh emas 24 karat dan di bagian akhir ditulis doa Khataman Al-Qur’an dan beberapa doa lain dengan pinggiran dari perak.

Untuk membumikan Al-Qur’an dan membuat seluruh lapisan masyarakatnya mencintai Al-  Qur’an sehingga tidak ada lagi diantara mereka yang tidak becus membaca kitab sucinya sendiri, pemerintah Iran merasa tidak perlu mengaturnya secara formal dalam bentuk undang-undang atau peraturan tertulis. Yang dilakukan pemerintah Iran adalah, membangun lembaga-lembaga kegiatan berbasis Al-Qur’an di seantero kota Iran yang saat ini sudah ada 600 pusat lembaga kegiatan yang sedang aktif dan tiga tahun kedepan ditargetkan ada seribu perpustakan dan Bank CD Qur’ani di pusat-pusat kegiatan Al-Qur'an di Iran.

Diantara agenda nasional dalam menyemarakkan Ramadhan adalah penyelenggaraan Pameran Al-Qur'an Internasional dan melakukan tilawatil Qur’an satu juz perhari di masjid-masjid besar yang dihadiri sampai ribuan masyarakat Iran. Dengan tingkat apresiasi yang tinggi terhadap Al-Qur'an wajar jika Iran menghasilkan banyak Mufassir terkemuka dalam dunia Islam, diantaranya Allamah Mohammad Husain Thabatabai, penulis tafsir Al-Mizan.

Dalam dunia perbukuan dan penerbitan, dibanding negara-negara Islam lainnya, Republik Islam Iran bisa ditetapkan sebagai yang terdepan. Pameran Buku Internasional Teheran merupakan program pemerintah Iran setiap tahunnya yang mendapat posisi istimewa dalam kalender para penerbit internasional. Berdasarkan data yang dirilis, Pameran Buku Internasional Teheran adalah pameran buku terbesar dunia Islam dan menjadi fenomena budaya terbesar negara-negara di Timur Tengah.

Seluruh buku yang diterbitkan di Iran dari tahun 2008 sampai 2009 lalu berjumlah 55.171 judul dengan jumlah total cetakan sebanyak 218 juta eksemplar, jauh melebihi jumlah penduduk Iran yang hanya berkisar 75 juta jiwa. Hasil-hasil karya dan apresiasi mereka menunjukkan minat mereka yang demikian tinggi terhadap ilmu pengetahuan, wajar jika kemudian Iran termasuk dalam deretan negara-negara maju. Inilah yang membuat AS gentar dan khawatir, lewat propaganda-propaganda negatif, melalui tekanan dan embargo ekonomi, mereka berusaha menghambat pertumbuhan dan kemajuan Iran.

Di bidang olahraga, prestasi Iran juga sangat mengagumkan dan mengharumkan nama dunia Islam. Iran menjadi negara muslim paling berprestasi di bidang olahraga, dengan menjadi terdepan meraih medali emas di Olimpiade dan Asian Games dibanding negara mayoritas berpenduduk muslim lainnya. Untuk Piala Dunia tahun 2014, Iran menjadi negara muslim pertama yang memastikan dirinya lolos pada putaran final di Brasil nanti.

Islam dalam tafsiran masyarakat muslim Iran, bukan semata-mata kepercayaan akan ritual dan sekumpulan norma etik melainkan juga spirit bagi proses perubahan sosial. Bagi mereka, dasar kepercayaan Islam adalah sebagai kekuatan perlawanan dan pembebas. Sebuah kekuatan yang akan menjadi pisau yang tajam bagi proses pembelahan persoalan-persoalan sosial dan akan memprakarsai sebuah perjalanan baru sejarah sosial Islam. Islam tidak semata-mata memuat deretan do’a dan ibadah melainkan perlawanan yang bergelora. Mungkin dengan semangat itulah, Islam akan kembali meraih kejayaannya, sebagaimana diturunkan pertama kali, menjadi pembebas bagi mereka yang berada dalam ketertindasan.

Islam, sebagaimana terlihat dari perkembangannya dewasa ini, memiliki potensi besar dalam menumbuhkan kembali kepercayaan diri masyarakat muslim untuk berperang melawan eksploitasi oleh kekuatan imperialis asing dan untuk melawan ketidakadilan, korupsi dan kesewenang-wenangan yang dilakukan penguasa setempat. Gejolak massa di Iran lebih banyak diarahkan untuk memerangi imperialisme Amerika dan ketidakadilan, korupsi dan sikap-sikap permisif dalam negeri.

Perlu dipahami bahwa Islam mewakili aspirasi masyarakat, idealisme moral, dan instrumen untuk memperbaiki kekeliruan. Agama ini harus dibersihkan dari unsur-unsur ortodoks zaman pertengahan dan ajaran-ajarannya perlu ditafsirkan kembali agar selaras dengan nilai-nilai hakikinya. Ini sangat penting, bagi  mereka yang benar-benar ingin menjadikan Islam sebagai sarana untuk mencapai idealisme kesetaraan dan keadilan, bukan hanya untuk kekuasaan.

Ashgar Ali Engineer memberi pesan sebagaimana yang ditulis dalam bukunya Islamic State, “Ajaran-ajaran Islam harus dilihat dalam konteks sosial yang lebih mendalam dan ditafsirkan sebaik mungkin untuk menjamin tegaknya keadilan ekonomi. Wahyu Ilahi sangat menjunjung tinggi kebenaran, dan kebenaran itu sendiri mengandung aspek temporal dan transendental, dan aspek temporalnya memiliki kesesuaian dengan fakta.” 

Demikianlah, yang bisa saya tulis. Satu hal yang tidak bisa disangkal, bahwa Islam memiliki potensi besar dan sumber inspirasi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Bukan sekedar aspirasi yang selalu dituntut untuk diakui secara formal. Yang dibutuhkan adalah komitmen kuat untuk membentuk masyarakat yang adil dan egaliter, dan interpretasi ajaran Islam yang kondusif untuk membangun masyarakat sejahtera dan mandiri.

Dengan ini saya mengajukan contoh, Republik Islam Iran telah berhasil membuktikannya, tidak dengan cara ribet mengatur kehidupan pribadi warga namun memilih lebih berkonsentrasi pada masalah yang lebih besar dan universal. Mengapa kita tidak?

Begitu. 

*Warga Indonesia yang sementara menetap di Iran

1 komentar: