2 Agustus
2013 Pukul 14:53 oleh Ismail
Amin*
“Upaya Islam untuk
menegakkan keadilan sosial merupakan upaya yang paling serius. Bahkan hingga
munculnya Marxisme, upaya itu masih merupakan yang paling serius.” -W.C Smith dalam
bukunya Islam in Modern History-
Izinkan saya memulai
catatan sederhana ini, dengan sedikit bercerita tentang Iran. Meski saya tahu
konsekwensinya. Menceritakan apapun tentang Iran, cenderung dicurigai membawa
misi tertentu. Namun saya merasa terpanggil untuk menceritakannya, terutama
karena banyaknya hal yang bisa menjadi pelajaran bagi bangsa kita yang sedang euforia
untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum semangat itu
kandas dan tertimbun oleh sampah-sampah materialisme dan limbah metropolis,
izinkan saya.
Iran, sebuah negeri
fenomenal yang mendapat simpatik, pujian, pembelaan dan hujatan sekaligus.
Negeri yang lewat CNN, Amerika menyebutnya sebagai bangsa yang keras kepala,
yang oleh sebagian kaum muslimin menjadikan Iran sebagai kebanggaan baru,
kiblat alternatif pergerakan dan perlawanan terhadap hegemoni Amerika, namun
sebagiannya lagi tetap juga memasang wajah permusuhan dan kecurigaan. Iran dengan
mazhab Syiah mayoritas rakyatnya, tetap dinilai sebagai musuh dan diluar Islam.
Apapun yang berasal darinya dicurigai sebagai kedok semata untuk memberangus
dan menghancurkan Islam dari dalam. Apapun yang berasal darinya, fiqh, hadits,
tradisi, teologi, filsafat bahkan penemuan-penemuan mutakhirnya diisolasikan
dan dipinggirkan dari dunia Islam.
Syiah sering
mendapat tuduhan dan fitnah sebagai agama tersendiri dan bukan bagian
dari Islam. Namun, bagai pepatah, anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu,
Iran dengan masyarakatnya yang mayoritas Syiah menjawab segala tuduhan-tuduhan
dan berbagai tudingan miring dengan kerja-kerja positif yang nyata. Iran
menjadi negara terdepan dan yang paling aktif memberikan pembelaan atas
penindasan yang masih juga dirasakan rakyat Palestina.
Tidak sekedar melalui
diplomasi politik, Pemerintah Iran juga memberikan bantuan secara nyata
dengan mengucurkan 250 juta dolar tunai buat rakyat Palestina. Iran menjadikan
Palestina tidak ubahnya salah satu provinsi yang menjadi bagian negaranya, dengan
menanggung gaji pegawai di tiga departemen, yaitu departemen urusan sosial,
departemen tenaga kerja dan departemen kebudayaan. Menanggung hidup 1.000
pengangguran senilai 100 dolar setiap bulannya. Membiayai total pembangunan gedung
kebudayaan, perpustakaan serta renovasi 1.000 rumah yang hancur dengan total
biaya 20 juta dolar. Belum lagi bantuan lainnya yang diberikan tanpa
persyaratan apapun.
Dalam kunjungannya ke
Iran pada tahun 1998, tokoh pendiri HAMAS Syaikh Ahmad Yassin menyatakan, Iran
adalah negara pertama yang secara resmi menyatakan dukungan terhadap HAMAS dan
perjuangannya dalam upaya pembebasan Palestina. Ismail Haniyah tokoh HAMAS juga
pernah menyatakan secara terbuka ucapan terimakasihnya kepada Iran atas peran politiknya
dan bantuannya dalam meraih kemenangan Gaza bertahan dari gempuran militer
Israel.
Dengan keberhasilan
meluncurkan roket pembawa satelit "Safir Omid" dan sebuah maket
satelit percobaan di orbit bumi, Iran menjadi negara regional pertama yang mandiri
tanpa bantuan asing, baik dalam membuat satelit maupun dalam meluncurkan dan
mengontrolnya. Semakin diserang dengan propaganda negatif dari berbagai arah,
ulama-ulama, ilmuwan-ilmuwan, olahragawan, sampai seniman mereka seakan
berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi dan menampakkan kecemerlangan Islam.
Lihat saja apa yang
dilakukan ilmuwan mereka, hampir dalam hitungan hari, ada yang mematenkan
penemuan-penemuan baru mereka. Perkembangan sains di Iran dapat dilihat dari
perkembangan publikasi ilmiah yang mereka hasilkan. Dalam penelitian 'string theory',
kimia dan matematika, Iran merupakan nomor 15 di dunia, bersaing ketat dengan
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Fenomena perkembangan
sains di Iran yang sangat mencengangkan dan menakjubkan negara-negara Eropa,
secara menarik diulas Prof. Farhad Khosrokhavar, profesor sosiologi di
E'cole des Hauts E'tudes en Sciences Sociales (EHESS) di Paris dalam
artikelnya yang dimuat dalam Critique: Critical Middle Eastern Studies, (Summer
2004), 13 (2), 209-224. Begitu juga dalam artikel D. A. King yang
dipublikasikan di Nature, edisi 15 Juli 2004 yang berjudul 'The scientific
impact of nations' yang analisisnya menyatakan bahwa Iran merupakan
satu-satunya negara Islam yang termasuk ke dalam negara memiliki 'The
scientific impact of nations' tertinggi di dunia.
Daftar 100 orang
jenius dunia yang masih hidup yang dikeluarkan oleh firma konsultan global
Creators Synectics, Ali Javan pakar teknik (penemu gas laser) dan Pardis
Sabeti ahli biologi anthropologi yang keduanya berkebangsaan Iran termasuk diantaranya.
Para ilmuwan Iran
tidak hanya sibuk mengurusi nuklir, rudal balistik, pesawat tempur tanpa awak
dan persenjataan perang canggih lainnya. Namun juga mampu membuat kendaraan
produksi sendiri, diantara yang populer, merk Paikan dan Saipa. Dan diantara
produk modern ilmuwan Iran yang mencengangkan dunia adalah Surena-2, robot
mirip manusia yang bisa berjalan dan melakukan tugas-tugas khusus. Robot
setinggi 145 sentimeter itu memiliki berat 45 kilogram. Namanya diambil dari
nama seorang kesatria Persia kuno, robot ini bisa berjalan dengan gerakan
tangan dan kaki yang sangat mirip dengan manusia. Robot ini sengaja
dikembangkan untuk membantu manusia mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
Kaum perempuan Iran
tidak ketinggalan dari saintis yang umumnya laki-laki. Dalam Festival
Internasional Para Penemu Perempuan yang pertama kali digelar di Korea
Selatan tahun 2008, Republik Islam Iran ikut bersaing dalam ajang kompetisi
tersebut dan berhasil menggondol 12 medali emas, lima perak dan enam
perunggu. Maryam Islami dari Iran menyandang gelar sebagai penemu
perempuan terbaik tahun 2008. Beberapa saat sebelumnya beliau juga mendapat
penghargaan penemu perempuan terbaik dari Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia
(WIPO) dalam Festival Penemuan dan Teknologi di Jenewa, tahun 2008, padahal
saat itu Maryam Islami masih mahasiswa tingkat lima fakultas kedokteran.
Lebih dari itu, kita
juga mengenal Shirin Ebadi, muslimah pertama peraih Nobel, juga berasal dari
Iran.
Pada bidang seni
kaligrafi, kaligrafer Iran Roin Abar Khanzadeh berhasil membuat Al-Qur'an
terkecil yang memecahkan rekor dunia. Al-Qur'an terkecil ini dibuat 94 kali
lebih kecil dari Al-Qur'an terkecil sebelumnya. Yang menarik Al-Qur’an terkecil
ini ditulis dengan mata telanjang oleh penulisnya dan bila dijejer hanya
menempati ukuran kertas A3. Al-Qur’an yang berukuran 5 X 7 cm ini dibungkus
dengan kulit yang dilapisi oleh emas 24 karat dan di bagian akhir ditulis doa
Khataman Al-Qur’an dan beberapa doa lain dengan pinggiran dari perak.
Untuk membumikan
Al-Qur’an dan membuat seluruh lapisan masyarakatnya mencintai Al- Qur’an
sehingga tidak ada lagi diantara mereka yang tidak becus membaca kitab sucinya
sendiri, pemerintah Iran merasa tidak perlu mengaturnya secara formal dalam
bentuk undang-undang atau peraturan tertulis. Yang dilakukan pemerintah Iran
adalah, membangun lembaga-lembaga kegiatan berbasis Al-Qur’an di seantero kota
Iran yang saat ini sudah ada 600 pusat lembaga kegiatan yang sedang aktif dan
tiga tahun kedepan ditargetkan ada seribu perpustakan dan Bank CD Qur’ani di
pusat-pusat kegiatan Al-Qur'an di Iran.
Diantara agenda
nasional dalam menyemarakkan Ramadhan adalah penyelenggaraan Pameran Al-Qur'an
Internasional dan melakukan tilawatil Qur’an satu juz perhari di masjid-masjid
besar yang dihadiri sampai ribuan masyarakat Iran. Dengan tingkat apresiasi
yang tinggi terhadap Al-Qur'an wajar jika Iran menghasilkan banyak Mufassir
terkemuka dalam dunia Islam, diantaranya Allamah Mohammad Husain Thabatabai,
penulis tafsir Al-Mizan.
Dalam dunia perbukuan
dan penerbitan, dibanding negara-negara Islam lainnya, Republik Islam Iran bisa
ditetapkan sebagai yang terdepan. Pameran Buku Internasional Teheran merupakan
program pemerintah Iran setiap tahunnya yang mendapat posisi istimewa dalam
kalender para penerbit internasional. Berdasarkan data yang dirilis, Pameran
Buku Internasional Teheran adalah pameran buku terbesar dunia Islam dan menjadi
fenomena budaya terbesar negara-negara di Timur Tengah.
Seluruh buku yang
diterbitkan di Iran dari tahun 2008 sampai 2009 lalu berjumlah 55.171 judul dengan jumlah total cetakan sebanyak 218 juta eksemplar, jauh melebihi
jumlah penduduk Iran yang hanya berkisar 75 juta jiwa. Hasil-hasil karya dan
apresiasi mereka menunjukkan minat mereka yang demikian tinggi terhadap ilmu
pengetahuan, wajar jika kemudian Iran termasuk dalam deretan negara-negara
maju. Inilah yang membuat AS gentar dan khawatir, lewat propaganda-propaganda
negatif, melalui tekanan dan embargo ekonomi, mereka berusaha menghambat
pertumbuhan dan kemajuan Iran.
Di bidang olahraga,
prestasi Iran juga sangat mengagumkan dan mengharumkan nama dunia Islam. Iran
menjadi negara muslim paling berprestasi di bidang olahraga, dengan menjadi
terdepan meraih medali emas di Olimpiade dan Asian Games dibanding negara
mayoritas berpenduduk muslim lainnya. Untuk Piala Dunia tahun 2014, Iran
menjadi negara muslim pertama yang memastikan dirinya lolos pada putaran final
di Brasil nanti.
Islam dalam tafsiran
masyarakat muslim Iran, bukan semata-mata kepercayaan akan ritual dan
sekumpulan norma etik melainkan juga spirit bagi proses perubahan sosial. Bagi
mereka, dasar kepercayaan Islam adalah sebagai kekuatan perlawanan dan
pembebas. Sebuah kekuatan yang akan menjadi pisau yang tajam bagi proses
pembelahan persoalan-persoalan sosial dan akan memprakarsai sebuah perjalanan
baru sejarah sosial Islam. Islam tidak semata-mata memuat deretan do’a dan
ibadah melainkan perlawanan yang bergelora. Mungkin dengan semangat itulah, Islam
akan kembali meraih kejayaannya, sebagaimana diturunkan pertama kali, menjadi
pembebas bagi mereka yang berada dalam ketertindasan.
Islam, sebagaimana
terlihat dari perkembangannya dewasa ini, memiliki potensi besar dalam
menumbuhkan kembali kepercayaan diri masyarakat muslim untuk berperang melawan
eksploitasi oleh kekuatan imperialis asing dan untuk melawan ketidakadilan,
korupsi dan kesewenang-wenangan yang dilakukan penguasa setempat. Gejolak massa
di Iran lebih banyak diarahkan untuk memerangi imperialisme Amerika dan
ketidakadilan, korupsi dan sikap-sikap permisif dalam negeri.
Perlu dipahami bahwa
Islam mewakili aspirasi masyarakat, idealisme moral, dan instrumen untuk
memperbaiki kekeliruan. Agama ini harus dibersihkan dari unsur-unsur ortodoks
zaman pertengahan dan ajaran-ajarannya perlu ditafsirkan kembali agar selaras
dengan nilai-nilai hakikinya. Ini sangat penting, bagi mereka yang
benar-benar ingin menjadikan Islam sebagai sarana untuk mencapai idealisme
kesetaraan dan keadilan, bukan hanya untuk kekuasaan.
Ashgar Ali Engineer
memberi pesan sebagaimana yang ditulis dalam bukunya Islamic State,
“Ajaran-ajaran Islam harus dilihat dalam konteks sosial yang lebih mendalam dan
ditafsirkan sebaik mungkin untuk menjamin tegaknya keadilan ekonomi. Wahyu
Ilahi sangat menjunjung tinggi kebenaran, dan kebenaran itu sendiri mengandung
aspek temporal dan transendental, dan aspek temporalnya memiliki kesesuaian
dengan fakta.”
Demikianlah, yang bisa
saya tulis. Satu hal yang tidak bisa disangkal, bahwa Islam memiliki potensi
besar dan sumber inspirasi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Bukan sekedar
aspirasi yang selalu dituntut untuk diakui secara formal. Yang dibutuhkan
adalah komitmen kuat untuk membentuk masyarakat yang adil dan egaliter, dan
interpretasi ajaran Islam yang kondusif untuk membangun masyarakat sejahtera
dan mandiri.
Dengan ini saya
mengajukan contoh, Republik Islam Iran telah berhasil membuktikannya, tidak
dengan cara ribet mengatur kehidupan pribadi warga namun memilih lebih berkonsentrasi
pada masalah yang lebih besar dan universal. Mengapa kita tidak?
Begitu.
*Warga Indonesia yang
sementara menetap di Iran
Salut Iran
BalasHapus