Oleh Sulaiman
Djaya (Sumber: Radar Banten, 27 Juni 2015)
Nahjul Balaghah merupakan sebuah kitab yang merangkum hikmah,
surat, pidato, dan nasehat-nasehat Imam Ali (as) yang disusun dan dikodifikasi
oleh Sayid Syarif Radhi yang juga didasarkan pada sejumlah dokumen dan
kodifikasi lainnya (data dan dokumen sebelumnya) yang mutawattir dan sahih,
teruji dan otentik. Sedangkan dari segi isi dan materi, salah satu bagian utama
Nahjul Balaghah membahas tentang ketuhanan (tauhid dan teologi) serta
metafisika. Menurut sejumlah ulama dan pakar, sekitar empat puluh kali kajian
ini diulas dalam ceramah, surat, dan kata mutiara Nahjul Balaghah. Dan
kendatipun sebagiannya hanya berupa kalimat pendek, ringkas, atau singkat saja,
namun umumnya sampai mencapai beberapa baris, dan bahkan, sekian halaman.
Memang
haruslah diakui, meski mengandung ulasan kosmologi dan sains, ulasan yang
menyangkut tauhid (teologi dan teosofi) dalam Nahjul Balaghah terhitung bagian
yang sangat menakjubkan dan yang paling dominan, di mana dalam konteks yang
demikian, tidak berlebihan jika menurut sejumlah ulama dan pakar, pembahasan
ini dikatakan atau dinyatakan setara dengan mukjizat. Tentunya hal itu dapat
diterima jika situasi dan kondisi atau konteks kajian-kajian itu diperhatikan
dan dicermati dengan sungguh-sungguh oleh kita.
Begitu
pula, haruslah dimaklumi oleh kita, diskursus Nahjul Balaghah tentang ketuhanan
dan metafisika itu sendiri sangat beragam, di luar soal-soal sains dan
kosmologi yang menjadi minat tulisan singkat ini. Dalam kaitannya dengan isu
dan materi bahasan seputar tauhid dan metafisika (serta kosmologi yang pada
akhirnya berkaitan dengan isu-isu saintifik) dalam Nahjul Balaghah tersebut,
ada yang berbentuk telaah ciptaan dan hikmah Ilahi, seperti sistem universal
langit dan bumi, dan terkadang meneliti eksistensi tertentu (secara spesifik
namun pada saat bersamaan sesungguhnya bernilai universal atau menyeluruh),
seperti tentang kelelawar, merak, atau semut, dan memperhatikan manajemen serta
tujuan dari penciptaannya.
Dalam
hal ini, akan bisa lebih dimengerti oleh kita jika kita mengambil satu contoh
keterangan Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib (as) tentang semut dalam ceramah
ke-177 beliau berikut ini (yang mana contoh ini dapat dikatakan salah-satu
contoh kandungan Nahjul Balaghah yang relevan dari segi wacana dan perspektif saintifik):
“Apakah
mereka tidak meneliti ciptaan-Nya yang kecil? Bagaimanakah Dia kuatkan
ciptaannya dan tegakkan susunannya. Dia bekali pendengaran dan penglihatan, Dia
isi tulang dan lapisi dengan kulit? Pikirkanlah semut dengan posturnya yang
amat kecil dan bentuknya yang lembut. Begitu kecilnya sehingga hampir tak
terlihat oleh mata dan tak tercerna oleh pemikiran. Bagaimana ia berjalan di
atas bumi dan berusaha mengumpulkan rejeki? Ia angkut biji-bijian ke dalam
lubang dan disimpannya di sarangnya. Dia kumpulkan makanan itu di musim panas
untuk perbekalan di musim dingin nanti, dan di musim dingin dia sudah dapat
memperkirakan saat keluar dan bebas. Dengan demikian rejeki makhluk kecil ini
sudah terjamin secara rapih dan teratur. Allah Maha Pemberi tidak akan pernah
melupakannya walau dia terletak di bawah batu yang keras. Apabila kalian teliti
dan pikirkan jalur keluar dan masuknya makanan, struktur perut, telinga, dan
mata yang terletak di kepalanya, niscaya kalian akan sangat terheran-heran oleh
ciptaan ini”.
Seperti
dapat kita cermati, keterangan yang dinyatakan Imam Ali bin Abi Thalib (as)
tentang semut tersebut pada dasarnya mengandung hikmah bagi kita untuk
merenungi, mempelajari, dan meneliti makhluk hidup dan alam (semesta) itu
sendiri sebagai entitas atau segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan yang
Maha Kuasa. Dan demikian juga, salah-satu isi dan materi yang sangat penting
dalam Nahjul Balaghah adalah seputar kosmologi (termasuk yang terkait dengan
bahasan yang menjadi konsen ilmu fisika dan astronomi), semisal tentang
‘Penciptaan’, di mana dalam salah-satu khutbahnya itu, Imam Ali bin Abi Thalib
(as) menerangkan tentang bagaimana Allah (swt) menciptakan dunia (semesta):
“Ia
memulai penciptaan dan memulainya secara paling awal, tanpa mengalami pemikiran,
tanpa menggunakan suatu eksperimen, tanpa melakukan suatu gerakan, dan tanpa
mengalami kerisauan. Ia memberikan waktunya pada segala sesuatu, mengumpulkan
variasi-variasinya, memberikan kepadanya sifat-sifatnya, dan menetapkan corak
wajahnya dengan mengetahuinya sebelum menciptakannya, menyadari sepenuhnya
batas-batasnya dan kesudahannya, dan menilai kecenderungan dan kerumitannya.
Ketika
Yang Mahakuasa menciptakan lowongan-lowongan atmosfer, mengembangkan ruang
angkasa dan lapisan-lapisan angin, Ia mengalirkan ke dalamnya air yang
ombak-ombaknya membadai dan yang gelombang-gelombangnya saling melompati. Ia
memuatnya pada angin yang kencang dan badai yang mematahkan, memerintahkannya
untuk mencurahkannya kembali (sebagai hujan), memberikan kepada angin kendali
atas kekuatan hujan, dan memperkenalkannya dengan batasan-batasannya. Angin
meniup di bawahnya sementara air mengalir dengan garang atasnya.
Kemudian
Yang Mahakuasa menciptakan angin dan membuat gerakannya mandul, mengekalkan
posisinya, mengintensifkan gerakannya dan menyebarkannya menjauh dan meluas.
Kemudian Ia memerintahkan angin itu membangkitkan air yang dalam dan
mengintensifkan gelombang laut. Maka angin mengocoknya sebagaimana mengocok
dadih dan mendorongnya dengan sengit ke angkasa dengan melemparkan posisi
depannya di belakang, dan yang berdiam pada yang terus mengalir, sampai
permukaannya terangkat dan permukaannya penuh dengan buih. Kemudian Yang
Mahakuasa mengangkat buih ke angin yang terbuka dan cakrawala yang luas dan
membuat darinya ketujuh langit dan menjadikan yang lebih rendah sebagai
gelombang yang berdiam dan yang di atas sebagai atap yang melindungi dan suatu
bangunan tinggi tanpa tiang untuk menopang atau paku untuk menyatukannya.
Kemudian Ia menghiasinya dengan bintang-bintang dan cahaya meteor dan
menggantungkan padanya matahari dan bulan yang bercahaya di bawah langit yang
beredar, langit yang bergerak dan cakrawala yang berputar.”
Itulah
beberapa contoh kandungan sains yang ada dalam Nahjul Balaghah, sebuah kitab
yang merupakan kumpulan hikmah, ilmu, nasehat, dan pidato Imam Ali bin Abi
Thalib (as), di mana di dalamnya terkandung hikmah yang relevan dengan isu dan
materi saintifik (yang masih tetap aktual hingga saat ini) yang dapat disajikan
oleh tulisan singkat ini. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi
kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar