“Di Haram Sayyidah Fatimah
Ma’shumah, Lauren Booth, iparnya Tony Blair, mengalami pengalaman ruhani dan
spiritual, yang entah kenapa, sebagaimana ia ceritakan, ia mengalami suatu
kedamaian bathin yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, singkatnya mengalami
pencerahan. Dan tak lama setelah itu, Lauren Booth pun kemudian menyatakan diri
menganut Syi’ah Islam.”
Tapi siapakah Sayyidah
Fatimah Ma’shumah? Berikut riwayat singkatnya:
Rombongan yang dliputi
rasa bahagia dan diringi bacaan sholawat itu telah tiba di kota Qom, Persia
(kini Iran). Masyarakat setempat menyambutnya dengan menyembelih kambing. Hal
itu dilakukan supaya tamu istimewa tersebut dilindungi dari segala bencana.
Tamu istimewa itu adalah
salah satu keluarga Rasulullah Saw. Ketika masyarakat setempat mendengar bahwa
putri Imam Musa Al-Kazhim as, Sayidah Fatimah Ma’shumah, akan berkunjung ke
kota Qom (Persia), mereka sangat bergembira.
Sayidah Fatimah Ma’shumah
disambut gembira oleh masyarakat setempat dengan rasa haru yang mendalam.
Bahkan tidak sedikit yang meneteskan air mata.
Mereka teringat dengan
ayahnya, Imam Musa Al-Kazhim as, dan saudaranya, Imam Ali Ar-Ridho as. Dengan
tibanya Sayidah Fatimah Ma’shumah, aroma keluarga Rasulullah Sawaw bertambah
semerbak di seluruh penjuru kota tersebut.
Masyarakat menyadari bahwa
Rasulullah Saw dan keluarganya adalah petunjuk kebahagiaan dan sumber keberkahan.
Selain itu, peninggalan mereka dinilai sebagai sumber yang istimewa bagi ummat
Islam. Di mana pun ditemukan tanda-tanda yang bersumber dari manusia-manusia
langit tersebut, rahmat dan keberkahan ilahi dapat dirasakan di sana.
Sangat lah wajar, jika Rasulullah
Sawaw menegaskan bahwa mencintai keluarganya merupakan sumber kemuliaan dan
ketakwaan.
Kini kota Qom dilingkupi
cahaya ilahi yang bersumber dari makam suci Sayidah Fatimah Ma’shumah. Ribuan
peziarah setiap harinya memadati makam suci perempuan agung dari keluarga
Rasulullah Sawaw itu.
Makam suci itu terletak di
jantung kota Qom yang juga salah satu pusat ilmu agama di dunia. Para pelajar
dari seluruh penjuru dunia mendatangi kota ini untuk menimba ilmu agama.
Dalam Islam, kesempurnaan
dan kepribadian manusia sangat berhubungan erat dengan keimanan dan
keilmuannya. Manusia makin sempurna ketika terus melangkah ke arah keimanan dan
keilmuan. Dalam surat Al-Mujadilah ayat 11, Allah Swt berfirman,
“Hai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.”
Ayat-ayat Al-Qur’an
menafikan keistimewaan seseorang atas orang lain dan menegaskan bahwa seseorang
yang paling mulia adalah sosok yang paling bertakwa. Pencapaian ketakwaan dan
penjagaan diri dapat dikatakan sebagai sarana terbaik untuk menggapai
kesempurnaan. Ini merupakan tujuan sebenarnya dalam kehidupan ini yang diincar
oleh para pencari kebenaran.
Sayidah Fatimah Ma’shumah
adalah di antara sosok istimewa di kalangan perempuan muslim karena ibadah dan
ketakwaannya.
Kelimuan dan keimananan
Sayidah Fatimah Ma’shumah menunjukkan posisi dan keistimewaan perempuan dalam
sejarah dan budaya Islam. Dalam sejarah disebutkan sejumlah perempuan agung
yang berhasil menggapai tingkat kemuliaan dan kemanusiaan seutuhnya. Allah Swt
dalam ayat-ayat Al-Quran menyebut Sayidah Maryam (ibundanya nabi Isa as) dan
Asiah sebagai tauladan bagi kaum Hawa dan Adam.
Para pakar sejarah dan
ulama menyatakan bahwa Sayidah Fatimah Ma’shumah mempunyai tempat yang paling
mulia di tengah putri-putri Imam Musa Al-Kazhim as. Ketika Imam Musa Al-Kazhim as
tidak ada di tempat, Sayidah Fatimah Ma’shumah menggantikan posisi ayahnya
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan masyarakat saat itu.
Pada suatu hari,
sekelompok pengikut Ahlul Bait as (Kaum Syi’ah) berkunjung ke Madinah untuk
menemui Imam Musa Al-Kazhim as dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada
beliau. Setelah mereka tiba di kota Madinah, mereka tidak berhasil menemui Imam
Musa Al-Kazhim as karena beliau tengah melakukan perjalanan.
Mereka pada akhirnya
menyampaikan pertanyaaan yang sudah disiapkan kepada Sayidah Fatimah Ma’shumah
yang saat itu masih kecil.
Keesokan harinya, mereka
kembali mendatangi rumah Imam Musa Al-Kazhim as, tapi beliau belum kembali dari
perjalanannya. Para pengkut Ahlul Bait as (Kaum Syi’ah) kembali meminta
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Imam Musa.
Saat itu, Sayidah Fatimah
Masumah yang masih kecil telah menulis seluruh jawaban pertanyaan tersebut
dengan detail dan sempurna. Jawaban yang ditulis putri Imam Musa Al-Kazhim as
membuat mereka terkejut dan kagum. Ketika Imam Musa Al Kazhim as kembali dari
perjalanannya, beliau membaca jawaban sempurna yang ditulis Sayidah Fatimah dan
berkata, “Jiwa ayahnya untuknya.”
Terkadang Sayidah Fatimah
Ma’shumah as menyampaikan pencerahan kepada masyarakat saat itu dengan mengutip
hadis. Dengan ibarat lain, beliau saat itu adalah salah satu perawi hadis. Yang
menarik lagi, hadis-hadis yang disampaikan Sayidah Fatimah Ma’shumah berlandaskan
pada riwayat kuat yang mengokohkan fondasi kepimimpinan atau imamah.
Hadis-hadis yang disampaikannya menunjukkan bahwa kepemimpinan itu ditentukan
oleh Rasulullah Saw. Untuk itu, para Imam ma’shum adalah pengganti Rasulullah
Saw yang paling layak.
Sayidah Fatimah Ma’shumah
lahir pada tanggal 1 Dzulqaidah tahun 173 di kota Madinah. Ayahnya adalah Imam
Musa Al-Kazhim as, sedangkan ibunya bernama Najmah Khatoun.
Semenjak kecil, Sayidah
Fatimah Ma’shumah menyaksikan langsung para musuh yang mengganggu dan menyakiti
keluarga Rasulullah Saw berikut para pengikut mereka. Ketika Imam Musa Al-Kazhim
as dipenjara di tahanan Dinasti Abbasiah, Sayidah Fatimah Ma’shumah di bawah
bimbingan saudaranya, yaitu Imam Ali Ar-Ridho as, mencapai derajat kelimuan dan
keirfanan yang tinggi.
Imam Ali Ar-Ridho as mempunyai
hubungan dekat dengan saudara perempuannya, Sayidah Fatimah Ma’shumah. Ketika
Khalifah Dinasti Abbasiah saat itu, Makmun, memaksa Imam Ali Ar- Ridho as ke
Marv (Khurasan), Sayidah Fatimah Ma’shumah as mulai mengalami masa sulit karena
harus berpisah dengan saudaranya yang juga pembimbingnya.
Setelah bertempat tinggal
di Marv, Imam Musa Al-Kazhim as menulis surat ke Sayidah Fatimah Ma’shumah.
Setelah menerima surat tersebut, Sayidah Fatimah Ma’shumah bertolak menuju kota
Marv, tempat tinggal baru Imam Ali Ar-Ridho as.
Di tengah perjalanan
menuju kota Marv, Sayidah Fatimah Ma’shumah tiba di kota Qom. Di kota tersebut,
beliau tidak dapat melanjutkan perjalanan ke kota Marv. Tidak lama setelah itu,
beliau menghembuskan nafas terakhirnya di kota suci Qom.
Karimah Ahlul Bait,
Masumah, Mohadasah, Thahirah dan Hamidah adalah di antara gelar-gelar Sayidah
Fatimah Ma’shumah.
Gelar yang ada telah
menunjukkan kesempurnaan putri Imam Musa Al-Kazhim as itu. Sayidah Fatimah Ma’shumah
as adalah sosok yang alim dan bertakwa, pembimbing yang tangguh dan orator.
Dalam bagian doa ziarah
kepada Sayidah Fatimah Ma’shumah disebutkan ‘salam kepadamu yang suci, terpuji,
berperangai baik, dan bertakwa’. Karena kesucian jiwa Sayidah Fatimah Ma’shumah
as, Imam Ali Ar-Ridho as menyebutnya dengan gelar Ma’shumah dan berkata,
”Siapapun yang berziarah ke kota Qom, sama halnya ia berziarah kepadaku.” Imam Ja’far
as Shadiq as berkata, ”Seorang perempuan dari sulbiku yang bernama Fatimah,
putri Musa Al-Kazhim as, akan meninggal dunia di kota Qom. Para pengikutku akan
masuk surga dengan syafaatnya”.
Lauren Booth